* * * * * * * * * Part 3 * * * * * * * * *
"Lo pilih mana? Waktu lo tinggal 5 menit lagi buat mikir sebelum sekolah kita tersa yang itu masuk." lalu Bhisma meman dan g kedepan tepat di mana teman sepihak dengannya sudah melambai-lambaikan tangan tanda meminta jawaban. Cowok itu mengingatkan perihal waktu yang semakin mepet dengan jam masuk sekolah, karena Vale yang sudah membuang waktu sejak tadi h a n y a untuk berpikir, memilih satu di antara tiga hukuman yang gak ada mending mendingnya. Semuanya menyusahkan dan membuat kepalanya berontak ingin pecah karena tidak tahu mana yang di rasa lebih menguntungkan dirinya – salah, lebih meringankan dirinya. Sebab mana ada hukuman yang menguntungkan. Ia harus memilih sebaik mungkin dengan mempertimbangkan segala macam yang ada.
"Bentar, sob." Sambil melirik jam tangan berwarna hitam dipergelangan tangan kirinya beberapa kali, Vale kembali menatap Bhisma yang sekarang juga se dan g menatapnya.
Vale terdiam lagi beberapa saat, lalu cewek itu mengangguk mantap setelah membandingkan tiga kegiatan yang sama sama brutal itu. Ia tidak akan lagi membuang waktunya lebih lama lagi di tempat ini bersama Bhisma dan wajah tengilnya yang tersenyum puas sekali. Bahagia banget emang Bhisma jika melihat wajahnya menderita. Vale tidak akan membiarkan senyum itu terus terbit, membuat Vale merasa muak l u a r b i a s a dan ingin segera melenyapkannya dari sana sekarang juga. Oke. Sabar Vale, aka nada waktunya roda berputar, biarkan si Bhisma ini pongah karena kemenangan fananya, lihat saja nanti saat pembalasan dendam.
"Gue pilih lari di lapangan." ah, s**t! Memikirkan bakalan telat kesekolah bakalan dapet hukuman yang lebih parah. Mending dia milih tantangan Bhisma sekalian. Vale sudah menghitung, jika ia jalan jongkok bisa menghabiskan waktu sampai lima belas menit ke depan se dan gkan bel masuk sudah akan berbunyi lima menit lagi. Kelar hukuman dari Bhisma, Vale justru akan menemui hukuman dari guru piket yang sudah siap menanti dirinya di depan gerbang dengan senyum secerah penjaga neraka. j e l a s Vale tidak akan memilih itu, ia masih ingin hidup dengan nyaman tanpa gangguan lainnya. Cukup Bhisma yang menjadi perusak harinya saat ini, Vale tidak akan menambah lagi yang h a n y a akan membuatnya terserang sakit kepala berkepanjangan. Memikirkan hal terseut saja membuat Vale nyaris merasa akan gila.
Huh. s**t, untuk yang kedua kalinya. Sekarang Bhisma se dan g tersenyum mengejek ke arahnya. Senyum yang merekah ruah dengan lebarnya seolah Bhisma merupakan manusia paling bahagia di muka bumi ini, memang wajah itu l u a r b i a s a laknat. Vale benar benar tidak tahan ingin melempar benda apa pun yang bertekstur keras pada sosok Bhisma yang masih berdiri di hadapannya dengan d**a membusung saking bangganya dengan aksi ini. Dasar Bhisma pengecut! Hobinya mengganggu Vale yang seorang cewek. Meski kemudian Bhisma akan membantah bahwa Vale adalah cewek jadi jadian. Tapi meski begitu, di mata hokum, negara, dan agama, Vale ini cewek seutuhnya. Wanita normal yang sepatutnya di perlakukan dengan baik dan di junjung tinggi. Tapi Bhisma malah memperlakukannya seperti ini.
"Oke, deal!" cowok itu mengulurkan tangannya pada Vale yang seketika mengernyitkan keningnya.
"Salaman, b**o! Ini namanya tanda persetujuan." Terangnya diiringi kalimat u*****n kasar.
"Oh, ngomong dong goblok." Balas Vale tak mau kalah. Vale meman dan g tangan itu sekilas, sebelum mengulurkan tangan kanannya yang juga ikut menyambut uluran tangan Bhisma
"Oke, deal."
"Berhubung waktunya tinggal 2 menit lagi buat sampe dengan selamat disekolah, gue pergi duluan ya. Dadah, cewek jadi-jadian." Bhisma melambaikan tangannya, lalu pergi meninggalkan Vale sendirian.
dan setelah terdenger ringisan Vale, seraya merapalkan sumpah serapah dengan menyandingkan nama Bhisma dengan hewan hewan bermakna kasar. Vale seolah puas sekali setelah memberikan berbagai julukan hewan hewan tersebut pada sosok Bhisma yang sudah berlari. Mungkin rasanya seisi kebun binatang atau seluruh hewan yang ada di muka bumi ini tak akan mampu menyaingi kelakuan Bhisma yang lebih parah dari binatang yang ia sebutkan tadi. Bhisma memang kurang ajar, s****n, Vale terus mengutukan sepanjang detik pada sosok yang sejak pagi berseteru dengannya. Tak terbayangkan oleh Vale bahwa jam istirahat nanti ia masih akan menemui sosok jelmaan dajjal itu. Baiklah, sudah berasa banyak makhluk hidup yang sudah di sandingkan Vale dengan nama Bhisma? Rasanya tak terhitung. Vale seolah enggan menyebut Bhisma sebagai manusia seutuhnya.
Bhisma langsung tertawa terbahak-bahak dan meninggalkan cewek itu kesakitan sambil memegang bokongnya, akibat dorongan yang dilakukan Bhisma.
Ah, Bhisma t*i lo! k*****t! Awas lo, gue bales! Berbagai macam cara pun dilakukan--eh, kenapa jadi nyanyi?-- maksud nya, berbagai macam makian yang dilontarkan Vale untuk Bhisma dengan kesal karena sudah membuat b****g 'cantik'nya kesakitan.
Vale benar benar membenci Bhisma, cowok dengan perawakan kurus, tampang gak ganteng-ganteng amat. Sebenernya ganteng kalo diperhatiin, tapi, please, emang Vale sefrustrasi itu sampe merhatiin Bhisma. Ralat, memangnya Vale sekurang kerjaan itu sampai harus merhatiin Bhisma? Bahkan meski memang menurut orang orang Bhisma itu ganteng, j e l a s saja Vale tidak akan mau mengakuinya seumur hidup. Enak aja, makhluk biadab seperti itu seolah tidak pantas disandingkan dengan kata ganteng, Vale j e l a s enggan menyebutnya meski sebentar. Bhisma tidak layak untuk di puji, karena kelakuannya yang seperti setan jika berhubungan dengam Vale. Memangnya Vale sebaik hati itu mau memuji orang yang sudah menyusahkan dirinya sampai seperti ini? Tentu saja Vale masih mampu berpikir dengan waras dan menjawab tidak dengan tegas.
Melihat muka tengilnya saja, Vale rasanya mau muntah. s****n. Bhisma rasanya tak pernah berhenti mencari gara-gara pa dan ya. Setiap harinya selalu ada saja ulah Bhisma yang membuat tensi darah Vale naik. Mungkin jika Vale menderita penyakit darah rendah, ia sudah tidak membutuhkan mengkonsumsi daging kambing agar tensi darahnya bisa naik, ia h a n y a memerlukan bertemu Bhisma dan melihat kelakuan cowok itu yang selalu sukeses membuat darah Vale naik sampai ke ubun ubun. Da dan ya seolah bergemuruh setiap kali menghadapi Bhisma, bukan jatuh cinta! Enak saja! Memangnya Vale tidak waras jatuh cinta dengan makhluk aneh itu, bergemuruh yang di maksud karena menahan amarah yang menggebu untuk dilontarkan detik itu juga. Vale seolah tidak bisa untuk bersabar jika menghadapi Bhisma. Ia bahkan tidak tau ada kata sabar di dunia ini jika berurusan dengan Bhisma.
Entah bagaimana asal mulanya mereka bisa berseteru seperti ini, yang keduanya ketahui saat ini adalah, mereka saling berusaha mengerjai satu sama lain demi kepuasan batin. Melihat salah satu di antara mereka menderita karena kelakuan masing masing dari mereka, seolah memberikan kepuasan batin tersendiri bagi Vale mau pun Bhisma. Terdengar aneh memang, tapi hal tersebut sudah berjalan hingga detik ini dan tidak ada tanda tanda akan berakhir sebab setiap harinya selalu ada saja balasan demi balasan yang di layangkan keduanya, bahkan hingga melibatkan banyak pihak. Sebagai contoh seperti pagi ini, Ricky yang secara harfiah tidak memiliki masalah dengan Vale tiba tiba ikut terlibat ke dalam permainan konyol ini dalam mendukung Bhisma sebagai sahabatnya. Vale segera memasukan nama Ricky ke dalam daftar musuhnya.
Belum lagi gengsi keduanya yang mengalahkan besarnya dosa mereka, hingga menciptakan taruhan-taruhan aneh yang membuatnya saling memberi hukuman satu sama lain. Seperti pagi ini! Vale harus kalah taruhan dari Bhisma karena datang lebih belakangan. Besok, Vale harus bangun lebih pagi dari pada ayam-ayam tetangganya yang sebenarnya gak pernah berkokok, C u m a ngotorin teras rumah Vale saja dengan kotorannya.
Oke, gara-gara cowok s****n itu Vale sampai menyalahkan ayam yang sebenarnya dagingnya Vale nikmati. Hm, apa istirahat nanti makan ayam goreng aja yaa di kantin? Atau nasi uduk ibu kantin yang lezatnya bukan main? Eh tunggu, mengingat ayam ayam yang mengotori rumah Vale itu, bagaimana jika nanti jam istirahat Vale makan mie ayam saja? Astaga, nikmat sekali rasanya membayangkan mie ayam bersanding dengan pangsit dan bakso. Bukan kah itu suatu kenikmatan yang tiada terkira? Vale saja sampai ngiler membayangkan deretan makanan tersebut, yang akan berpadu dengan es the manis, atau es jeruk, atau es kelapa muda yang segar l u a r b i a s a . Ya ampun, siapa yang maha jenius menciptakan resep daftar makanan tersebut hingga selalu sukses menggugah selera bahkan meski h a n y a membayangkannya saja. Oh jam istriahat, cepat lah datang. Vale sungguh tidak sabar.
Hah! Boro-boro istirahat! Sekarang ada yang lebih urgent! Vale telat! s****n, ia segera berlari untuk mencapai kelasnya, sambil berdoa semoga Madam Nano-Nano belum bertengger di singgasananya. Madam nano nano yang terkenal nyaris tidak pernah telat seumur hidupnya, Vale sampai heran, tuh guru segitu rajinnya memang dapet bonus besar gitu dari sekolah ini? Se tidak nya telat lima menit kek, pasti para siswa akan bahagia dengan senang hati menyambut ketelatan madam nano nano yang memang nyaris tidak pernah. Melihat madam nano nano telat seperti melihat Vale dan Bhisma akur, alias, tidak mungkin! Bisa bisa ayam di rumah Vale langsung sembelit dan sulit buang air besar jika hal itu terjadi.
Vale segera melanjutkan larinya menuju kelasnya dengan tergesa sebelum madam nano nano datang, tapi meski kemungkinannya seDikit Vale tetap berharap bahwa madam nano nano akan telat. Vale berdoa dengan sungguh sungguh di dalam hatinya meski peluang doa tersebut di kabulkan sangat kecil, Vale berusaha untuk terus memanjatkan doa itu. Saat di tangga, suara bel masuk sudah mulai terdengar nyaring di sepanjang penjuru sekolah, membuat Vale makin merasa ketar ketir dan panik. Vale mempercepat langkahnya untuk sampai ke kelasnya dengan tepat waktu, atau tepatnya beberapa detik sebelum madam nano nano datang ke dalam kelasnya.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o B e C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *