* * * * * * * * * Part 5 * * * * * * * * *
Ah, kayaknya Vale masih dendam sama Bhisma. Awas aja nanti, ia pasti akan membalas dendam pada cowok itu bagaimana pun caranya. Vale tengah berpikir keras untuk aksi balas dendamnya pada Bhisma yang j e l a s akan lebih parah dari apa yang ia dapatkan hari ini. Akan ia buktikan pada cowok curut itu, siapa lawannya yang sebenarnya agar Bhisma tidak bisa semena mena lagi. Ia kesal setengah mampus, kenapa sih masa SMA nya harus ada nama Bhisma yang h a n y a membuatnya menjadi emosi berkepanjangan? Bagaimana jika selepas lulus SMA, bukan mendapat ilmu yang melimpah ruah sebagai bekal untuk menuju jenjang pendidikan berikutnya, Vale malah darah tinggi karena terlalu sering berhadapan dengan Bhisma yang selalu sukses memancing emosinya untuk keluar hingga ke puncak. Nyaris tidak pernah Vale tidak terbawa emosi jika hal itu berurusan dengan Bhisma, segala sesuatu, tindak tanduk cowok itu, selalu sukses membuatnya ingin menghajar Bhisma detik itu juga.
"Tumben--" kata Lala yang tidak sempat menyelesaikan ucapannya saat Vale baru saja duduk di bangkunya beberapa detik, lalu berusaha mengatur pernapasannya agar se tidak nya ia menjadi seDikit waras setelah meladeni manusia sakit jiwa macam Bhisma.
"--Jangan tanya! Lagi gak mood!" Vale segera memotong cepat. Suaranya terdengar dingin dan jutek, pertanda bahwa cewek itu memang se dan g tidak suka di ajak bicara karena rasa kesalnya yang suda membuncah. Jika Lala memaksa untuk bicara, bisa bisa cewek itu menjadi korban amukan Vale yang se dan g terbawa emosi karena ulah Bhisma. Vale j e l a s tidka mau menyeret manusia tak berdosa seperti Lala ke dalam pusaran amarahnya, terlebih Lala merupakan temannya yang se tidak knya masih waras. tidak seperti Vio yang kewarasannya bersisa separuh. Jika bisa memilih, Vale ingin seribu teman seperti Lala, pasti hidupnya akan damai dan tentram.
"Oke, oke, tapi--" Lala masih berusaha untuk berbicara, terlihat tidak rela karena tidak menemukan jawaban apa pun sejak Vale terlihat datang terlambat seperti orang kesetanan. Pasalnya Vale jarang terlambat, cewek itu sepenuhnya sadar bahwa rumahnya lumayan jauh dari sekolah, maka dari itu Vale selalu berangkat lebih pagi dari rumah agar tidak sampai ke sekolah dengan terlambat. Sudah pasti ada yang tidak berse kan jika seolah Vale bisa terlambat dengan raut wajah sebete ini. Meski Lala bisa menebak satu satunya alasan yang pasti bisa membuat Vale seperti ini. The one and only, tentu saja siapa lagi jika bukan Bhisma si manusia tengil yang memiliki hobi tertinggi untuk mengganggu Vale. Seolah hidup Bhisma memang di dedikasikan untuk mengusik ketenangan hidup Vale.
"--Lala... gue cape. Pengen istirahat bentar, lo gak tau sih apa yang gue alamin tadi pagi." Vale menjatuhkan kepalanya keatas meja, menutup matanya sebentar, dan membukanya lagi untuk melihat kedua sahabatnya itu dengan tatapan malas. "Kalo ada Madam Nano-Nano, bangunin gue ya." Pintanya pada kedua temannya yang cukup akrab di kelas. Cewek itu memastikan sejenak ke depan kelas, untuk melihat apakah madam nano nano sudah kembali ke kelas atau belum. Ia bernapas lega saat melihat keberadaan madam nano nano belum di temukan, yang artinya guru itu belum kembali lagi ke kelas.
Sebisa mungkin Vale memanfaatkan waktu itu untuknya berisitrahat meski h a n y a dalam waktu singkat, sebab madam nano nano sudah pasti akan kembali lagi ke kelas mengingat jam pelajarannya belum habis. Jika sampai guru itu sudah kembali, sudah pasti Vale akan duduk tegak bak angkatan prajurit yang siap perang, sudah di bilang kan Vale tidak mau mencari gara gara dengan guru tersebut. Perjalanan akademis Vale harus aman aman saja dan tidak akan mencari kehebohan karena membangkang terhadap guru di kelas. Sebab jika nanti hal tersbeut membuat heboh, lalu orang tuanya di panggil ke sekolah, siapa yang akan datang? Pembantu? Vale terkekeh geli dengan jalan pikirannya sendiri saat mengingat kedua orang tuanya yang sibuk l u a r b i a s a , sehingga waktu mereka di rumah h a n y a tersisa untuk ribut dan ribut sepanjang hari. Peman dan gan tersebut nyaris menjadi hal yang lumrah, Vale menyaksikannya nyaris setiap hari, seperti menonton cuplikan sinetron Indonesia yang gemar berteriak dengan dramatis. Bagus juga Vale dapat tontonan drama gratis setiap harinya.
"Vale kayak orang mabuk ya, La. Serem deh. Vio takut." Vio si anak maha lemot itu mulai bersuara, yang rasanya menambah kepala Vale makin sepaneng. Vale yang se dan g menjatuhkan kepala di meja nyaris bangkit lagi dan akan melemparkan Vio dengan tasnya yang berisi banyak buku.
Vio ini otaknya gak bisa di upgrade Dikit apa ya. Biar seumur hidup kerrjaannya gak C u m a bikin orang kesel terus menerus. Mungkin Vale akan sujud syukur jika Vio bisa seDikit saja lebih cepat konek dengan segala sesuatu yang dibicarakan orang orang. Entah orang tua Vio memakan apa saat ngidam anak itu, hingga Vio seolah kekurangan vitamin sehingga daya pikirnya menjadi selemah ini. Ya ampu, Vale sudah kelewatan. Pikirannya memang sering jahat tanpa perlu di utarakan. Vale buru buru meminta maaf dalam hatinya karena sudah keterlaluan mengomentari Vio. Biar bagaimana pun juga, Vio adalah sahabatnya yang tentu saja baik hati. Vale merasa bersalah telah berpikiran hal tersebut. Maafkan aku yaa Vioku sayang, Vale jahat dalam hati doang kok, gak sempet ngomong malah.
"Vio.... Gue denger apa yang lo omongin!" bentak Vale galak. Hormonnya hari ini memang se dan g tidak baik, sehingga segala sesuatunya jadi terlihat serba salah. Seolah yang benar di dunia ini h a n y a Vale doang. Tapi Vio memang nyebelin, lemotnya keterlaluan, Vale sampai ingin meremas wajahnya jika se dan g kesal setengah mati, tapi tentu saja hal tersebut tidak mungkin dilakukannya. Bisa bisa Vale di anggap psikopat karena bertindak seperti itu terhadap teman sendiri. Padahal Vio sungguh sungguh kebingungan dan memang cara kerja otaknya yang l u a r b i a s a lambat.
Sementara Lala berusaha untuk tidak tertawa demi menjaga ketenangan kelas ini, Vio malah menundukan kepalanya, kalo udah kayak gini pasti nih anak takut. Kasian juga Vio, udah lemot harus tertekan karena Vale yang sering bersikap galak. Ya abis Vio juga nyebelin sih, coba pinter Dikit. Rickyiit aja. Mungkin Vale gak akan emosi terus. Ini boro boro, setiap perkataan orang lain serasa harus di j e l a s kan pada Vio agar cewek itu memahaminya. Kan jika se dan g kesal, emosi, ya pasti Vio kena bentak dan omel dong. Ka dan g Vale juga kasihan sih, tapi ya gimana, lumayan deh buat melatih mental Vio.
Hem, gue aja sempet bingung, kenapa Vale bisa milih orang lemot sekaligus penakut kayak gini jadi sahabatnya. Tapi, iya sih, ka dan g-ka dan g Vio itu lucu. Menghibur. Batin Lala tersenyum. Mengingat sosok Vio yang memang seperti itu a dan ya. Hal baiknya, Vio sangat jujur. Jika ada yang mengajak Vio berbohong, hal tersebut akan sulit berjalan dengan baik. Sudah pasti Vio akan membocirkan semua rahasia yang ia ketahui. Vio memang gak akan pantas jadi agen rahasia yang menyelinap di kan dan g lawan, bisa bisa kelompok yang dimiliki Vio akan menjadi tumbal sang lawan lantaran kepolosan cewek itu yang malah menjerumuskan orang lain ke dalam masalah yang sulit. Vio sungguh harus di jaga ekstra hati hati jika tidak ingin terjebak ke dalam lingkup pergaulan yang salah dan menyesatkan.
"Dia lagi dateng matahari, Vio." Kata Lala berusaha menjawab pertanyaan Vio, agar cewek itu tidak cemberut akibat dibentak Vale.
Haduh, Vale salah nyebut lagi. Mana ngerti Vio pake perumpamaan kedatangan matahari, bakal panjang nih urusan. Vio pasti bakal bahas kebingungannya, kan jadi aneh kalo diper j e l a s lagi. Kenapa Vio gak langsung mencerna pada pernyataan pertama aja sih? Nasib banget harus punya temen kayak gini, kayaknya Lala juga mulai gak sanggup untuk menanggapi Vio yang lemot l u a r b i a s a . Tapi ia buru buru mengusik pikiran itu, ya ampu mereka kan berteman sudah sejak lama. Baik lah ini h a n y a terbawa emosi aja karena Vio benar bener bikin orang kesal terus dengan kelemotannya yang tiada akhir. Rasanya kalo ada obat buat mengatasi kelemotan Vio, Lala akan membelikannya dengan segera.
Vio yang duduk dibelakang Vale dan Lala h a n y a menatapnya bingung. Pasti lagi lola, batin Lala lagi.
"Emang, bisa gitu, matahari datengin Vale? Panas dong pasti." Sahutnya lagi semakin tidak masuk akal, namun ucapannya terdengar polos, membuat yang mendengarnya mempercayai bahwa Vio memang tidak mengerti dengan ucapan Lala.
Ampun banget emang ngadepin Vio, diperlukan kesabaran ekstra l u a r b i a s a . Beruntumg Vale dan Lala sudah berlatih sabar setiap kali menghadapi Vio, meski sesekali masih merasa emosi tapi mulai bisa lah di atur Dikit Dikit, dan mensugesti diri sendiri untuk tidak marah, tidak marah. Vio lemot natural, Vio g****k dari lahir, jadi gak boleh marah. Tarik napas yang dalem, tahan, keluarkan. Oke. Vio udah biasa kayak gitu jadi gak boleh marah, mereka juga sudah biasa kan menghadapi kelakuan aneh Vio. Hal tersebut berusaha ditanamkan Vale dan Lala jika mulai kesal dengan Vio, dan beruntung sampai saat ini masih bekerja dengan baik sehingga mereka masih sanggup menghadapi Vio.
"Iya, dan bentar lagi, mataharinya bakalan datengin lo juga, dan bakar lo sekalian." Kata Lala mencoba menakuti Vio. Yaudah lah ya, sekalian aja di isengin. Paling juga Vio gak sadar dan takut benera, lumayan juga kan hiburan. Dari pada di bawa stres karena kesal, mending seenggaknya di bawa asik saja deh. Lala benar benar sudah berdamai dalam menghadapi sikap Vio dan bisa menanggapinya dengan seperti itu.
Namun, berbeda dengan Vale yang masih sering mengedepankan emosinya karena tak sabar dengan ulah Vio yang semakin hari semakin aneh saja dan Vale sulit sekali memahaminya. Tapi Vale tetap kuat, Vale hebat kan bisa bertahan temenan sama Vio hingga detik ini. Ia harus mengapresiasi dirinya sendiri atas pencapaian yang sangat l u a r b i a s a ini.
Setelah diam beberapa saat, Vio menyadari bahwa dirinya telah dikerjai oleh Lala, sambil mengembungkan pipinya yang chubby itu, dia menatap Lala kesal, dan langsung memalingkan wajahnya untuk tidak menatap Lala yang sekarang sudah siap untuk menyemburkan tawanya.
Ah, Vio oon dasar!
Vale akhirnya turut tertawa melihat wajah Vio yang tampak kesal karena sadar dikerjai. Kalo lagi gini emang kelihatan lucu sih Vio, gak ngeselin banget. Emang enak dikerjain Lala, gak tau aja kita latihan mempertebal keimanan setiap di dekat Vio karena emosi banget. Kalo gini kan seenggaknya seimbang, gak C u m a Lala dan Vale yang kesel sendirian. Ia bisa merasakan balas dendam karena Vio juga ikut kesal diisengi oleh temannya itu. Padahal yaa salah Vio juga kenapa gak paham, itu kan C u m a masalah matahari, ya kalo kedatangan matahari artinya dateng bulan dong. Itu j e l a s j e l a s h a n y a plesetan, tapi Vio tak mampu memahaminya. Ia jadi penasaran cowok kayak apa yang bakal tabah buat nemenin Vio kelak.
"Gak lucu tau, Lalaaaa....!!!" teriak Vio sebal, dengan matanya yang memicing dan bibir mengerucut. Cewek itu melipat kedua tangannya seraya bersedekap, menunjukan bahwa Vio benar benar bete dengan sikap Lala dan vale yang turut menertawainya. Se dan g menurut Vio tidak ada yang lucu. Lala emang jahat, bisa bisanya bohongin dan mainin Vio kayak gini. Padahal Vio kan beneran gak paham, tinggal j e l a s in Dikit aja kek. Padahal kan gak ada salahnya menolong orang, nanti Lala bisa dapet pahala yang berlimpah karena sudah menolong Vio. Vio akan teringat selalu jasa jasa Lala, sehingga Vio akan berdoa tentang Lala seumur hidupnya.
Dari samping jendela, tepatnya di luar kelas, Lala menangkap bayangan madam nano nano yang sudah tengah berjalan di koridor untuk kembali memasuki kelas. Langkahnya tampak cepat untuk bisa mencapai ke pintu kelas yang sebenarnya masih jauh, tapi karena langkahnya yang panjang panjang membuat guru tersebut kini sudah menyentuh gagang pintu untuk memasuki kelasnya yang ia tingga beberapa saat lalu untuk keperluan yang lebih urgent. Tubuh Lala seketika menegak, lalu tangannya segera bergerak untuk mengguncang bahu Vale yang kini masih merebahkan kepalanya di atas meja karena kelelahan saat datang tadi, dan mereka gak tau apa alasan Vale kelelahan karena belum cerita.
“Val! Val! Vale! Madam nano nano dateng, cepet bangun!” seru Lala seraya mengguncang bahu Vale yang masih menyender di meja. Kepalanya terasa berat sekali untuk terangkat seolah sudah lebih nyaman berada dalam posisi tersebut dari pada menegak. Seperti ada magnet yang diletakan di meja, sementara kepala Vale sebagai kutub yang bersebrangan dari meja tersebut sehingga membuat kepalanya dengan meja di kelas ini tarik menarik menguatkan diri. Pikiran Vale semakin melantur dengan pembahasan yang tidak berguna, vale juga menyadarinya. Maka dari itu, Vale tidak memberikan usul apa pun. Cewek itu h a n y a buru buru menuruti perintah Lala untuk segera bangun dari rebahannya.
“Oke, thank you Lala.” Sahut Vale tanpa banyak komentar dan h a n y a bangun dari rebahan kepalanya. Tubuhnya segera menegak dan melihat ke depan kelas, ia menangkap sosok madam nano nano yang sudah kembali ke singgasananya yang tidak mewah itu. Madam nano nano terlihat mengedarkan pan dan gan ke seluruh isi penjuru kelas seolah mengabsen satu persatu siswa yang ada di kelas ini dengan matanya, Vale jadi takut dan khawatir madam nano nano menyadari ke tidak hadirannya sebelum ini. Semoga saja madam nano nano gak sadar dan gak merhatiin amat. Vale berdoa dalam hati dengan sungguh sungguh agar doanya di ijabah Tuhan.
Pa dan gan madam nano nano kini benar benar mengarah kepa dan ya, Vale berusaha tenang dan tetap santai, tidak boleh terlihat mencurigakan. Vale harus percaya diri meski ia salah, sebab jika Vale ketakutan yang ada dirinya malah makin di serang, Maka dari itu Vale memasang wajah serius seolah olah se dan g mendengarkan pen j e l a s an Madam nano nano sejak tadi. Tentu saja agar tidak terlihat mencurigakan, seperti kata pepatah, biar salah yang penting sombong. Pepatah mana sih yang bilang gitu, kayaknya Vale ngarang deh, gak ada yang ngomong gitu kok. Oke Vale bener bener udah ngelantur pembahasannya dan gak j e l a s ngomongin apa.
“Valena?” panggil madam nano nano seraya menyebutkan namanya, sambil membenarkan kaca mata milik guru tersebut.
Vale yang terkejut seketika menegak. Matik! Matik! Jangan jangan madam nano nano menyadari absennya ia sejak tadi dan baru muncul. Namun, Vale berusaha menyembunyikan ketakutannya dan memilih untuk menjawab ucapan Madam nano nano terlebih dahulu.
“Ya, Madam?” tanya Vale berusaha terlihat tidak berdosa.
Madam nano nano tampak diam sebentar, yang membuat Vale merasa deg degan banget karena takut ketahuan.
“Tolong hapuskan papan tulis.” Kata Madam nano nano lagi seraya menunjuk papan tulis yang sudah banyak coretan akibat dari pen j e l a s annya.
Ucapan tersebut kontan membuat mata Vale membulat. Ya ampun, Dikira apaan. Vale sudah panih aja, takut diingat dan di omeli di depan kelas. Ternyata C u m a mau ngapus papan tulis, Vale bersyukur sebanyak banyaknya karena doanya yang diijabah itu. Ternyata ketakutannya tidak menjadi nyata dan madam nano nano tidak menyadari tentang keberadaannya yang memang baru datang itu. Beruntung madam nano nano tidak seteliti itu, mungkin guru itu h a n y a berusaha terlihat galak agar ditakuti murid murid, padahal ia gak teliti amat. Padahal tadi madam nano nano sempat bertanya pada Vio, dan tempat duduk Vale kan dekat Vio. Tapi madam nano nano lagi lagi tidak menyadari hal itu. Bagus deh ! bagus banget malah, jadi Vale bisa bernapas dengan tenang.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o B e C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *