"Lepasss!"
Syakira menjerit dan berusaha melepaskan tubuhnya dari kurungan laki-laki kurang ajar itu. Namun laki-laki itu malah semakin memeluk dan merapatkan tubuh mereka. Dia bahkan bisa merasakan tonjolan keras di bawah sana yang menekan pahanya.
"Jangan sok jual mahal, Sayang. Ayolah."
Laki-laki itu membungkam bibir Syakira dengan ciumannya. Sementara tangannya mengunci pergerakan Syakira dengan memegangi kedua tangannya. Bibirnya bergerak ke kiri dan ke kanan untuk memuaskan dahaganya atas bibir Syakira.
Dia menggigit bibir Syakira gemas karena perempuan itu masih saja berontak. Padahal di awal Syakiralah yang menggodanya hingga dia memutuskan kekasihnya. Namun setelah dia tergoda, perempuan itu malah bersikap seperti ini.
BRUK
Gavin meringis saat Syakira tiba-tiba menendang miliknya dengan lutut. Refleks dia memegangi selangkangannya yang berdenyut sakit. Syakira pun mempergunakan kesempatan itu untuk keluar dari apartemen laki-laki itu.
Tadinya laki-laki itu berhasil memaksa Syakira ikut ke apartemennya. Syakira sudah berusaha menolak namun tentu tenaga laki-laki itu jauh lebih kuat darinya. Dan kalau saja dia tidak bertindak cepat, mungkin dia sudah akan berakhir di ranjang laki-laki itu.
Syakira Ayunina Khandra. Dia bukanlah wanita polos dan tidak tahu apa-apa tentang hubungan seperti itu. Seorang badgirl sepertinya mana mungkin tabu akan hal-hal semacam itu.
BRAKK
Syakira merutuk karena dia menabrak orang lagi. Dia tak begitu melihat situasi saat keluar dari apartemen itu. Dia pun mengangkat wajahnya untuk melihat d**a siapa yang dia tabrak. Namun matanya membulat saat melihat laki-laki itu lagi.
"Hai, kayaknya kita jodoh ya? Udah dua kali ketemu tabrakan terus. Tapi sayang bibir kita ga ikut tabrakan," ujar Syakira seraya mengedipkan matanya. Dia bisa melihat laki-laki itu yang tak lain adalah Abizar mengernyitkan keningnya. Namun Abizar buru-buru mundur dan sedikit menjauh dari Syakira.
CKLEK
"Syakira, sini kamu!"
Syakira meringis karena dia masih ada di sini dan bukannya kabur. Ini semua karena dia tak sengaja bertabrakan dengan laki-laki itu. Mengingat laki-laki itu tiba-tiba otaknya yang cemerlang mempunyai ide.
"Udahlah Gav. Gue udah ga punya perasaan apa-apa sama lo. Kenalin ini cowok baru gue," ujar Syakira. Dia sengaja melingkarkan tangannya pada lengan Abizar.
"Bercanda kamu. Lepasin tangan dia. Aku tahu kalian ga saling kenal."
"Enggak kok. Kamu beneran cowok aku, iyakan sayang?"
Abizar masih terlalu syok saat dia bertemu dengan perempuan ini lagi. Namun kekagetannya semakin bertambah saat mendengar ucapan Syakira itu. Apalagi Syakira juga merangkul tangannya dan menyenderkan kepala di bahunya.
"Kalau emang dia cowok kamu, siapa nama dia? Aku mau tahu," kata Gavin lagi. Dia tersenyum licik karena Syakira tidak mungkin bisa menjawab. Laki-laki itu saja terlihat kaku dan tidak menunjukkan kalau mereka ada hubungan.
"Ya pasti lah aku tahu nama dia. Nama kamu Ari kan sayang?" Tanya Syakira lagi. Dia menggerakan tangannya menyentuh pipi Abizar. Lalu mata mereka saling tatap. Dia sangat berharap Abizar bisa membantunya agar lepas dari Gavin. Dia sama sekali tidak tahu nama Abizar dan hanya asal saat mengucapkannya.
Abizar entah kenapa mengangguk saat melihat tatapan permohonan wanita itu. Lagipula namanya juga ada kata Ari-nya. Dan beberapa temannya dulu ada yang memanggilnya begitu.
"Udah puas, kan? Pokoknya gue mau lo ga usah ganggu gue lagi. Ayo, Sayang."
Abizar semakin bertambah bingung saja saat Syakira menarik tangannya menjauh dari laki-laki itu. "Ke mana?"
"Ke apartemen kamulah sayang. Biar dia percaya," balas Syakira berbisik. Dia menoleh sebentar ke belakang dan benar saja Gavin masih ada di sana.
Abizar tanpa sadar mengiyakan saja. Dia lalu memasukan kartu akses apartemennya. Dan mereka pun masuk ke apartemen itu.
***
Abizar mengacak rambutnya karena dia bisa-bisanya mengijinkan wanita tak dikenal masuk ke apartemennya. Ini kali pertama ada perempuan selain mamanya yang bertamu. Dia bahkan lupa dengan niatnya yang keluar apartemen tadi setelah bertemu perempuan itu.
"Apartemen kamu bagus," puji perempuan itu. Dia dengan santainya duduk di salah satu sofa di sana meskipun Abizar belum mempersilahkan.
"Sorry kalau aku tiba-tiba manggil kamu Ari. Padahal aku sama sekali ga tahu nama kamu. Sorry juga karena udah ngakuin kamu jadi cowok aku. Tapi kalau kamu beneran mau juga ga papa kok," kata Syakira tersenyum seraya menatap Abizar. Dia rasa Abizar cukup tampan juga. Dan sepertinya bolehlah untuk dijadikan pacar yang selanjutnya.
"Jangan mimpi! Ini pertama kalinya saya mau membantu kamu."
"Ga bisa gitu dong. Gavin udah tahu kalau kamu itu pacar aku. Lagian kalian tinggal di lantai yang sama. Dia bisa curiga kalau aku ga pernah ke sini lagi."
"Jadi maksud kamu, kamu bakal sering ke sini?" kaget Abizar.
"Iya dong, Sayang. Lagian kamu ga ada cewek, kan? Jadi ga papa ya. Anggap aja kita pacaran beneran."
"Kata siapa saya ga punya?"
"Kamu ga bakal bisa bohongin aku. Buktinya gak ada satupun foto perempuan di sini." Syakira tersenyum karena merasa menang dari Abizar. Dia bangkit dari duduknya dan mendekat pada Abizar yang masih berdiri.
"Jadi anggap aja kita pacaran," kata Syakira lagi. Dia menyentuh wajah Abizar dan seperti ingin menciumnya lagi.
Abizar tentu saja menghindar. Dia bingung karena bisa-bisanya ada perempuan seperti ini.
"Nama aku Syakira, mau panggil sayang, baby, darling, dear, sweety, atau honey juga boleh. Nama kamu siapa? Apa mau aku panggil sayang aja?"
"Abizar. Jangan ada embel-embel lain," tolak Abizar langsung.
"Oke Abizar Sayang," balas Syakira. Dia kembali mendekat dan mencium pipi Abizar. Setelah itu dia pun keluar dari apartemen itu.
Abizar masih diam dan terlalu syok dengan tingkah Syakira. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan perempuan seagresif itu.
Sementara Syakira terkekeh sendiri mengingat Abizar. Baru kali ini dia bertemu laki-laki yang seolah tak tertarik padanya. Bahkan dia sudah coba untuk menggoda. Beda halnya dengan mantan-mantannya yang langsung luluh.
Di usianya yang sekarang ini, dia sudah banyak memiliki mantan kekasih. Dia kerap menggoda laki-laki yang menurutnya cocok dan memacari mereka. Dan setelah dia merasa bosan maka akan dia putuskan seperti halnya Gavin. Selama berpacaran, tentu saja mereka pernah berciuman dan saling raba-meraba. Namun, Syakira bisa memastikan kalau dia masih perawan hingga saat ini. Meskipun kelakuannya jauh dari kata perempuan baik-baik.
***
"Hai, sayang..."
Abizar mengelus dadanya kaget karena menemui Syakira pagi-pagi begini sudah ada di depan apartemennya. Entah kenapa dia merasa kalau hidupnya tidak akan tenang lagi setelah bertemu dengan wanita itu. Kenapa dia harus berhadapan dengan wanita sejenis Aurel ini lagi? Pikirnya.
"Ngapain kamu di sini?"
"Emang salah ya kalau aku nyamperin kamu ke sini? Aku kan pacar kamu, sayang."
Abizar terkesiap ketika perempuan itu memeluknya. Lalu matanya pun tak sengaja menoleh ke apartemen sebelah. Dan ternyata penghuni apartemen itu yang tak lain adalah mantan Syakira keluar dari apartemennya dan menatap mereka.
"Ngapain sih ngeliatin ke sana? Emangnya aku ga cukup menarik ya buat kamu?" syakira mengerucutkan bibirnya pura-pura kesal. Lalu dia mendorong Abizar untuk masuk kembali ke dalam. Langsung saja dia mendaratkan bibirnya di atas bibir Abizar.
Syakira sudah dari tadi ingin mencium Abizar karena bibirnya terlihat sangat menggoda. Makanya dia nekat mendorong dan langsung menciumnya begitu saja. Dia bahkan juga melingkarkan tangannya di leher Abizar dan menekan tengkuknya.
Syakira tersenyum saat Abizar akhirnya membalas ciumannya. Dia membawa tangan laki-laki itu ke pinggangnya sehingga tubuh mereka semakin merapat. Sementara tangannya sendiri mengelus d**a Abizar dari luar pakaiannya.
Senyum Syakira semakin lebar saat tak sengaja mendengar Abizar mengerang tertahan. Lalu dia pun menurunkan ciumannya menuju rahang Abizar dan terus turun menuju lehernya.
Abizar menangkap tangan Syakira yang dari tadi mengelus dadanya. Dia lalu membuka matanya dan bertatapan dengan wanita itu. Syakira ini benar-benar tipe w*************a. Dia saja hampir tergoda seperti ini.
Drrrdd Drrdd
Abizar melepaskan Syakira dari pelukannya. Dia lalu mundur dan meraih ponselnya yang ada di saku celana. Keningnya mengkerut saat melihat nama papanya tertera di layar ponselnya.
"Abi. Kamu di mana? Ini sudah jam berapa? Sebentar lagi kita ada rapat penting."
Abizar refleks melirik arloji di pergelangan tangannya. Dia membelalak saat menyadari kalau dia hampir telat.
"Sebentar lagi, Pa," jawab Abizar. Setelah itu pun sambungan telepon mereka terputus.
***
TBC