Kencan Buta

1045 Kata
Siang ini, Ryujin berniat untuk menemui Rinjan—mengantarkannya pergi kencan buta, meski nanti harus meninggalkannya. Gadis itu sungguh menyedihkan, tidak pernah berhasil dalam hubungan percintaan. Namun selalu berhasil menjodohkan temannya. Ryujin, gadis cantik itu menunggu Rinjan yang saat ini tengah merias wajahnya berjam-jam di dalam kamarnya, bahkan Ryujin tidak dibolehkannya untuk masuk, dengan alasan takut Ryujin protes dengan hasilnya. Rinjan, gadis itu adalah sahabat karib Ryujin dari kecil. Sebenarnya kisah piluh juga menerpanya, sama halnya dengan Ryujin. Rinjan juga kerap gagal dalam menjalin hubungan percintaan. Namun kali ini dirinya yakin, jika pilihan Ryujin pasti akan membuakan hasil. Secara teman-teman cowok Ryujin adalah tipe Rinjan semua. * Ryujin tidak bisa berhenti mendesis dari balik pintu sedari tadi. "s****n lo, Njan! Ngerjain gue lo, ya?" umpat Ryujin geram. Kakinya mulai keram karena berjam-jam berdiri dari balik pintu kamar. "Jangan aneh-aneh lo, Njan. Jangan bikin temen gue nanti kabur!" serunya berteriak keras. "Astagaa ... senengin gue kek. Biarin gue poles-poles wajah gue dulu. Lagian kalo lo yang ikut serta moles nih wajah gue, hasilnya malah ngga meyakinkan, karena lo punya dendam pribadi sama gue," teriak Rinjan dari dalam kamarnya. Ini hampir selesai, dan mereka berdua akan menuju ke danau cinta yang kerap dijadikan anak muda ajang berkencan buta. Jeglek! "Hah, kok ngga di kunci? s****n lo, Njan," umpat Ryujin lagi. Dirinya tak menyadari bahwa pintu kamar Rinjan sedari tadi sama sekali tidak terkunci. "Lo bisa ngga, sih, sehariii … aja ngga bikin gue ketar-ketir menderita? Tau gini gue masuk dari tadi," kesal Ryujin menerobos masuk. Gadis bernama Rinjan itu hanya menanggapi gerutuan Ryujin dengan tawaan. Baiklah, karena sudah hampir selesai juga. Upaya Rinjan merias wajahnya tanpa campur aduk tangan Ryujin akhirnya berhasil. Kemudian gadis itu sontak memeluk erat tubuh Ryujin, kala melihat wajahnya sendiri begitu cantik mempesona. "Gue cantik, ngga?" tanyanya panik, karena jawaban Ryujin pasti jujur, jika jelek ya di bilang jelek. Ryujin melepaskan dekapan Rinjan perlahan, kemudian melempar matanya ke arah wajah gadis yang kini berhadapan dengannya itu. Harus jujur, kenyataannya memang cantik. Rinjan mengernyitkan dahinya. "Lo lihat apa, sih? Jangan memperlama deh. Lo emang ngga suka lihat gue cantik?" Ini adalah pertanyaan jebakan. Kedua bola mata Ryujin menyalang—menatap kagum dengan hasil riasan Rinjan. "Lo cantik banget sumpah. Gilaaa... Ada kemajuan lo sekarang. Jadi gue ngga susah payah lagi ini nantinya. Sini gue rapiin, ya rambut lo," pintanya. Meski menyebalkan. Namun Ryujin sangat menyayangi sahabatnya itu. "Ryu," lirih gadis itu. Nada bicaranya terdengar sangat serius. Sibuk menata rambut Rinjan, sehingga Ryujin hanya berdeham saja. Ada kalanya suasana kisruh menjadi hening seketika, karena mengingat pertemanan baik mereka yang hingga kini masih saling melengkapi satu sama lain. "Ryu, gue ngga tanya bukan berarti gue ngga peduli sama lo." Ucapan Rinjan membuat Ryujin harus melepaskan rambutnya. Kini Ryujin menghela napas pelan. "Ryu, lo bener-bener cinta, kan sama, Jean? Gimana perkembangan masalah perselingkuhan itu?" tanya Rinjan was-was. Takut kena semprot Ryujin. Ryujin sudah menduga dari awal, pasti Rinjan akan menanyakan hal semacam itu. Dan mau tidak mau, Ryujin akan tetap menjawabnya meski sangat malas. "Ya, mau gimana lagi. Perselingkuhan tetaplah perselingkuhan. Di mana-mana, perselingkuhan ngga boleh dibenarkan! Satu kali berselingkuh, seterusnya akan tetap berselingkuh. Ngapain, Njan? Gue tau lo mau yang terbaik untuk gue! Jadi jangan harap gue balik lagi sama, Jean. Please … it's in the past! Meskipun gue udah ada rasa sama tuh anak, gue tetep pada pendirian gue! Ngga akan kembali, meskipun harus menghancurkan bisnis bokap gue. Gue ngga peduli, dan lo tahu itu!" jelas Ryujin panjang lebar. Ia tidak setengah-setengah memperingati Rinjan supaya tidak membicarakan soal Jean lagi. Sebenernya Rinjan agak berat menerima kenyataan ini. Di mata Rinjan, Jean adalah seorang pria yang sangat mustahil untuk melakukan hal semenjijikkan itu. Bahkan dipikirkan saja sudah tidak mungkin, namun apalah daya. Kita semua tidak tahu sifat dalam seseorang. Namun, Rinjan tidak menyalahkan siapapun dulu untuk saat ini, meski fakta menyudutkan Jean. Dirinya sedikit menyangkal perselingkuhan itu, dan tetap mendukung Ryujin untuk kembali bersama Jean. "Sorry, Ryu. Gue ngga bermaksud apa-apa. Gue cuma nanya aja. Udah dong, senyum lagi dong haha," godanya mengelap benih bening Ryujin yang tak terbendung. * Danau cinta. Sebelumnya Ryujin sudah membuat janji dengan teman cowoknya, untuk datang jauh lebih awal. Karena dirinya ingin melihat ekspresi bahagia Rinjan saat cowok idamannya menunggu kedatangannya. Jadi, maksud Ryujin, Rinjan harus tebar pesona saat berjalan menghampiri cowok itu. "Ryu, gue deg-degan. s****n, belum apa-apa, gue dah mikir kalau hasilnya nanti akan zonk lagi," panik Rinjan. Gadis itu menarik—menghembuskan nafasnya sedari tadi. Karena kasihan juga dengan temannya yang menunggu Rinjan masih berada di dalam mobil untuk bernafas normal sedari tadi. Ryujin pun akhirnya mengeluarkan Rinjan secara paksa untuk segera keluar dari mobil. "Jangan ngadi-ngadi lo! Temen gue dah mengkis-mengkis sendirian di sana, dan lo masih mengatur pernapasan dari tadi? Ngga berperasaan banget," memekik kecil seraya membenarkan dress yang dikenakan oleh Rinjan. "Jangan panik, dan jangan kecentilan. Bersikaplah biasa-biasa saja! Oke? Ngerti, kan? Masih inget, kan latihan semalem?" tegasnya. "Heuhh … jam segini biasanya gue nangisin cowok. Lah sekarang, cari cowok baru yang lebih pro bikin gue nangis nanti." Mengibatkan jari jemarinya untuk dikipaskan ke wajahnya. "Gila lo! Kok lo bisa-bisanya punya pikiran kaya gitu hah? Eh jangan samain temen gue sama mantan-mantan s****n lo itu, ya, Njan! Gila nih anak, yaudah sana cepat. Gue tungguin di mobil. Kalo lo udah nyaman, gue baru tinggal," tuturnya menjelaskan. Setelah memahami strategi-strategi yang dibuat oleh Ryujin, akhirnya Rinjan memahami juga. Kemudian gadis itu melangkah pergi meninggalkan Ryujin sendirian di mobil. Sesuai dalih yang di atur oleh Ryujin tadi, Rinjan berjalan berlenggak-lenggok—membayangkan berada di atas catwalk. Rinjan paling bisa dan pandai jika sudah tebar pesona seperti ini, namun sayangnya gadis itu selalu gagal dalam hal percintaan. Ryujin, gadis itu tidak bisa berhenti menarik napas dalam-dalam. Dirinya hanya takut tingkah Rinjan membuat Alen, teman cowok Ryujin ilfil. Namun Ryujin akan terus berdo'a—supaya kencan buta kedua yang dipertanggungjawabkan penuh olehnya berhasil lagi, secara yang sebelum-sebelumnya juga sudah berhasil. Tak hanya Rinjan yang pergi berkencan buta dengan teman cowok Ryujin. Namun juga teman perempuan Ryujin lainnya yang masih lajang. Kala itu, Ryujin mempertemukan teman semasa sekolahnya dengan cowok yang setiap hari nongkrong dengannya. Hubungan mereka juga berlangsung lama hingga kini. Ryujin memang yang terbaik jika menjodohkan teman-temannya. Namun sayang sekali, dirinya belum berhasil dalam hal semacam itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN