Bab 10

2381 Kata
Callia Aku mendengus kesal saat tau Yasta pulang bersama Elano lagi. Sudah dari kemarin, bahkan berangkat sekolah saja di angkutan oleh Elano. Sedangkan aku? Jangan tanya aku selalu di rumah supir agar aku tidak nyasar kembali. Dia benar-benar jahat bukan? Soal Yasta dan Elano, mereka semakin dekat entah mengapa membuat saya tersenyum. Kira-kira sudah hampir dua minggu Yasta menjomblo. Dan saat ini dia dekat dengan Elano teman, Kenant. Kata Mommy ini untuk Yasta yang menjomblo selama dua minggu. Mommy juga dinilai jika Yasta selalu mendapat ganti selama tiga hari. Entahlah dia ini suka sekali mempermainkan perasaan pria. Harusnya Mommy marah tentang hal ini. Tapi sepertinya Mommy sangat mendukung Yasta kali ini. Apa Mommy tidak takut kalau Yasta akan di anggap cewek gak bener? Ngomong-ngomong soal Kenant saat ini dia sedang di Miami melihat proses hotel yang sedang kita jalani. Harusnya aku ikut dalam hal ini. Tapi Kenant melarangku ikut, karena aku sebantar lagi ujian dan dia menyuruhku tetap di rumah untuk belajar. Agar aku bisa masuk universitas yang aku mau. Ayolah otakku tidak sebego itu. Aku ingin padahal mau ikut. Tapi Kenant benar-benar melarangku untuk ikut membantunya. Agak tidak enak sih, tapi mau gimana lagi. Akhirnya aku pun mengiyakan ucapan dan fokus pada sekolahku dulu. Kalaupun dia lama mungkin aku akan dihindari nanti. Sampainya di sekolah aku langsung menuju kelasku. Karena saat ini sekolah sudah sepi dan bahkan hanya ada beberapa siswa yang lalu lalang. Mungkin sudah KBM, jadinya aku terlambat lagi. Bukannya seenaknya walau aku kenal pemilik sekolah ini. Tapi tetap saja aku murid baru dan banyak yang mengenalku. Sampainya di kelasku, ternyata belum ada guru aku berjalan menuju mejaku dan duduk di sebelah Yasta yang sedang menatap kuku indahnya. "Jam kosong?" tanyaku. "Gak tau gue." jawabnya tanpa menatapku. Aku menghela nafas panjang. Sudah hampir 30 menit guru saja tidak ada. Aku merasa bosan akan hal ini, bahkan Yasta hanya tersenyum-senyum di depan ponselnya seperti orang gila. Mungkin saja dia sedang membalas obrolan dari Elano, makanya tersenyum. Jujur saja aku bosan tidak melakukan apa pun. Ku tatap tablet yang bukan email atau apapun dari Christine atau Kenant. Mau main game, aku sendiri tidak bisa main game. Aku pun menatap kelas ini yang mulai rame. Hingga mataku menatap lilin di sudut kelas ini. Entah lolon itu ubyuk apa, tapi mampu membuatku tersenyum saat melintas di otakku. Aku pun mengambil lilin itu, lalu diambilnya. Lalu tanpa berpikir panjang saya pun menolak lilin menyala di bawah kursi Yasta. siapa suruh nyebelin. Aku mengharap semua anak yang ingin mencoba Yasta. Dengan isyarat mata, melotot pun semua orang langsung diam. "Yas gue ke kantin dulu ya laper." ucapku dan pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Yasta. Aku pun buru-buru keluar kelas dengan berlari. Mungkin semua orang akan melihatku heran, tetapi aku tidak peduli. Yang terpenting saat ini adalah terhindar dari amukan Yasta. Aku memilih pergin ke kantin. Perutku sangat lapar, padahal tadi aku sudah sarapan roti dan juga s**u. "Bu, es milonya satu ya." ucapku pada ibu-ibu kantin saat aku sudah sampai di kantin. Sambil menunggu pesanan aku pun duduk di meja kosong kantin ini. Sambil tersenyum membayangkan bagaimana wajah kesal Yasta nantinya. Tak lama pesananku pun datang. Aku meminumnya dan sesekali melirik ke arah tablet yang biasa ku bawa kemana-mana, hingga tepukan bahu membuatku menoleh. "Elano..." panggilku dan membuat Elano tersenyum. Elano duduk di depanku dengan santai sambil meneguk minumnya. "Ngapain lo kesini?" tanyanya. Orang buta juga tahu ini kantin untuk makan. Lagian aku juga memesan segelas milo masak iya masih ditanya ngapain di sini. "Beli minum." kekehku Berharap dia tahu dengan pertanyaanya di sini. "Gak ke Miami sama Kenant?" tanyanya. Sepertinya dia tipe orang hang tidak peka dengan keadaan. Sampai aku terkekeh pun dia tidak tahu,kalau aku sedang sedikit menyindirnya. "Mana Boleh? Temen lo ngelarang gue ikut dia ke Miami. Katanya sih suruh fokus dulu ke sekolah. Padahal gue pengen ikut." ucapku panjang lebar. "Baru kali ini gue denger lo bilang panjang bener." ucap Elano. Aku pun tertawa. Memang sih aku ini tipe orang yang tidak terlalu suka bicara panjang lebar. Aku akan menjawab seadanya dan semauku.  Berbicara panjang lebar seperti ini sangatlah langka. Hening. Itulah hang amu rasakan saat ini bersama dengan Elano. Aku lun memilih fokus pada tabletku berharap Kenant atau Christine mengirim laporan pekerjaanya hari ini. Tapi sayangnya dari mereka sama sekali tidak ada yang mengirim Email itu. "Yasta mana?" tanya Elano lagi. "Kelas." jawabku tanpa menoleh ke arahnya. Setelah itu aku diam dan aelano pun juga diam. Aku sibuk dengan tabletku sedangkan dia sibuk dengan minumanku. Padahal tadi dia juga sudah memesan minumam. Tapi kenapa harus minumanku yang di ambil. Bahkan dia bisa memesan kembali saat minuman itu habis. Aku mendengus kesal lagi-lagi Kenant mengirimiku fhoto dirinua yang sedang ada di Miami Tadi fhoto saat dia di hotel, sedangkan saat imi dia sedang makan malam di sebuah resto terkenal di Miami. Apa dia pikir jika aku tidak ingin kesana apa? Kalau saja tidak sekolah mungkin aku akan menyusulnya ke sana sekapian berlibur. "CALLIE." panggil seseorang. Aku mengedarkan pandanganku dan menatap kembaranku yang sudah berkacak pinggang di depan pintu kantin. Wajahnya memerah karena marah. Yang aku lakukan hanyalah tertawa terpingkal disini. Untung saja kantin ini sepi dan hanya ada ibu kantin dan juga Elano. Alu tidak peduli jika mereka akan menatapku aneh. Yang terpenting aku tertawa terpingkal menatap wajah kesalnya. Lama juga aku tidak mengusilinya. Dia berjalan ke arahku dengan tatapan marah. Apa peduliku kalaupun dia mengamuk fan memintaku berkelahi, aku siap menghajar dia disni. "Lo..." ucapnya tajam sambil menunjukku. Aku memasang wajah tanpa dosa dan menatap Yasta dengan bingung. Seakan apa yang terjadi barusan bukanlah aku yang melakukannya. "Apa." tanyaku bingung. Ralat, pura-pura bingung. "Lo pikir gue gak tau apa yang lo lakuin ke gue. Lo kan yang naruh lilin menyala di bawah kursi gue. p****t gue panas b*****t, lo gila ya kalau gue kebakar gimana, bangsat." omelnya sambil mengacak rambutku. Bahkan penampilanku saat ini sudah tidak istimewa lagi. Rambutku yang semula rapi sekarang menjadi berantahkan dan sedikit berhambur ke depan karena ulah Yasta. Sedangkan dia malah tertawa terbahak karena kekesalanku. Aku yang tak terima pun langsung menjambak rambut Uasta hingga dia lin meringgis kesakitan. "Sialan, gue gak cantik lagi karena elo." ucapku kesal. "Gue juga sakit anjing. Pede banget sih jadi orang. Lo itu apa-apa ngikutin gue." jawabnya. Aku mendelik mendengar ucapannya. Mana ada aku meniru dia , yang ada dia yang meniru aku. Lagian aku lahir lebih dulu di banding dia. "Idih. Ngaca woii lo sama gue itu lahiran juga duluan gue. Mana ada gue niru elo. Elo yang niru gue bangsat." "Hii. Kagak tuh,  harusnya gue duluan karena lo nanggis gue ngalah demi lo." "Mana ada peak, lo kalau sirik bilang jangan ngejudge gue." Tidak berhenti disitu Yasta yang tidak terima dengan lilin menyala dan jiga aku yang lahir lebih dulu, trus mengomel tak jelas. Aku tidak tinggal diam. Dan akhirnya aku dan Yasta pun adu mulut. Kita hanya berkelahi saling mengejek. Dan jujur saja aku merindukan momen ini, brkelahi dengan dia tiada henti dan membuat sekitar langsung menatap kita. Tengah asik berkrlahi dengan Yasta. Aku pun ne dengar suara deheman, tentu saja hal itu langsung membuatku dan Yasta menoleh. Astaga aku lupa jika di sini masih ada Elano. Ku pikir dia akan pergi ternyata masih duduk manis didepanku. "Elano lo sejak kapan disini." tanya Yasta heran dan menatap Elano bingung. "Dari tadi." jawab Elano sambil menarik tangan Yasta untuk duduk di sampingnya. Tentu saja Yasta langsung limbrung dan duduk di samping Elano. Aku mendengus mereka ini suka sekali bermesraan di tempat umum dan di depanku. "Kok gak tau." Tentu dan tidak tahu, orang dia datang langsung daja mengacak rambutku dan kita berantem. Mana mungkin saat dia marah terus menlihat sekitar ada Elano atau engak. Untuk menjaga image pun sudah pecah, jadi yasudah. "Sibuk berantem sih." Elano melirikku. Aku yang tahu pun langsung berdiri tanpa mau mengucapkan apapun. Tanganku menyentuh rambut Yasta dan membuat dia berteriak heboh. Aku terkikik dan meninggalkan kantin ini. Tidak mungkin bukan jika aku menjari obat nyamuk Mereka? Lebih baik pergi mencari kesibukan untuk mengusik rasa bosanku. *** Aku memilih pergi ke sebuah gedung kosong di sekolah ini. Tidak banyak anak di sini tapi di sini cukup tenang. Mataku terpejam sesaat untuk mengusik rasa lelah, bosan dan entah apa lagi yang aku rasakan. Dalam bayangan aku bisa melihat Cio yang tersenyum ke arahku. Dia nampak tampan dengan balutan kain putih di tubuhnya. Dia suka sekali warna putih apapun yang dia punya selalu warna putih. Kata dia warna putih itu suci, sesuci cinta dia ke aku. Tak terasa air mataku jatuh begitu saja. Aku pun langsung mengusap air mata itu dan menatap langit itu yang indah. "Aku merindukanmu." gumamku pelan. Mataku tak lepas dati awan yang berjalan pergi di atas sana. Bahkan kalau saja aku bisa mungkin aku akan menyusul Cio saat ini juga. "Sampai kapan kau akan menyiksaku?" ucapku. Aku nampak tersiksa dengan hal ini. Aku bahkan melakukan berbagai cara untuk melupakan dia. Tapi nyatanya sampai saat ini pun aku tidak bisa melupakan dia sedikitpun. Sekeras apapun aku berusaha melupakan dia, semakin kuat pula ingatanku tentang dia. "Aku lelah." ucapku lagi. Lelah memikirkan satu orang yang tak mungkin kembali padaku. Dia sudah pergi lebih dulu, dia sudah bahagia disana bersama dengan banyak orang. Setelah puas berada disini aku pun memilih pulang. Lebih baik aku pulang dari pada moodku kembali dengan mood yang buruk. **** Aku berjalan memasuki kamarku. Hari ini rumah sangat sepi. Kemarin Daddy dan Mommy berangkat ke Swiis kerumah Grandpa dan Grandma sekalian biar mereka liburan. Dari pada dia harus di rumah dan ngotot untuk pergi kerja. Lebih baik di usir secara halus dengan alasan liburan. Sedangkan Yasta dia belum pulang. Mungkin dia sedang jalan lagi bersama dengan Elano. Mengingat jika mereka sudah berdua, bertemu sudah di pastiin meteka lupa punys rumah. Saat aku ingin merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Ponselku bergetar tanda nika ada pedsn masuk. Aku pun mengambil ponsel itu dan membuka siapa yang mengirim ku pesan. Ternyata Kenant, yang menanyakan kabar ku, sedang apa aku, sudah makan belum dan lagi ngapain. Apa tidak ada pertanyaan lain, seperti Callia apa bedakmu habis. Skincare masih atau tidak. Sepertinya itu lebih bermanfaa. Karena aku tidak mau dia menunggu lama. Aku pun langsung membalas pesan itu dengan cepat. Aku tahu menunggu itu tidak enak. Apa lagi menunggu keajaiban di setiap doaku. Ya doa ku. Doa yang ku panjatkan untuk Cio sahabtaku dan cinta pertamanku. Aku pernah berharap kelak suatu saat dia bangkit dari kubur dan menemui aku. Menepati semua janjinya padaku. Dan menemani aku sampai aku mati nanti. Mewujudkan semua mimpi dan khayalan  indah semasa kecilku bersamanya. Tapi aku tahu jika itu tidak akan mungkin. "Mungkin udah takdir kalau aku gak bisa bersama kamu, Cio." ucapku sendu. Entahlah aku sedikit sensitif jika membahas dia. Dan seketika itu juga moodku hancur jika aku mengingat dia. Makanya aku selalu mencari kesibukan agar aku bisa melupakan dia dengan cepat. Tidak mau berlarut lama dalam kesedihan. Aku pun memutuskan untuk pergi keluar. Ya, aku butuh keluar dan menghafal jalanan ibu kota.   Aku mengenakalan kaos hitam bertulisan jomblo, ku padukan dengan celana pendek yang ku balut dengan stoking tipis warna hitam dan sepatu putih nike , setelah itu ku tutupi dengan jaket army hijau dop. Tak lupa juga dengan kaca mata hitam dan topi milik Yasta berwarna hitam juga. Aku tersenyum menatap pantulan ku sendiri. Kembaranku itu paling suka mengoleksi topi, padahal bentuknya sama cuma beda warna aja di beli sama dia. Lagian jenis topk di sini banyak banget, sampai dia juga memiliki satu almari penuh yang berisikan topi. "Have fun aja lah." guman ku dan pergi. Aku mengendari mobil Yasta. Karena memang aku tidak punya mobil aku hanya mempunyai satu motor. Di rumah mobil banyak jadi buat apa beli, menghamburkan uang bukan tipeku. Dalam hati aku berdoa. Agar aku tidak nyasar atau apapun di jalan. Ini kedua kalinya aki keluar sendiri tanpa Yasta dan juga supir. Aku ingin sekali menghafal jalanan ibu kota, agar kemanapun aku pergi aku tahu jalan. Ku tatap sekeliling jalan ini aneh. Ini jalan sepi sekali di banding jalan yang tadi ku lewati. Ku tolehkan kepalaku ke spion mobil ini lali memutat balik mobil ini dan melewati jalan ramai tadi. Setelah berkelilimg di tambah lagi google map yang malah membuatku nyasar, akhirnya aku pun menyerah. Aku mengikuti motor matic di depanku yang entah arahnya kemana aku juga tidak tahu. Toh aku nyasar aku tinggal telpon Yasta untuk menjemputku. Ternyata motor itu menuju ke mall. Aku bersorak bahagia saat menatap bangunan tinggi di depanku. Lalu ku parkiran mobilki segera. Setidaknya aku sampai di mall. Aku pun segera turun dan memasuki mall. Banyak mata yang menatapku dan banyak juga yang mengambil fhotoku. Aku tersenyum saat menatap dedek-dedek gemes meminta fhoto kepadaku. Aku meladeninya dengan senang hati. Aku juga tidak mau di bilang sombong atau sok. Lebih baik merakyat seperti ini banyak yang berjalan di sampingku dan kita saling bercanda tawa. Memang belum kenal tapi suatu saat pasti bakal kenal baik. Aku tersenyum dan memasuki salah satu toko sepatu. Dan lihatlah banner sponsor sepatu itu ada adalah aku. Tentu saja karyawan di sini langsung terkejut dan mengeluarkan ponselnya. Mataku langsung tertuju pada sepatu warna silver di rak paling atas. Aku meminta salah satu kariawan untuk mengambil sepatu itu. Saat ku coba aku merasa pas dan nyaman dengan cepat aku membayar sepatu yang ku mau dan pergi. Sebelum banyak orang yang menyerbuku. "Kedai ice cream boleh lah." guman ku saat menatap kedai ice cream di pinggiran lift. Setelah memesan aku pun duduk di salah satu bangku dekat pintu masuk karena hanya itu yang kosong. Ku edarkan padanganku ke segala penjuru. Siapa tahu aku mengenal mereka tapi nyatanya tidak sama sekali. Malah mereka lebih sibuk mengambil banyak fhotoku. Saat itu pula ponselku berdering. "Hallo." sapa ku saat aku menerima panggilan itu "Lagi dimana?" Itu bukan sebuah sapaan melainkan sebuah pertanyaan yang mungkin harus aku jawab. Tapi aku tersenyum saat tahu siapa yang menelpon ku.  "Kedai es cream, di mall." jawabku "Sama siapa?" tanyanya khawatir dan itu membuatku tertawa. "Sendiri, Kent." jawabku. Ya Kenant yang menelponku saat ini. Mungkin karena pesannya tidak aku balas jadi dia memelponku. "Yasta kemana? Kok sendiri tau jalan kamu? Bisa pulang? Aku jauh lho." Uuuhhh so sweet dia nampak khawatir denganku dan hal itu malah membuatku tertawa kecil. "Dia lagi sama Elano " jawabku Dan aku pun membicarakan bagaimana susahnya aku datang ke mal ini. Sementara dia hanya menertawakan ku dan sesekali mengomel, dia juga melihat kalau dia akan cepat pulang dan menjadi supir pribadiku lagi. Aku memesan pesanan saat Telpon Kenant mati. Karena dia harus bekerja di sama dan aku pun hanya diam. Sungguh gak enak, apa boleh aku ke Miami saja untuk membantu Kenant? Tapi sekolah ku ?? TBC. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN