BAB 7

1660 Kata
Shabila masih melambaikan tangannya ke arah Andra, meskipun seolah-olah tidak memperhatikan Andra melirik sebentar ke arah Shabila dan Andro. Lalu, dia kembali membuang muka dengan cepat. Pria itu langsung naik ke atas bus karena sudah akan berangkat. Saat itu lah hati Shabila sangat sedih tidak bisa ikut bersama Andra dan teman sekelasnya "Kemarin kan sudah abang bilang kamu ikut saja, tapi kamu masih berkeras hati dengan keputusan mu. Lihatlah sekarang kamu menyesal bukan? " Shabila menggeleng. " Tidak bang, Shabila tidak menyesal sama sekali. Kalau aku ikut, aku akan berbicara dengan siapa di sana. Aku tidak punya teman, Andra pun pasti tidak akan memperhatikan ku. Lebih baik tidak ikut saja,"kata Shabila terdengar sedih. "Lumayan uang yang bang Andro berikan bisa menambah puing-puing kekayaanku,"ucap Shabila menambahkan dengan nada ceria. Andro mengacak rambut Shabila. " Mari kita berangkat!"seru Andro penuh semangat. Terdengar bunyi pesan masuk ponsel Shabila. Lalu, gadis cantik tersebut menatap lama ke arah Andro. "Kenapa, Dek?"tanya Andro bingung ketika diperhatikan oleh Shabila. " Bang, sepertinya aku tidak jadi ikut bersama bang Andro. " "Kenapa? " "Tante memintaku datang ke rumahnya untuk membantunya menemani nenek." Andro mengangguk paham. "Biar abang mengantarmu," tawar Andro. "Tidak usah bang, kita kembali ke rumah dulu. Ada yang mau Shabila ambil di sana." "Baiklah,"jawab Andro. Setelah itu, Shabila menatap lurus ke depan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. *** Shabila terbangun pukul sembilan lewat empat puluh lima menit di malam hari. Gadis itu tertidur setelah waktu maghrib, saat dia baru sampai di rumahnya sepulang dari rumah tantenya. Awalnya Shabila ingin ke rumah Andra untuk memastikan apakah Andra sudah pulang atau belum. Namun, tubuhnya terasa lelah dan sangat mengantuk jadilah Shabila kembali ke rumahnya. Dia tahu kalau Andra masih belum pulang dari balasan pesan dari Andro. Karena lelah gadis itu tertidur. Shabila mengirim pesan kepada Andra dengan perasaan takut. "Andra." "Hmmmm,"tulis Andra setelah lima menit kemudian. "Kamu sudah pulang? Apakah kamu baik baik saja? Jam berapa kamu sampai di rumah? Aku berdiri seharian di jendela menantimu pulang, tapi aku ketiduran 😅." "BERISIK KAU!!! Jangan mengganggu tidur ku!" tulis Andra, Shabila paham saja ketika tulisan Andra sudah banyak capslocknya. "Baiklah Andra, maafkan aku telah menggangu tidur mu. Semoga mimpi indah, Andra." Tulis Shabila mengakhiri pesannya. Setelah itu tidak ada balasan apa pun lagi, Shabila tertawa kecil walau dia tahu Andra tidak menyukainya setidaknya Andra selalu membalas pesannya. Walau membutuhkan waktu yang sangat lama. Tiba-tiba perut Shabila keroncongan karena lapar. Gadis menatap jam di atas meja balasnya yang sudah larut malam. Dia juga tidak punya bahan makanan di dapur yang bisa di olah selain beras. Bibir Shabila mengerucut memikirkan sesuatu, dia mengetik sesuatu di ponselnya. "Bang Andro sudah tidur?"tulis Shabila mengirim pesan kepada Andro. Dua menit kemudian Andro membalas. "Sudah, ini arwah abang yang mengirim pesan." Balas Andro menghibur Shabila. "Hihihihi, bang, aku lapar boleh minta makanan tidak? Aku ketiduran jadi tidak sempat membeli makan malam. Kalau bang Andro tidak keberatan, temani aku beli makanan ke luar juga tidak apa-apa." Andro segera membalas. "Cepat kesini! Makan! Di rumah masih banyak makanan. Tidak perlu membeli makanan di luar." "Bang, kalau dibungkus bawa pulang boleh nggak? Hihihi aku takut kena semprot Andra kalau dia melihatnya." "Oke, lima menit lagi jemput ya, dibungkuskan dulu." "Makasih bang Andro ganteng, ganteng ngalahin Zayn Malik hehehe." Lima menit berikutnya, Shabila mengetuk pintu rumah Andra. Tapi gadis itu terkejut karena yang membuka pintu bukan Andro melainkan Andra. "Andra selamat malam! Maaf mengganggu aku ingin bertemu dengan bang Andro,"turut Shabila tersenyum gugup, tapi dia takut ternyata Andra lah yang menantinya di pintu. Lalu Andra menyerahkan tas kecil yang berisi kotak makanan. " Ini! Cukup sekali ini kau menyusahkan orang rumah ini! Apakah kamu tidak punya otak mengganggu tetanggamu malam hari!"kata Andra dengan nada ketus tanpa melihat ke arah Shabila. "Andra!!"seru suara Andro dari dalam rumah. Andro mendengar suara keras Andra, dan Andro yakin pastilah Shabila yang selalu menerima teriakan dan makian dari Andra. " Jaga bicara mu! Aku menitipkan makanan itu sebentar saja karena aku ke toilet! Bukan meminta kamu berkata kasar kepada Shabila. Lagipula aku juga tidak meminta tolong kepadamu untuk memberikan kepada Shabila. Aku hanya meminta memegang sebentar!"seru Andro tidak suka. Karena Andro masih di dalam rumah, tanpa sepengetahuan abangnya, Andra melempar tas makanan itu ke lantai di depan Shabila. "Itu makananmu!" Setelah melemparnya ke lantai Andra beranjak pergi ke kamarnya. Shabila dengan cepat mengambil tas itu dari lantai. Dia tidak ingin Andro melihatnya dan membuat gaduh kedua kakak beradik itu. d**a gadis itu mengernyit mendapat perlakuan seperti itu dari Andra. Lalu dia menghapus air mata yang mengenang di sudut matanya. Shabila malu menyusahkan keluarga Andra, tadi dia sudah meminta Andro menemaninya membeli makanan. Akan tetapi Andro mengatakan banyak makanan di rumah. "Bang Andro,"panggil Shabila dengan suara serak karena menahan tangisannya. "Terima kasih makanannya, aku pulang dulu." Belum sempat Andro menjawab, Shabila sudah berlari menuju rumahnya. Sedangkan Andro terpaku menatap bayangan Shabila dari pintu rumahnya. Andro menghela napas, dia kasihan setiap kali Andra memperlakukan Shabila seperti itu. *** Di dalam kamarnya Shabila tidak bisa membendung air matanya lagi. Sambila menangis, gadis itu membuka kotak makan yang isinya sudah berserakan. Gadis itu sangat susah menelan makanan karena tersendat oleh suara tangisannya. Tadinya dia memang sangat lapar dan butuh makanan. Perlakuan Andra kepadanya membuat rasa lapar itu hilang seketika. Dalam keremangan sinar lampu di kamarnya, suara tangisan Shabila terdengar cukup keras. "Kamu tidak boleh membuang makanan Shabil! Bang Andro sudah bersusah payah bangun dan membungkus kan makanan ini untukmu. Kalau bang Andro tahu kamu tidak jadi memakannya, dia akan marah sekali kepadamu,"ucap Shabila kepada dirinya sendiri. Sungguh dia tidak bisa menelan makanan karena sesegukan. Tapi gadis itu memaksa untuk menghabiskan makanan yang telah dibungkus kan oleh Andro. "Hidup sebatang kara itu memang tidak menyenangkan,"lirihnya sambil berusaha menelan makanan. *** "Aduh,"lirih Shabila saat tubuhnya membentur tubuh teman prianya yang sedang bercanda dengan kawan kelas lainnya. Gadis itu tersungkur ke lantai, karena tubuh kecilnya tidak kuat dengan benturan yang cukup keras. Tubuh teman kelasnya itu cukup tinggi dan berotot. " Kalau jalan jangan menunduk, lu mengacaukan permainan gua aja, Shabila!"seru pria itu keras di dekat kuping Shabila saat gadis itu sudah berdiri. Shabila diam saja dan tidak menghiraukannya. "Oppsss... Sorry! Gua nggak sengaja, gua pikir sampah!"ledek Nadira yang baru datang dan dia dengan sengaja menginjak plastik hitam yang berisikan mie goreng yang dibeli Shabila saat berjalan menuju ke sekolah. Shabila bukan tidak pernah melawan atas tindakan teman- temannya yang sering memperlakukannya tidak baik. Dulunya dia selalu melawan dan membalas tindakan itu, tapi saat masuk ke ruang BK tidak ada satu pun yang membelanya. Dia selalu dipojokan dan selalu menjadi yang bersalah. Setelah itu, dia menerima perlakuan teman kelasnya, tapi Shabila sering bersyukur tidak satu pun dari mereka yang melakukan kekerasan fisik. Hanya aja ucapan menghina dan menertawakan Shabila membuatnya semakin minder dan tidak percaya diri. "Tidak apa-apa, Nadira," Ucap Shabila pelan. Gadis itu memungut kantong plastik tersebut, makanan Shabila tidak bisa dimakan lagi. Karena sudah hancur dipijak oleh Nadira, Shabila membuang makanannya ke tong sampah di sudut kelas. Gadis itu menatap Andra yang hanya diam di tempat duduknya. Lalu, Shabila mengalihkan pandangannya dari Andra. "Hanya beberapa bulan lagi,"tutur Shabila di dalam hati untuk menyemangatinya. Di tempat duduknya Shabila menatap keluar jendela, dia tahu kenapa teman-temannya begitu membenci dirinya. Gosip itu cepat beredar, sejak satu sekolah mengetahui kalau dia adalah anak dari wanita yang menurut kabar yang beredar adalah pelakor. Itu lah julukan yang selalu disematkan di belakang nama mamanya. Masa lalu mamanya selalu disangkut-pautkan kepadanya. Bahkan orang juga kerap memanggilnya anak haram. Karena terlahir tidak ada sosok papa. Mamanya berselingkuh dengan salah satu pria yang dia kenal dahulu. Pria itu sudah mempunyai istri dan anak. Tapi mereka tetap menjalin hubungan asmara, dan hasil hubungan mereka lahirlah Shabila. Namun, pria yang menjadi ayah biologis Shabila tidak pernah sekalipun mengakui kehadiran Shabila. Bahkan gadis itu tidak pernah melihat siapa sosok ayah kandungnya. Shabila tidak tahu wajah ayahnya sama sekali. Mama nya tidak pernah bercerita dan memperlihatkan sosok tersebut, sekalipun fotonya. "Shabila,"panggil Riri ketika gadis itu baru saja datang. Cepat Shabila mengubah raut wajahnya dengan penuh ceria. " Selamat pagi, Riri!"sapa Shabila dengan senyum mengambang. Kening Riri berkerut menatap lama ke arah Shabila. "Kenapa?" tanya Shabila kebingungan. "Ada apa dengan mata sebelah kanan mu? Maksudku ada bekas darah yang menggumpal di mata putihmu." Shabila tergagap." Oh ini, aku juga tidak tahu bagaimana itu terjadi." "Kamu harus memeriksakan ke dokter Shabila. Mata itu sangat sensitif, jangan menganggap remeh kalau terjadi luka di mata." Shabila mengangguk. "Terima kasih Riri atas perhatian mu, nanti kalau merah itu tidak hilang. Aku akan membawanya ke dokter." Lalu mata Riri tanpa sengaja melihat ke tangan bagian dalam Shabila. "Itu memar yang berwarna merah itu kenapa lagi Shabil." Riri menarik pelan tangan Shabila dan menatap tidak percaya. "Kenapa banyak memar di tanganmu? Itulah alasan kamu sering mengenakan sweater sepanjang pelajaran berlangsung?" Shabila semakin gugup untuk menjawab pertanyaan Riri. "Aku terjatuh karena belajar sepeda di rumah tante ku." "Benarkah?" tanya Riri menyelidik. "Benar Riri, kemarin aku sebenarnya ingin belajar motor. Karena sebentar lagi kita akan tamat dan masuk kuliah. Jadi aku berharap nanti saat kuliah aku sudah bisa membawa motor. Tapi kata tanteku aku harus belajar sepeda dulu, karena aku sama sekali tidak bisa bersepeda. Dan ini hasilnya,"ucap Shabila menjelaskan dengan nada suara yang dibuat ceria. "Oh! Kamu harus lebih hati-hati lagi Shabil, kalau masih belum mahir jangan dipaksakan." Saran Riri khawatir dengan tubuh Shabila. "Iya! Aku ceroboh sekali, karena berharap secepatnya bisa mengendarai motor. Jadinya baru belajar sudah langsung ngegas hihihi," Ucapnya terkekeh. "Ya sudah, aku ke kamar mandi dulu ya, mumpung guru belum masuk,"kata Riri. Setelah Riri pergi, Shabila memperbaiki letak lengan sweaternya. Tadi pagi, gadis itu tidak sengaja melipat lengan sweater sampai ke siku. Shabila mengelus bekas memar yang ada di tangannya dengan pandangan kosong. Andra yang menguping pembicaraan Riri dan Shabila sedang memperhatikan Shabila dari tempat duduknya. Gadis itu sedang mencoba menghapus air matanya, lalu kembali menatap keluar jendela dengan sesegukkan. Beberap kali terlihat Shabila menghapus air matanya yang terus mengalir. Andra memperhatikan gadis itu dengan diam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN