XII GREY AREAS

1678 Kata
Author’s Point of View "Baiklah, aku akan membuka pikiranku. Jelaskan semuanya dan aku akan terima semuanya." "Kecuali sesuatu irrasional." Tambah Zlo. Siapa yang menyangka jika Zlo akan membuka kembali kepercayaannya pada Sitma? Mungkin saja saat ini Zlo sudah terlalu putus asa atas menemukan cara agar Sam kembali seperti semula. Semua ia lakukan untuk misi. "Lihatlah matamu Zlo. Iris biru itu mengecil membuat pupilmu ikut berkurang diameternya dengan cepat. Kau hanya percaya padaku tidak lebih dari 40%." Tebak Sitma yang sebenarnya masih ragu jika harus memberitahu yang sebenarnya. Mata indah Zlo benar mengatakan segalanya, seperti buku yang terbuka. "Setidaknya kau besyukur aku langsung membuka ke-40%nya dengan cepat dari yang tadinya nihil." Jawab Zlo dengan sedikit menghela nafasnya seakan melepaskan rasa curiga itu melalu hembusan. Sitma tak punya pilihan lagi, sekarang dia ada di pihak Sam dan semua yang terikat dengannya di tempat asing ini. Bagaikan buah kapas yang tertiup angin, Sitma menjadi seseorang yang takpunya pilihan hidup dan hanya melihat dunia sesuai kemana dirinya dibawa angin. "Aku tak memiliki motif pribadi atas segala yang aku lakukan kemarin" Jelas Sitma. "Bukan itu yang aku tanyakan. Sudah pasti ini bukan kepentingan pribadi, aku tau ini lebih besar. Jujur saja atas siapa kau bekerja? Khususnya apa yang kau cari di sini?" Tanya Zlo lebih tenang. Semua jelas tau Sitma bekerja untuk Mr. Anaro. "Aku tak bisa memberi tahumu." "Jadi, sampai detik ini kau masih bekerja untuk mereka?" "Tidak" "Jawablah Sitma, ini bukan hanya demi dirimu atau nyawamu. Ini untuk semua masyarakat dunia, juga Sam. Apa kau memang begitu egois?" Zlo membumbui pertanyaan tersebut dan berharap Sitma dapat menjawabnya dengan jawaban yang lebih jelas. “Sam? Apa yang terjadi padanya?” Tanya Sitma dengan menutupi kegelisahannya, seakan ia tidak peduli sedikitpun. “Ia sangat kacau saat ini, sudahlah jawab dulu pertanyaanku” Kembali Zlo mengingatkan Sitma, apa tujuan Zlo menghampirinya. "Adikku. Mereka menyandra banyak orang dan adikku Amara. Mereka lebih besar dari kau dan misimu ini. Mereka sangat dekat dan mereka adalah-....." Sitma terjatuh, tubuhnya bergetar seperti orang kejang. Ia pingsan. Zlo segera membawanya ke unit kesehatan dengan menggendongnya sendiri. Zlo terlihat sedikit kecewa karna jawaban yang diberi Sitma belum lengkap sepenuhnya, namun kesehatan Sitma adalah yang utama. Utama karna dia adalah manusia dan sumber informasi untuk kepentingan misi ini yang akan sangat membantu. *** Keesokan harinya Zlo menghampiri Sitma yang masih belum sadarkan diri sejak kemarin dan sudah menghubungi Sam satu jam setelah Sitma pingsan, namun Sam belum menjenguknya sampai sekarang. Ya, Zlo mengecek daftar besuk pada kamar Sitma dan tidak ada satu orangpun yang menengoki Sitma. Jelas saja, Sitma hanya tahanan, tidak ada yang mengenalnya di sini. Sitma yang malang. Di benak Zlo bertanya-tanya tentang keberadaan Sam. "Di mana dia? Aku tidak yakin kalau dia tak peduli akan keadaan Sitma. Bahkan kemarin ia sangat bersemangat untuk menolong wanita itu, sampai turun tangan langsung.” “Apakah Sam masih dikamarnya tanpa memakan apapun? Sungguh ia akan mati!” Setelah melihat keadaan Sitma yang masih belum sadarkan diri dan melakukan pengecekan jam besuk, Zlo bergegas menuju kamar Sam. Zlo beranjak keluar lalu menutup pintu kamar Sitma, saat itu Zlo tak sengaja melihat mesin monitor pasien, tiba-tiba mesin itu menunjukan pergerakan yang cukup signifikan. Kedua garis hijau diatas itu mulai bergerak lebih cepat dan stabil dan garis gelombang hijau di bawah - SPO2 - ukuran kejenuhan oksigen. Karena memang bentuk gelombangnya selalu terlihat seperti itu yang artinya ketiga garis tersebut menunjukkan pergerakan detak jantung Sitma. Rasa penasaran membuat Zlo menghentikan langkahnya dan masuk kembali untuk sekali lagi melihat keadaan Sitma. Benar saja! Sitma langsung terbangun dengan keadaan terkejut pula. "Di mana aku?!" "Siapa kau?!" "Hey kendalikan emosimu. Kau baru saja siuman dari pingsan yang sangat tiba-tiba." Zlo menjelaskan dengan pelan dan sedikit menekan. "Aku tidak kenal denganmu dan aku tak peduli!" Sitma melepas semua peralatan medis yang menempel di tubuhnya. Ia keluar dengan masih menggunakan baju pasien dan berharap bisa menemukan jalan keluar dari tempat yang menurutnya cukup aneh. "Sitma! Mau kemana kau?!" "Hey Sitma, kau tak akan bisa keluar semudah itu!" Lanjut Zlo meneriaki dari pintu mengarah ke arah lorong jalan Sitma. Sitma benar-benar seperti orang hilang ingatan! Ia mencari jalan keluar yang seharusnya ia hindari. Sitma yang masih dalam keadaan lemas sesekali berlari untuk menyusuri lorong-lorong ditempat itu. Untuk mengingatkan kembali, sebenarnya tempat ini adalah tempat ter-aman untuknya untuk saat ini. Setelah mencapai ujung lorong, benar saja Sitma ditangkap oleh pihak keamanan. Apalagi statusnya masih menjadi tahanan di sini, sudah pasti pihak keamanan akan berkoordinasi dengan cepat untuk menangkapnya. Sitma tentunya memberontak ketika dicegat dan tidak diperbolehkan untuk keluar, tapi bius pihak keaman lebih kuat untuk melawan keinginan Sitma, ia terjatuh, dengan mudah Sitma dikembalikan ke-selnya. Kini Zlo merasa lebih tenang karena telah mengetahui jika Sitma sudah kembali ke "rumah"nya. Zlo kembali menjalankan niatnya untuk "menjenguk" Sam dikamarnya selagi menunggu Sitma sadar untuk kedua kalinya. Sesampainya di ruangan Sam, Ting Tung "Hi, Saya adalah robot-pintu. Hari ini adalah hari Kamis pukul 3 siang, Tuan Sam menerima tamu masuk pada waktu ini. Maaf, bisa tuliskan nama anda?" "Ada-ada saja Sam.." Zlo terheran dengan kelakuan temannya yang sedikit diluar akal. Bagaimana tidak, sam menciptakan robot-pintu dengan hologram kepala anjingnya hobbit. Akhirnya Zlo mengetik namanya pada keyboard hologram yang terletak di pintu dan di bawah hologram kepala hobbit. "Tuan Zlo Bluesky, anda sejak lama ditunggu Tuan Sam. Silahkan masuk" Hobit memang pintar membuat orang lain senang. Pintu itu terbuka sendiri, sudah banyak yang berubah dari ruangannya. Sepertinya Sam sudah bangkit dari jatuhnya. "Hai Sam!" "Zlo!" Sam’s Point of View Hari sudah dua hari aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Setelah kejadian itu aku banyak memutuskan sesuatu, salah satunya mendekor ulang ruangan ini. Rasa rinduku pada Hobit memotivasi ku untuk beralih ke ahli teknologi *Sam memakai kaca mata dan kemeja longgar, memberi kesan seorang jenius teknologi yang keren (di matanya)*. Setelah membuat beberapa robot dan program, tepat saat akum au istirahat, Zlo datang ke ruanganku. Aku tahu itu dia karna hobit yang memberi tahuku. Oh ya, untuk kata “sejak lama ditunggu” itu memang kata template agar semua orang dapat merasa dirinya berharga di mataku. Karna yang datang Zlo, dan kemungkinan tamu yang akan datang ke sini hanya dia, aku mau terlihat keren. Aku tidak jadi istirahat dan menggunakan kembali kacamata dan kemeja over sized itu, duduk di depan meja kerjaku, dan mengetik sesuatu. "Hai Sam!" "Zlo!" Zlo memperhatikan seluruh kamarku, pasti ia kagum. Hingga ia mengakhiri room tournya dengan duduk di depan meja kerjaku, tepat di depan tempatku sekarang duduk. "Kau pasti merindukannya?" Tanya Zlo seketika Siapa? Sitma? "Ya, aku merindukannya. Maka dari itu ku buat robot pintu itu. Ya Hobbit" Mungkin wajahku terlihat sedikit bingung. Sebenarnya aku sedikit bingung dengan pertanyaan Zlo, entah kemana arah sebenarnya yang penting aku jujur. Aku benar-benar merindukan Hobbit! "Okey, tapi pintumu memang sangat keren. Setidaknya dibanding pintu-pintu lain yang ada ditempat ini punyamu lah yang ter-up-date haha" Aku tak percaya Zlo memiliki selera humor (yang lumayan). Sepertinya ia mengerti kalau pertanyaan itu sensitif, jika yang dimaksud benar-benar Sitma. "Sam" Ada apa ini? "Ya?"  Jawabku sambil sibuk dengan beberapa perangkat didepanku. Ya aku ingin telihat sedang meng-upgrade benda-benda lain di sini yang tidak sesuai dengan jiwa muda dan modern ku. "Apa kau sudah membaca pesanku kemarin?" Aku-tidak-tahu. "Pesan? Oh ya, teleponku rusak. Aku hanya menerima pesan lewat mail di PC-ku" Jangan pikir aku berbohong, teleponku nyatanya rusak. "Hmm, baiklah.. Apa kau tau Sitma baru saja keluar dari Unit Kesehatan?" Aku hanya terdiam. Zlo juga diam. Artinya aku harus mengatakan sesuatu. Jika semua menunggu lalu sampai kapan harus menunggu lebih lama? "Aku sudah tidak peduli dengannya" Syukur aku bisa mengucapkan dengan lancar. "Apa kau yakin? Sepertinya dia hilang ingatan" Jawab Zlo. "Atau mungkin hanya berpura-pura" Lanjutku. Sam yang tiba-tiba menjadi tokoh antagonis. "Aku tak tau, tapi," Zlo belum menyelesaikan kalimatnya. Aku sengaja memotongnya karena sebuah alasan yang sangat penting. "Sudahlah Zlo, aku tak mau namanya dibahas lagi. Aku sudah berusaha untuk melupakannya." Jawabku. "Apa kau yakin? Bukannya kau bilang ini masalah sesuatu yang abstrak?" Zlo bertanya dengan nada pelan tapi sedikit menekan. "Aku hanya suka padanya Zlo, jangan membuat semuanya terlihat lebih dari itu." Ketika suasana sedikit hening, Robot yang melekat di pintu Sam melaporkan sesuatu. "Tuan Sam, ada seorang wanita dengan tinggi 180 cm, bermata hitam, tak terlalu besar dengan rambut ikal serta kulitnya yang kuning langsat terlihat sedikit emosional ingin masuk ruangan ini. Nona itu tidak mau menyebutkan namanya." "Kare!" Sontak Zlo. Zlo memang sangat pintar. Aku saja masih mencari dan melacak di dalam otakku siapakah yang dimaksud. "Buka Hobbit" Aku memerintahkan Hobbit. Sungguh aku rindu Hobbit yang nyata, yang masih menggunakan isyarat gerak tubuh untuk berbicara, yang memiliki selera makan sama denganku. "Kare, Ada apa kau repot-repot berkunjung ke ruanganku?" Tanyaku menggoda. "Aku tak ada urusan denganmu. Aku mencari Zlo." "Apa kau ingat apa yang sudah kau lupakan kemarin?" Tanya kare dengan tegas. Zlo terlihat panik dan sedikit berpikir keras. Mungkin sekarang dia sedang ada di posisiku saat mencari dan mengidentifikasi di dalam otakku ciri yang diberikan Hobbit tadi. Aku tarik kata-kataku tadi yang menyebut Zlo pintar. "Pesawat." Akhirnya, Kare menyebut kata kuncinya. Tunggu, Pesawat? Mereka terikat janji tentang pesawat? Bukannya aku pilot di sini? Lalu, kenapa mereka menyembunyikannya? "Astaga! Aku lupa untuk mengecek pesawat milik Sam. Maafkan aku, tapi aku benar-benar lupa." Zlo meyakinkan kalau ini adalah hal yang jujur tidak direkayasa. "Hey, hey, pesawat? Kenapa kalian tidak mengajakku?" Tanyaku yang sesungguhnya merasakan kekesalan walau hanya sedikit. "Aku tak punya banyak waktu." Kare keluar ruanganku tanpa pamit, tentu saja diikuti oleh Zlo dibelakangnya. Namun tiba-tiba Ia kembali dan berkata "Jika kau memasang perangkat asing lagi di camp ini, tanpa meminta izin, akan ku hancurkan." Woah! Wanita itu memang 'keren' 'aneh' 'menyeramkan' dsb. Aku tak mengerti kenapa Zlo tergila-gila padanya. Aku sendiri lagi diruanganku dengan masih menjalani proses penerimaan informasi bahwa Sitma hilang ingatan. Aku tak tahu harus sedih atau senang karena akhirnya ia tak usah susah payah dan tersiksa sepertiku untuk melupakan semua ini, atau memang aku tak pernah ada diingatannya, aku tidak tahu. Setidaknya aku bisa memberikan sikap baru dihadapannya tanpa harus khawatir ia akan merasa aneh dengan tingkahku. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN