Kerja Kelompok

1270 Kata
Motor matic putih yang di kendarai seorang perempuan itu, berhenti di pinggir jalan raya tak jauh dari gerbang sekolah. Kemudian membuka helmnya. Turun dari atas motornya dan berjalan kearah pintu gerbang sekolah yang merupakan pagar besi yang cukup tinggi. Pandangannya mencoba melihat ke dalam di dapati beberapa siswa dan siswi yang keluar. Pandangannya beralih pada motor CBR merah yang berhenti tepat di samping motornya. Kemudian berjalan kearahnya. "Oh, benar ternyata. Kamu selalu menguntit Ghea!?" tukas perempuan itu. Laki-laki itu tersenyum licik kemudian turun dari motornya dan berdiri tepat di hadapannya. "Oh, selain pacarnya. Ternyata , menyuruhmu menjemputnya? Kemana pacarnya!?" tanyanya masih tersenyum licik. Belum sempat perempuan itu menjawab, kemudian keduanya menoleh pada motor Ninja merah yang baru saja datang yang di kendarai seorang laki-laki itu yang tiada lain Dalfa. Laki-laki itu memandang kearah Dalfa seolah tengah mengingat sesuatu. "Oh, ternyata pacarnya sudah datang.." ujarnya melirik Dalfa dan bergantian pada perempuan tadi. Namun berbeda dengan Dalfa yang mengerutkan keningnya sebab ucapannya yang tidak dia mengerti. "Pergi sana! Selama aku masih bisa bicara dengan secara baik-baik !?" sarkasnya pada laki-laki itu. "Wah, takut! Tapi boong!?" ujarnya tersenyum mengejek. Tiba-tiba perempuan itu melenturkan jari-jari tangannya seperti sedang melakukan persiapan untuk meninju. Dalfa yang sebenarnya dari tadi tidak mengerti itu , ikut waspada karena melihat keduanya sedang beradu mulut. Laki-laki itu mendatanginya lebih dekat pada perempuan itu seraya tersenyum licik. "Jangan ikut campur !?" sarkasnya mendorong tubuh perempuan itu hingga sedikit terhuyung. Dalfa yang terkejut dengan cepat menghampirinya, namun ternyata perempuan itu malah sudah di posisi berdiri tegap dan seperti siap melawan. "Hey! Kalian jangan berantem! Bisa bicara baik-baik!?" seru Dalfa menengahi. "Ah,iya. Dari tadi aku mau bertanya.. apa benar Lo ini pacar Ghea?" tanyanya pada Dalfa. "Hah?" ujar Dalfa malah bingung akan pertanyaannya. Sementara perempuan itu menatap kearah Dalfa seolah tengah meneliti. Ketika Dalfa hendak berbicara ternyata beberapa siswa dan siswi telah keluar gerbang sekolah, ketiganya menoleh pada beberapa siswa-siswi yang berhamburan keluar area sekolah. "Heh! Gue belum selesai ngomong!?" seru laki-laki itu menarik lengan Dalfa yang hendak pergi. Sembari nyengir laki-laki itu melepaskan pegangannya pada lengan Dalfa karena mendapat tatapan dingin. "Andy!?" panggil Ghea yang baru saja keluar gerbang sekolah. Kemudian berlari di ikuti Raniya yang memang bersamanya menghampiri ketiganya. "Eh, Ghea..hebat ya, ada tiga orang yang jemput kamu. Aku, sepupumu dan ini yang katanya pacarmu!?" cerocosnya. Ghea menatap sepupunya kemudian beralih pada Dalfa yang menatapnya penuh tanya sebab perkataan Andy tadi yang menyebutnya adalah pacarnya. "Oh, jadi ini si Orgil itu Ghe? Em..maaf ya, Ghea udah punya pacar. Ini orangnya!?" seru Raniya menunjuk kakaknya sendiri yang sebenarnya dari tadi bingung. "Gue gak percaya. Itu enggak bener kan, Ghea!?" tanya Andy menatap Ghea. "Benar. ini pacarku. Kan, beberapa hari yang lalu aku sudah bilang!?" ujar Ghea membenarkan, seraya merangkul lengan Dalfa yang terkejut. Tapi Ghea hanya beberapa detik saja melakukannya karena merasa tidak sopan. Sudah mengaku-ngaku untuk kedua kalinya dengan orang berbeda. Walaupun mungkin terlihat sama karena kakak temannya ini kembar, malah kontak fisik juga. "Iya, benar. Aku pacarnya, dia siapa sayang!?" ujar Dalfa tiba-tiba seraya meletak tangannya di bahu Ghea. Semua orang bengong termasuk Andy, karena apa yang di lakukan Dalfa yang cukup menyakinkan belum lagi panggilan mesra seperti pasangan sungguhan. Raniya menahan senyum karena sebenarnya dari tadi sudah memberi isyarat pada kakaknya, da ternyata dengan cepat tanggap langsung mengikuti sandiwara yang dia buat bersama Ghea. "Oh, benar ternyata!" ujar Andy manggut-manggut. "Nah, sudah tahu, kan? Ghea sudah punya pacar. Jadi..jangan menguntit lagi !?" sarkas sepupunya Ghea mengingatkan. Namun sebenarnya dia terkejut karena setahunya Ghea belum punya pacar. "Hem..gimana ya...aku sudah terlanjur cinta mati!?" ujarnya nyengir. "Hadeuh, dasar stres! sisiopat!?" umpat Raniya kesal. Namun ternyata Andy hanya tersenyum licik kearahnya. Dalfa yang mengerti akan situasi ini sekarang hendak berbicara tapi sepupu Ghea mendahului. "Pergi dan jangan ganggu lagi atau aku.." "Atau apa? Kau akan memukul ?!" ujarnya tersenyum menyebalkan sembari tangannya menepuk-nepuk pipinya sendiri seolah menantang untuk di pukul. Bahkan dia sudah memasang kuda-kuda hendak bersiap seperti akan bertarung. Melihat itu sepupu Ghea itu geram. "Aku pemegang sabuk hitam jadi .." Tangannya memegang kedua lengan Andy memutarnya ke belakang tubuhnya dan menjatuhkan sampai tersungkur ke tanah. Bugh Andy yang jatuh terlentang itu merintih kesakitan. Sementara Raniya, Dalfa dan Ghea malah ternganga melihatnya. Sebab di lihat secara fisik sepupunya Ghea ini memiliki tubuh terbilang langsing namun tinggi dan ternyata dapat membuat Andy jatuh terjungkir padahal seorang laki-laki yang pasti berbeda tenaganya. Bahkan beberapa siswa melihat kearah mereka yang kini jadi pusat perhatian. "Udah Ra!?" cegah Ghea karena Sepupunya itu sembari menghampiri Andy yang masih merintih kesakitan. "Apa masih kurang!?" tanyanya lantang. "Ampun!" ujar Andy bangun sembari memegang punggungnya dan berjalan sempoyongan. Kemudian naik keatas motornya dan dengan tergesa berlalu melajukan motornya. "Wah! keren! Tadi itu bisa membanting si orgil!?" ujar Raniya takjub sambil bertepuk tangan. Perempuan yang juga memakai seragam putih abu-abu itu hanya tersenyum. "Oh, iya. Kenalkan ini sepupuku, Anindira atau biasa di panggil Dira. Dia mau jadi polwan makanya pintar ilmu bela diri!?" jelas Ghea memperkenalkan. "Aku Raniya!?" seru Raniya mengulurkan tangannya kemudian Anindira menyambut jabatan tangannya. "Eh, tapi benar kalian pacaran!?" tanya Anindira menatap Ghea beralih pada Dalfa yang sebenarnya dari tadi memperhatikannya. "Tidak!?" jawab Ghea dan Dalfa secara bersamaan. Keduanya saling menatap karena ucapannya yang sama. "Loh, tadi.." "Sandiwara teh, bohong. Cuma pura-pura. Supaya si orgil itu tidak ganggu Ghea lagi!?" Jelas Raniya. "Orgil?" ulang Dira mengerutkan keningnya. "Orang gila maksudnya!?" jelas Raniya lagi. "Oh, iya. Kalau gitu, pulang yuk!?" ajak Anindira pada Ghea. "Eh, bentar..aku kan, sudah chat jangan jemput ada kerja kelompok!?" seru Ghea. Perempuan yang di sapa Anindira itu, kemudian meraih ponselnya dia saku jaketnya, ternyata benar tadi sepupunya itu memberitahunya lewat pesan tapi dia tidak membukanya. "Terus, aku jadi pulang sendiri!?" tanya Ghea. "Ikut aja teh, nanti aku pulang bareng a Alfa dan Ghea bareng teteh. Biar Ghea juga pulangnya ada temen. Sekalian main gitu kita rujakan, banyak mangga di rumahku !? " ajak Raniya tersenyum. Dira terdiam tampak berpikir kemudian mengangguk setuju. "Eh, iya. Terus Evi sama Siti gimana?" tanya Ghea. "Mereka udah tahu rumahku kok. Katanya pulang dulu nanti langsung ke rumah ku ?" jelas Raniya. Karena kerja kelompoknya memang terdiri dari empat orang. Kemudian keempatnya berlalu pergi, Raniya yang di bonceng Dalfa dan Ghea yang di bonceng sepupunya Dira. Ketika tiba di rumah tingkat dua milik orang tua Raniya itu. Ghea dan Dira melihat setiap sudut ruangan yang bernuasa putih itu. kemudian Raniya mengajak mereka ke belakang rumah yang terdapat gazebo. Sekitar jalan menuju gazebo di tumbuhi rumput liar yang sengaja di pelihara dan ada beberapa pepohonan disana seperti pohon mangga, pepaya, jeruk juga sirsak. Sementara itu, Raniya pergi ke dapur untuk mengambil camilan sembari menunggu kedua temannya yang lain yang belum datang untuk kerja kelompok. Ghea dan Dira yang tengah duduk di gazebo itu menoleh pada pada kedua temannya, yang datang bersama Dalfi yang bahkan masih menggendong tas punggungnya sepertinya baru datang. Ghea yang tahu kalau itu Dalfi sebab dari penampilannya dan pakaian yang berbeda. Sebenarnya masih malu atas kejadian beberapa hari yang lalu itu. Setelah kedua temannya mendatanginya Dalfi yang memang tadi mengantar itu kemudian pergi. "Tumben ngajak teman-temanmu ke rumah!?" tanya Dalfi pada Raniya seraya membuka lemari es untuk mengambil air putih dingin dalam botol. Raniya yang tengah membuat minuman buah itu menoleh, kemudian membawa nampan berisi minuman dan camilan. "Ada kerja kelompok. A, nanti tolong dong..ambilkan tangga!?" ujar Raniya berlalu pergi "Untuk apa?" tanya Dalfi setelah meneguk air putih langsung dari botol berukuran kecil itu, yang diambilnya tadi dari lemari es. "Mau metik mangga!?" "Memangnya enggak ada galah?" tanya Dalfi. "Enggak ada." Raniya pun berlalu pergi dan menghampiri teman-temannya untuk memberi mereka minuman sebelum memulai kerja kelompoknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN