Ulangan Semester

1193 Kata
"Perkenalkan, Saya Rendi. Saya adalah Kepala sekolah baru di sini" Jawabnya sambil tersenyum indah.  "Oh, jadi Bapak  yang menggantikan pak Baskoro, saya ke sini mau ulangan" ucapnya cuek. Kelly lalu melangkah ke meja yang sudah disiapkan dengan gaya tomboinya. Rendi yang menatapnya sejak tadi tersenyum penuh arti, dia lalu bangkit dari duduknya dan melangkah menghampiri Kelly "Memangnya kamu sudah siap ulangan? terus, buat apa kertas dan pulpen kau bawa segala?" tanyanya "Yaela Pak... buat nulis lah, Bapak ini beneran kepsek atau mahasiswa yang nyasar sih? gitu aja pake ditanya." Balas Kelly mulai jengkel. Dasar menyebalkan, dia pikir aku takut apa dengannya? awas saja kalau dia ngerjain aku!! gerutunya dalam hati. Rendi hanya tersenyum melihat wajah Kelly mulai memerah kesal seperti tomas rebus. Dia memang sengaja memancing reaksi Kelly, Rendi ingin membuktikan apakah laporan guru-guru itu benar. Dia juga ingin memberikan sedikit efek jera atas tingkahnya yang kurang beretika itu. Sebagai seorang anak dari pengusaha yang memiliki berbagai macam perusahaan baik dalam bisnis maupun bidang pendidikan, Rendi sengaja memilih yayasan pendidikan untuk dia kelola. Dia juga memilih untuk terjun langsung dalam memantau sejauh mana pendidikan di yayasannya itu berjalan, dan mengingat ada beberapa tingkatan pendidikan yang berada dalam naungan yayasan yang dikelolanya, mulai dari Play Group, TK, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. Sehingga dia memilih salah satu untuk dia kelola sendiri dan yang lainnya diserahkan kepada orang-orang kepercayaanya.  Karena dia lulusan dari Bimbingan Konseling dan cenderung senang mendidik dan membimbing anak-anak remaja sehingga dipilihlah jenjang SMA. Dan benar saja, setelah mendapat laporan terbaru dari para staf dan guru-guru sekolah, kalau ada salah satu siswa yang perlu bimbingan khusus, maka Rendi memindahkan kepala sekolah lama ke sekolahnya yang lain lalu menggantikannya. "Kamu percaya diri sekali mau menulis, aturan saya di sini adalah setiap siswa yang mengikuti ujian di ruangan kepala sekolah maka ujiannya itu lisan!" Ucapan Rendi sukses membuat mulut Kelly ternganga, matanya melotot tajam kearahnya yang bersandar santai disisi meja kerjanya. "Apa..!!? Heh pak! itu aturan dari mana? jangan mentang-mentang bapak kepala sekolah di sekolah ini bapak bisa seenaknya buat peraturan itu, ya. Aku tidak mau ujian lisan!" bentak Kelly marah-marah. "Terserah kamu saja, tapi yang jelas itu aturan resmi dari saya sebagai pimpinan dan tidak ada satupun yang bisa membantahnya. Menolak aturan bararti melawan kebijakan sekolah dan jika melawan kebijakan, hukumannya adalah dikeluarkan." Jelas Rendi sambil terus mengawasi reaksi Kelly. Gadis itu semakin kesal, giginya menggertak saking emosi. Dia tidak pernah diancam seperti itu sebelumnya. 'Benar-benar orang ini, cari gara-gara denganku. Liat aja nanti akan kupastikan dia dicopot dari jabatannya itu'. Ancamnya dalam hati. "Ok kalau sekarang kamu sudah siap, kita bisa mulai ujiannya". Ucap Rendi sambil duduk dikursinya dengan santai. Kelly yang masih mengumpat dalam hati hanya bisa terdiam. Rupanya ancaman Rendi mempengaruhinya. Dia juga tidak mau sampai dikeluarkan cuma gara-gara dia skip ujian sehari itu saja. Sehingga mau tidak mau dia berjalan dengan malas menuju meja Rendi dan mulai duduk. Sebenarnya Kelly termasuk anak yang lumayan pintar, cuma karena sikap arogannya itu yang membuatnya banyak menyebabkan masalah ditambah dukungan dan kasih sayang orang tuanya yang selalu membela apapun yang dia lakukan, sehingga dia menjadi apatis dan semena-mena terhadap orang lain. " Baik, pertanyaan pertama". Rendi memulai pertanyaannya. "Jam berapa kau bangun pagi ini?" "Hah..?Itu pertanyaan apa pak? tanya Kelly bingung "Jawab saja, anggap itu pertanyaan pembuka" Ucap Rendi datar. Mulut Kelly mencibir bergerak meniru ucapan Rendy. Melihat itu Rendi melototkan matanya. " Jam 7" ucap Kelly dengan cuek sambil melihati kukunya. "Oh... pantas saja kamu terlambat ke sekolah" ucap Rendi. Kelly hanya mendesah jengkel. Rendi lalu menyodorkan amplop kearahnya. Gadis itu semakin bingung. "Ini apa lagi?" Tanyanya bingung. Dia lalu membukanya mulai membacanya. Keningnya berkerut. "Apa-apaan ini, Pak. Kenapa harus ada surat peringatan segala?! tanya Kelly tidak terima, mata indahnya melotot tajam kearah Rendi. "Kamu tidak ada hak untuk protes, seperti yang saya bilang kalau aturan yang dibuat itu mutlak dan seluruh siswa wajib menerimanya. Saya mau besok orang tuamu datang menemui saya di sekolah. Kalau tidak, silakan minta surat pindah dibagian Tata Usaha dan dengan senang hati saya akan menandatanganinya." Jawabnya dengan tatapan tajam. 'Sial, berani-beraninya dia mengancamku, memangnya dia siapa?!. Baru jadi kepala sekolah rendahan aja uda belagu'. Umpat Kelly dalam hati. Dia lalu berdiri dan berniat meninggalkan tempat itu, dia gerah berlama-lama bersama kepsek menyebalkan itu. " Mau kemana kamu!? duduk..!! Perintah Rendi tegas. Kelly jadi semakin kesal, tapi dia kali ini tidak bisa melawan karena ancaman Rendi sukses membuat nyalinya ciut. Dia duduk kembali dan berusaha menahan emosinya agar tidak meledak. Dia benar-benar tidak suka dengan pria yang ada didepannya itu. Rendi kemudian membuka catatan soal yang diterimanya dari guru bidang study Kelly. Sebenarnya aturan ujian lisan untuk siswa terlambat itu tidak ada, hanya saja karena memang dia ingin menangani sendiri siswa yang telah lama meresahkan seantero sekolah itu. Dia tidak menyangka kalau siswa ini ternyata memang sangat arogan, tidak heran kalau seluruh bawahannya angkat tangan menghadapi tingkahnya. Tapi dia tidak sepenuhnya menyalahkan siswa, karena ada banyak faktor penyebabnya seperti pergaulan,lingkungan dan orang tua. Rendi juga belum sempat mengetahui seluruh latar belakang Kelly, dia hanya tahu kalau Kelly adalah anak dari seorang pengusaha terpandang. Sehingga pantas saja kalau sikapnya Angkuh. Tapi bukan Rendi namanya kalau hal seperti ini tidak bisa dia tangani. Dia tersenyum simpul sambil sesekali mencermati gerak gerik Kelly yang terlihat sudah gelisah ditempat duduknya. "Kalau kamu mau keluar silakan, tapi jangan pernah kembali lagi kesekolah ini" ucapnya tenang sambil memperbaiki posisi duduknya. Kelly hanya bisa menelan kembali amarahnya, 'lagi-lagi dia mengancam,bener-bener sialan nih orang' umpatnya kesal dalam hati. "Aku hanya mau keluar sebentar" respon Kelly. Dia tiba-tiba ingin sekali kencing saking tegang dan marahnya. Dia lalu bangkit dari duduknya. " Duduk.!". Perintah Rendi, tapi Kelly masih berdiri mematung. " Saya bilang duduk..!! kali ini suaranya sedikit membentak membuat Kelly refleks duduk teratur. Tapi perutnya sudah mulai tidak nyaman karena sejak tadi menahan kencing. Dia menjadi semakin gelisah. " Pak, aku cuma mau ke toilet sebentar masa itu aja gak boleh" ucapnya cemberut kesal. Rendi mengangkat kedua alis tebalnya paham. " Kamu tidak perlu keluar ruangan, dipojok belakang sebelah kiri ada toilet".  Karena sudah tidak tahan lagi, Kelly langsung berdiri lalu segera berlari menuju tempat itu. Rendi hanya menggeleng melihat tingkahnya. Dia lalu kembali memeriksa file yang sudah bertumpuk di mejanya. "Akhhhhh....!!!" tiba-tiba terdengar teriakan dari arah toilet. Rendi serta merta bangkit dan berlari menuju sumber suara itu. " Kamu kenapa teriak, ada a...? Ucapan Rendi tertenti seketika karena Kelly tiba-tiba menghambur dan memeluknya erat. " Deg..!" sesaat ada yang aneh dengan detakan jantungnya. " It..itu, a..ada cicak di dinding". ucap Kelly ketakutan, wajahnya pucat pasi dan napasnya terasa sesak. Kelly memang sejak kecil fobia dengan hewan reptil yang satu itu, hanya karena tanpa sengaja tubuhnya dijatuhi cicak waktu bermain. Sejak itulah setiap kali melihat hewan itu maka dia akan bereaksi seperti sekarang. Rendi hanya membiarkan Kelly memeluknya sampai rasa syok gadis itu hilang dan mulai tenang, sambil terus beristigfar dalam hati memohon pengampunan dari Allah swt karena telah menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Tapi dia juga tau kalau gadis itu hanya butuh tempat untuk menenangkan kecemasan dan rasa takutnya. "Sudah, tidak apa-apa. Cicaknya sudah pergi". ucapnya menenangkan sambil tetap berdiri mematung, kedua tangannya pun sama-sakali tidak bergerak.  Sementara itu Kelly yang masih membenamkan kepalanya didada bidang Rendi sudah mulai kembali tenang. Dia lalu membuka mata dan tersadar kalau ternyata yang dipeluknya itu adalah kepsek. Dia lalu segera melepaskan pelukannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN