Sejak kemarin, Alisha sama sekali tidak mengaktifkan ponselnya setiap kali Arslan hubungi. Sekitar 20 panggilan setiap satu jam. Sebelum meeting, dan sesudah meeting, menghubungi Alisha adalah prioritasnya. Hanya perempuan ini yang berhasil membuat Arslan mengacak rambut karena frustrasi dan menempelkan pipi kirinya di meja— lelah menunggu jawaban. Sebenarnya, Arslan sudah datang ke kediaman baru Alisha, tetapi segan mengetuk pintu. Pikirnya tadi pagi, Alisha butuh waktu sendiri untuk menenangkan hatinya setelah hasil tes DNA palsu itu. Namun, sampai siang tadi, dan sore ini, Alisha tetap menutup komunikasi mereka. Apa Alisha semarah itu? Arslan menopang wajahnya dengan telapak tangan kanan. Sebelahnya lagi sibuk menarikan jemari di atas layar. Pria itu bertekad untuk mencari bukti k

