Dua

1622 Kata
Hari yang telah di tunggu-tunggu Leon telah tiba, di mana ia akan melangsung pernikahan dengan kekasihnya Cheryl. Dengan senyum yang terus menerus terukir di b*bir, Cheryl menyambung kedatangan suaminya yang menghampirinya dengan senyum tak kalah bahagia darinya. “aku mencintai mu sayang” ucap Leon di telinga Cheryl. “Kalau kau tidak mencintai ku, kau tidak menikahi ku seperti saat ini. Dan kalau aku tidak mencintai mu, aku tidak akan menikah dengan mu seperti saat ini” balas Cheryl. Ijab kabul selesai, kini Leon dan Cheryl telah resmi menjadi sepasang suami istri. Para tamu memberikan ucapan selamat kepada Leon dan Cheryl, begitu juga dengan para kakak-kakak Leon dan juga kedua orangtuanya. “Akhirnya, satu lagi anak mama sudah melepas masa lajangnya” kata Atika. “Iya Ma, tinggal anak kita yang paling kecil dan yang pastinya akan sulit untuk memberikan kita menantu, tapi sudahlah, kita beri waktu untuk Irvan untuk memilih dan mempersiapkan hati untuk menikah” timpal David. “Oh iya, di mana Irvan? Dari tadi mama nggakmelihat Irvan ada di sini” kata Atika. “kayak nggak tau Irvan aja Ma, dari dulu kan dia paling nggak suka di acara pernikahan seperti ini, paling juga dia ada di kamarnya atau sedang duduk-duduk di depan” kata Damar Bramasta, kakak pertama Irvan. “Yasudah, kamu panggil adik kamu, kita akan foto bersama. Nggak mungkin kan adik kamu itu nggak ikut, yang ada orang mengira kalau dia bukan anak mama” kata Atika sambil tersenyum, sementara anak dan menantunya tertawa kecil. “Sepertinya sih iya Ma, karena di antara kita berlima, hanya Irvan yang berbeda, mungkin saja dia anak tetangga yang mama ambil atau mungkin mama temukan di samping rumah” kata Dean Andrean lalu mereka tertawa bersama, sementara Lupita Anggraini langsung mencubit lengan suaminya yang tidak bisa menahan bicaranya. Tanpa mereka sadari, Irvan tengah berjalan ke arah mereka, mendengar semua apa yang sedang mereka bicarakan, dan kekonyolan yang telah mereka ucapkan tentang dirinya. “Aku masih punya telinga ya, dan aku masih bisa denger” kata Irvan yang langsung membuat Dean dan Lupita terkejut, takut-takut kalau adik bungsunya itu marah, sementara kedua orangtuanya dan kakak-kakaknya yang lain, hanya bisa tertawa melihat ekspresi Irvan yang datar. Semenjak menikah, tidak ada di antara menantu-menantu Atika yang berani bicara dengan Irvan, lebih tepatnya mereka takut salah bicara karena Irvan memang paling tidak suka terlalu banyak berbicara dengan wanita, hannya seperlunya saja. Mengerti dengan perasaan para menantunya, Atika meminta Irvan untuk lebih welcome kepada kakak-kakak iparnya, demi kenyamanan bersama, dan Irvan tidak menolak permintaan itu, hingga kini mereka semakin dekat dan mulai bercanda dengan Irvan, namun hanya sewajarnya saja. Foto bersama di lakukan hanya dalam beberapa menit, setelahnya Irvan kembali dengan kesendiriannya tanpa menghiraukan apa yang terjadi. Ia duduk tak jauh dari keluarganya, dan masih terjangkau oleh pandangan LEon dan juga Cheryl. “Sayang, aku kok merasa aneh ya sama adik kamu” kata Cheryl. “Aneh apanya sayang? Jangan bilang kalau kamu ada rasa sama dia? Jangan bilang kamu tiba-tiba jatuh cinta sama dia karena dia lebih tampan dari aku? Karena kalau kamu bilang seperti itu, maka aku tidak akan bisa menahan tawa ku” canda Leon. “Bukan sayang, dai benar-benar berbeda. Mungkin kamu nggak ngerasa kalau dia berbeda, tapi aku merasa dia berbeda dan seperti sedang menutupi sesuatu” kata Cheryl lagi. “Ya kau benar sayang, dia memang berbeda. Dan kau tau, seharusnya dia itu menjadi penulis, dan dalam tulisannya dia harus menulis kisah tentang dirinya dengan judul ‘ayah mengapa aku berbeda’” kata Leon, lalu ia terkekeh. Cheryl tidak begitu menanggapi kalimat Leon yang terakhir, dan Leon juga tidak begitu memperhatikan respon dan reaksi Cheryl, ia justru sibuk memperhatikan kedua orangtuanya yang tengah tertawa bahagia di hari pernikahannya itu. Sementara Cheryl, ia masih saja menatap ke arah Irvan yang tengah sibuk memainkan ponselnya, dan tanpa ia sadari, Irvan langsung mengalihkan pandangannya kepadanya dan tatapan mereka saling beradu, tatapan yang benar-benar berbeda. Cheryl menatap Irvan dengan tatapan penuh tandad tanya, sementara Irvan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Sadar kalau Irvan telah menatapnya, dengan cepat Cheryl mengalihkan pandangannya, ia tak ingin Irvan menyadari kalau ia sedang memperhatikannya meski sebenarnya Irvan sudah mengetahuinya jauh sebelum kedua mata mereka beradu. Bagi Cheryl, setelah ia menikah, kebahagiaan akan datang menghampirinya dan ia akan sangat menikmati statusnya saat ini, yaitu sebagai istri dan sebagai ibu rumah tangga karena ia memilih untuk melepaskan pekerjaannya dan ikut bersama Leon. Di balik pemikirannya yang bahkan belum tentu benar itu, Cheryl memiliki firasat kalau Irvan akan mendatangkan masalah dalam rumah tangganya, akan membuat rumah tangganya kacau dan bahkan akan menghancurkannya. Namun, Cheryl memilih untuk menbuang jauh-jauh firasat buruk dan pemikiran konyol itu, karena ia yakin kalau Irvan bukanlah orang yang demikian, apalagi Irvan adalah adik Leon. “Sudah waktunya untuk pulang, kembali lagi rumah ini sepi tanpa ada anak, menantu dan cucu lagi” ucap Irvan setelah tiga hari pernikahan Leon. “Anak ini, membuat mama merasa sedih saja” kata Atika, lalu ia menjewer kuping putra kecilnya itu. “Benar dong Ma, mama dan papa akan kesepian lagi karena kami akan kembali mengais rezeki”. “Jangan sedih dong Ma, nanti juga kita pasti akan kumpul lagi, mungkin dalam waktu dekat di pernikahan Irvan” kata Indra, kakak ketiga Irvan. “Udah deh, sebaiknnya kita berangkat, jangan jadikan aku sebagai bahan pergosipan, karena aku bukan artis yang perlu di gosipin ataupun di bicarakan oleh netizen” ketus Irvan, lalu mereka tertawa bersama. Irvan meraih kopernya, lalu berjalan mendekati kedua orangtuanya dan mencium punggung tangan mereka dan di susul oleh keempat kakak-kakak dan juga kakak iparnya. Ketiga kaka Irvan kembali ke rumah masing-masing, sementara Irvan dan Leon bersama Cheryl kembali ke Jakarta karena mereka bekerja di perusahaan yang sama. “Oh iya, sebaiknya kalian tinggal bersama sayang, mama lebih tenang kalau kamu tinggal bersama kakak mu, karena sudah ada kakak ipar mu yang akan memperhatikan mu seperti mama” pesan Atika sebelum kepergian mereka. Selama perjalan, Leon hanya fokus dengan ponselnya, bahkan sedikitpun ia tidak menghiraukan Cheryl. Sementara Irvan, ia justru lebih memperhatikan Chery meski hanya lewat kaca spion saja. “Oh iya Van, bagaimana menurut mu ide mama?” tanya Leon tiba-tiba. Deg… Ada sesuatu yang mengganjal di hati Cheryl, namun ia tidak tau apa yang mengganjal itu dan ia tak ingin mengutarakannya. “Meurut ku tidak perlu, aku masih bisa mengurus diri ku sendiri sampai nanti aku mendapatkan istri yang juga bisa mengurus ku menggantikan mama” jawab Irvan datar. “Yasudah, tapi jangan segan-segan untuk datang ke rumah kalau kamu membutuhkan sesuatu” kata Leon. "Sudah pasti, karena kalianlah yang akan menjadi orangtua ku di sini menggantikan mama dan papa. Jadi kalau bukan kepada kalian, kepada siapa lagi aku akan mengadu kalau aku membutukan sesuatu?" kata Irvan lagi. "Oh iya, kakak tidak ada rencana untuk mengadakan acara di sini? Maksud ku acara kecil-kecilan, kakak tau sendiri kan rekan kantor kita tidak ada yang datang dengan alasan jarak?" Lanjut Irvan. Sebenarnya sih kakak juga memikirkan hal itu, tapi mungkin akan kakak adakan weekend nanti, kamu bantuin kakak ya untuk mempersiapkan semuanya. Tidak perlu mewah atau semacamnya, cukup hanya makan malam saja dan minum-minum sedikitlah" kata Leon yang di jawab dengan anggukan oleh Irvan. Irvan dan Leon kembali bekerja seperti sebelumnya, dan tanpa terasa, weekend telah tiba. Sesuai dengan apa yang mereka rencanakan sebelumnya, Irvan berkunuung ke rumah Leon dan membantu mereka untuk mempersiapkan segala sesuatunya. "Akhirnya, seorang Leon melepaskan masa lajangnya, dan paling beruntungnya, dia bisa mendapatkan wanita yang sangat cantik" kata Gito, salah satu rekan kerja Leon. "Wajar dong dapat istri cantik, karena tak bisa di pungkiri kalau aku juga sangat tampan, meskipun ketampanan ku masih kalah dengan adik ku Irvan, tapi itu hanya beda tipi, hanya nol koma nol nol sekian lah" kata Leon puji diri, lalu mereka tertawa bersama. "Nggak ada rencana bulan madu?" tanya Tantri yang langsung membuat Cheryl tersedak, dengan cepat Leon menyodorkan air minum kepada Cheryl. "Tuh, udah di kasih kode, kak Cheryl juga pengen tuh" timpal Lusi, kembali lagi mereka tertawa bersama. Semua sudah kembali karena hari sudah larut malam, kini hanya ada Leon, Irvan dan juga Cheryl. Cheryl mulai membereskan rumahnya yang kini bak kapal pecah yang di bantu oleh Irvan, sementara Leon langsung pergi ke kamar dengan alasan pekerjaan yang harus di selesaikan. Ada sedikit ketakutan di dalam hati Cheryl, namun ia mencoba untuk menepisnya dan tetap meyakinkan dirinya kalau Irvan adalah adiknya. Sesekali Cheryl memperhatikan Irvan yang tengah sibuk mencuci piring, bahkan ia tak menyadari kalau Irvan kini sudah berdiri tepat di hadapannya. "Malah bengong, kesambet baru tau rasa kak" kata Irvan, sontak membuat Charyl terkejut. Cheryl sedikit gelagapan, ia bingung harus berkata apa, karena ia takut salah bicara. Ia sudah mendengar banyak tentang Irvan dari mertua dan juga kakak-kakak ipar Irvan, jadi ia memilih untu berhati-hati. Cheryl berusaha untuk menutupi kegugupannya, dan bertingkah kalau sewajarnya. "Ih apaan sih Van, ngagetin kakak aja. Kalau kakak jantungan gimana?". Deg... Jantung Cheryl seolah berhenti berdetak setelah mengucapkan kalimat itu, ia benar-benar takut mendengar kalimat apa yang akan di lontarkan oleh Irvan kepadanya, atau justru tidak berkomentar sama sekali. "Kalau jantungan ya tinggal ganti jantung aja, masih banyak tuh jantung ayam di jual di pasar" canda Irvan. "Enak aja, masa jantung kakak di ganti sama jantung ayam, yang ada kakak bakalan berkokok dong" Kata Cheryl lalu mereka tertawa bersama. 'Ternyata Irvan seru juga ya, tidak semenakutkan seperti apa yang kakak ipar katakan. Tapi mungkin juga sih apa yang mereka katakan benar, berbeda kalau kita sudah dekat dengannya. Semoga saja tetap seperti ini, dan aku tidak mengundang amarah singa satu ini' batin Cheryl. Cheryl masuk ke dalam kamar dengan senyum yang tersungging di bibirnya, membuat Leon menatapnya dengan tatapan aneh dan juga curiga. "Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu?".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN