Part 3

1648 Kata
* * * * * * * * * Part 3 * * * * * * * * *   "Lo pilih mana? Waktu lo tinggal 5 menit lagi buat mikir sebelum sekolah kita tersa yang itu masuk." lalu Bhisma meman dan g kedepan tepat di mana teman sepihak dengannya sudah melambai-lambaikan tangan tanda meminta jawaban. Cowok itu mengingatkan perihal waktu  yang semakin mepet dengan jam masuk sekolah,  karena  Vale  yang sudah membuang waktu sejak tadi  h a n y a   untuk berpikir, memilih satu di antara tiga hukuman  yang gak ada mending mendingnya. Semuanya menyusahkan  dan  membuat kepalanya berontak ingin pecah  karena   tidak  tahu mana  yang di rasa lebih menguntungkan dirinya – salah, lebih meringankan dirinya. Sebab mana ada hukuman  yang menguntungkan. Ia harus memilih sebaik mungkin dengan mempertimbangkan segala macam  yang ada. "Bentar, sob." Sambil melirik jam tangan berwarna hitam dipergelangan tangan kirinya beberapa kali, Vale kembali menatap Bhisma  yang sekarang juga se dan g menatapnya. Vale terdiam lagi beberapa saat, lalu cewek itu mengangguk mantap setelah membandingkan tiga kegiatan  yang sama sama brutal itu. Ia  tidak  akan lagi membuang waktunya lebih lama lagi di tempat ini bersama Bhisma  dan  wajah tengilnya  yang tersenyum puas sekali. Bahagia banget emang Bhisma jika melihat wajahnya menderita. Vale  tidak  akan membiarkan senyum itu terus terbit, membuat Vale merasa muak  l u a r   b i a s a    dan  ingin segera melenyapkannya dari sana sekarang juga. Oke. Sabar Vale, aka nada waktunya roda berputar, biarkan si Bhisma ini pongah  karena  kemenangan fananya, lihat saja nanti saat pembalasan dendam. "Gue pilih lari di lapangan." ah, s**t! Memikirkan bakalan telat kesekolah bakalan dapet hukuman  yang lebih parah. Mending dia milih tantangan Bhisma sekalian. Vale sudah menghitung, jika ia jalan jongkok bisa menghabiskan waktu sampai lima belas menit ke depan se dan gkan bel masuk sudah akan berbunyi lima menit lagi. Kelar hukuman dari Bhisma, Vale justru akan menemui hukuman dari guru piket  yang sudah siap menanti dirinya di depan gerbang dengan senyum secerah penjaga neraka.  j e l a s   Vale  tidak  akan memilih itu, ia masih ingin hidup dengan nyaman tanpa gangguan lainnya. Cukup Bhisma  yang menjadi perusak harinya saat ini, Vale  tidak  akan menambah lagi  yang  h a n y a   akan membuatnya terserang sakit kepala berkepanjangan. Memikirkan hal terseut saja membuat Vale nyaris merasa akan gila. Huh. s**t, untuk  yang kedua kalinya. Sekarang Bhisma se dan g tersenyum mengejek ke arahnya. Senyum  yang merekah ruah dengan lebarnya seolah Bhisma merupakan manusia paling bahagia di muka bumi ini, memang wajah itu  l u a r   b i a s a   laknat. Vale benar benar  tidak  tahan ingin melempar benda apa pun  yang bertekstur keras pada sosok Bhisma  yang masih berdiri di hadapannya dengan d**a membusung saking bangganya dengan aksi ini. Dasar Bhisma pengecut! Hobinya mengganggu Vale  yang seorang cewek. Meski kemudian Bhisma akan membantah bahwa Vale adalah cewek jadi jadian. Tapi meski begitu, di mata hokum, negara,  dan  agama, Vale ini cewek seutuhnya. Wanita normal  yang sepatutnya di perlakukan dengan baik  dan  di junjung tinggi. Tapi Bhisma malah memperlakukannya seperti ini. "Oke, deal!" cowok itu mengulurkan tangannya pada Vale  yang seketika mengernyitkan keningnya. "Salaman, b**o! Ini namanya tanda persetujuan." Terangnya diiringi kalimat u*****n kasar. "Oh, ngomong dong goblok." Balas Vale tak mau kalah. Vale meman dan g tangan itu sekilas, sebelum mengulurkan tangan kanannya  yang juga ikut menyambut uluran tangan Bhisma "Oke, deal." "Berhubung waktunya tinggal 2 menit lagi buat sampe dengan selamat disekolah, gue pergi duluan ya. Dadah, cewek jadi-jadian." Bhisma melambaikan tangannya, lalu pergi meninggalkan Vale sendirian.  dan  setelah terdenger ringisan Vale, seraya merapalkan sumpah serapah dengan menyandingkan nama Bhisma dengan hewan hewan bermakna kasar. Vale seolah puas sekali setelah memberikan berbagai julukan hewan hewan tersebut pada sosok Bhisma  yang sudah berlari. Mungkin rasanya seisi kebun binatang atau seluruh hewan  yang ada di muka bumi ini tak akan mampu menyaingi kelakuan Bhisma  yang lebih parah dari binatang  yang ia sebutkan tadi. Bhisma memang kurang ajar, s****n, Vale terus mengutukan sepanjang detik pada sosok  yang sejak pagi berseteru dengannya. Tak terbayangkan oleh Vale bahwa jam istirahat nanti ia masih akan menemui sosok jelmaan dajjal itu. Baiklah, sudah berasa banyak makhluk hidup  yang sudah di sandingkan Vale dengan nama Bhisma? Rasanya tak terhitung. Vale seolah enggan menyebut Bhisma sebagai manusia seutuhnya. Bhisma langsung tertawa terbahak-bahak  dan  meninggalkan cewek itu kesakitan sambil memegang bokongnya, akibat dorongan  yang dilakukan Bhisma. Ah, Bhisma t*i lo! k*****t! Awas lo, gue bales! Berbagai macam cara pun dilakukan--eh, kenapa jadi nyanyi?-- maksud nya, berbagai macam makian  yang dilontarkan Vale untuk Bhisma dengan kesal  karena  sudah membuat b****g 'cantik'nya kesakitan. Vale benar benar membenci Bhisma, cowok dengan perawakan kurus, tampang gak ganteng-ganteng amat. Sebenernya ganteng kalo diperhatiin, tapi, please, emang Vale sefrustrasi itu sampe merhatiin Bhisma. Ralat, memangnya Vale sekurang kerjaan itu sampai harus merhatiin Bhisma? Bahkan meski memang menurut orang orang Bhisma itu ganteng,  j e l a s   saja Vale  tidak  akan mau mengakuinya seumur hidup. Enak aja, makhluk biadab seperti itu seolah  tidak  pantas disandingkan dengan kata ganteng, Vale  j e l a s   enggan menyebutnya meski sebentar. Bhisma  tidak  layak untuk di puji,  karena  kelakuannya  yang seperti setan jika berhubungan dengam Vale. Memangnya Vale sebaik hati itu mau memuji orang  yang sudah menyusahkan dirinya sampai seperti ini? Tentu saja Vale masih mampu berpikir dengan waras  dan  menjawab  tidak  dengan tegas. Melihat muka tengilnya saja, Vale rasanya mau muntah. s****n. Bhisma rasanya tak pernah berhenti mencari gara-gara pa dan ya. Setiap harinya selalu ada saja ulah Bhisma  yang membuat tensi darah Vale naik. Mungkin jika Vale menderita penyakit darah rendah, ia sudah  tidak  membutuhkan mengkonsumsi daging kambing agar tensi darahnya bisa naik, ia  h a n y a   memerlukan bertemu Bhisma  dan  melihat kelakuan cowok itu  yang selalu sukeses membuat darah Vale naik sampai ke ubun ubun. Da dan ya seolah bergemuruh setiap kali menghadapi Bhisma, bukan jatuh cinta! Enak saja! Memangnya Vale  tidak  waras jatuh cinta dengan makhluk aneh itu, bergemuruh  yang di maksud  karena  menahan amarah  yang menggebu untuk dilontarkan detik itu juga. Vale seolah  tidak  bisa untuk bersabar jika menghadapi Bhisma. Ia bahkan  tidak  tau ada kata sabar di dunia ini jika berurusan dengan Bhisma. Entah bagaimana asal mulanya mereka bisa berseteru seperti ini,  yang keduanya ketahui saat ini adalah, mereka saling berusaha mengerjai satu sama lain demi kepuasan batin. Melihat salah satu di antara mereka menderita  karena  kelakuan masing masing dari mereka, seolah memberikan kepuasan batin tersendiri bagi Vale mau pun Bhisma. Terdengar aneh memang, tapi hal tersebut sudah berjalan hingga detik ini  dan   tidak  ada tanda tanda akan berakhir sebab setiap harinya selalu ada saja balasan demi balasan  yang di layangkan keduanya, bahkan hingga melibatkan banyak pihak. Sebagai contoh seperti pagi ini, Ricky  yang secara harfiah  tidak  memiliki masalah dengan Vale tiba tiba ikut terlibat ke dalam permainan konyol ini dalam mendukung Bhisma sebagai sahabatnya. Vale segera memasukan nama Ricky ke dalam daftar musuhnya. Belum lagi gengsi keduanya  yang mengalahkan besarnya dosa mereka, hingga menciptakan taruhan-taruhan aneh  yang membuatnya saling memberi hukuman satu sama lain. Seperti pagi ini! Vale harus kalah taruhan dari Bhisma  karena  datang lebih belakangan. Besok, Vale harus bangun lebih pagi dari pada ayam-ayam tetangganya  yang sebenarnya gak pernah berkokok, C u m a ngotorin teras rumah Vale saja dengan kotorannya. Oke, gara-gara cowok s****n itu Vale sampai menyalahkan ayam  yang sebenarnya dagingnya Vale nikmati. Hm, apa istirahat nanti makan ayam goreng aja yaa di kantin? Atau nasi uduk ibu kantin  yang lezatnya bukan main? Eh tunggu, mengingat ayam ayam  yang mengotori rumah Vale itu, bagaimana jika nanti jam istirahat Vale makan mie ayam saja? Astaga, nikmat sekali rasanya membayangkan mie ayam bersanding dengan pangsit  dan  bakso. Bukan kah itu suatu kenikmatan  yang tiada terkira? Vale saja sampai ngiler membayangkan deretan makanan tersebut,  yang akan berpadu dengan es the manis, atau es jeruk, atau es kelapa muda  yang segar  l u a r   b i a s a  . Ya ampun, siapa  yang maha jenius menciptakan resep daftar makanan tersebut hingga selalu sukses menggugah selera bahkan meski  h a n y a   membayangkannya saja. Oh jam istriahat, cepat lah datang. Vale sungguh  tidak  sabar. Hah! Boro-boro istirahat! Sekarang ada  yang lebih urgent! Vale telat! s****n, ia segera berlari untuk mencapai kelasnya, sambil berdoa semoga Madam Nano-Nano belum bertengger di singgasananya. Madam nano nano  yang terkenal nyaris  tidak  pernah telat seumur hidupnya, Vale sampai heran, tuh guru segitu rajinnya memang dapet bonus besar gitu dari sekolah ini? Se tidak nya telat lima menit kek, pasti para siswa akan bahagia dengan senang hati menyambut ketelatan madam nano nano  yang memang nyaris  tidak  pernah. Melihat madam nano nano telat seperti melihat Vale  dan  Bhisma akur, alias,  tidak  mungkin! Bisa bisa ayam di rumah Vale langsung sembelit  dan  sulit buang air besar jika hal itu terjadi. Vale segera melanjutkan larinya menuju kelasnya dengan tergesa sebelum madam nano nano datang, tapi meski kemungkinannya seDikit Vale tetap berharap bahwa madam nano nano akan telat. Vale berdoa dengan sungguh sungguh di dalam hatinya meski peluang doa tersebut di kabulkan sangat kecil, Vale berusaha untuk terus memanjatkan doa itu. Saat di tangga, suara bel masuk sudah mulai terdengar nyaring di sepanjang penjuru sekolah, membuat Vale makin merasa ketar ketir  dan  panik. Vale mempercepat langkahnya untuk sampai ke kelasnya dengan tepat waktu, atau tepatnya beberapa detik sebelum madam nano nano datang ke dalam kelasnya. * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o  B e  C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN