Vian mencoba mengingat-ingat. Yang ia tahu, saat ia mencium aroma bunga itu, kakaknya memang sedang memakai gaun berwarna ungu. Tapi bibirnya tertarik sedikit ketika tersenyum kecil. “Yang benar saja. Kau mengantongi bunga langka seperti baru saja memungut koin di pinggir jalan.” Vian berkomentar tidak percaya seperti biasa. Lagipula saat melepas zirah dulu ia tidak mencium aroma bunga itu. Tiffa sendiri tampak acuh. Tangannya sibuk memainkan kelopak bunga. “Aku menaruhnya ke dalam kantong kulit naga.” Heidi langsung tersinggung berat. “Tunggu dulu. Kau menggunakan kulitku untuk dijadikan kantong? Berani sekali kau!” Bentaknya murka. Veronica sampai menoleh karena ngeri juga membayangkan bagaimana kejamnya Tiffa memperlakukan Heidi di masa lalu. Tiffa memutar matanya malas. “Memangn

