Illusion or Reality

1356 Kata
Nicolin membaringkan Gilbert di atas ranjang usai mengeringkan tubuhnya. Sementara Nicolin mengusapkan beberapa minyak penghangat tubuh untuk membantu memulihkan suhu tubuh Gilbert yang dingin, yang bersangkutan hanya diam dengan pandangan tidak fokus. Seluruh kulit Gilbert yang aslinya memang berwarna pucat semakin tampak pucat seperti kulit mayat akibat terlalu lama berendam. “Apa tubuh Tuan Muda sudah merasa lebih baik?” Gilbert mengangguk, sama sekali tidak mengatakan apa-apa. Nicolin mengernyit bingung dengan tanggapan itu. Gilbert memang memiliki pribadi yang tenang, tetapi bukan berarti ia begitu irit bicara sampai sama sekali tidak menjawab apapun yang dikatakan Nicolin selain mengangguk dan menggeleng saja. “Sebenarnya, apa yang tengah Tuan Muda lakukan? Mengapa Tuan Muda bisa sampai pingsan di dalam air?” Gilbert melirik Nicolin kemudian mengalihkan pandangannya lagi. “Aku, sedang berusaha menemui seseorang.” Sebuah tanda tanya besar terbentuk di kepala Nicolin, ia sama sekali tidak paham dengan maksud Gilbert. Bagaimana caranya menemui seseorang dengan menenggelamkan diri ke dalam air? Apakah pikirkan Gilbert tengah terganggu hingga ia mengatakan hal-hal aneh? Atau Nicolin hanya tidak paham apa yang sebenarnya tengah dilakukan olehnya? “Tuan Muda, apa maksudnya?” Gilbert menghela napas. Ia menarik kancing pakaiannya dan menunduk untuk melihat dadanya sendiri. Ia membelalak. “Hilang?” Serunya. Nicolin semakin mengernyit bingung. Ia hanya memandangi Gilbert yang melompat turun dari ranjang dan menatap pantulan tubuhnya sendiri di depan cermin dengan pakaian terbuka menampilkan dadanya sendiri. Gilbert berkali-kali meraba dadanya sendiri, mengusapnya berkali-kali, dan ekspresi wajahnya tetap menggambarkan keterkejutan dan kebingungan yang bercampur menjadi satu. “Apa yang hilang, Tuan Muda?” Nicolin beranjak mendekat, ikut memandangi bagian d**a Gilbert demi mengetahui apa yang sebenarnya tengah dicari oleh Tuan Mudanya. Gilbert bersikap hingga seperti itu, rasanya benar-benar aneh. Gilbert berbalik, ia kemudian menarik kedua bahu Nicolin dan membuat iblis pelayan itu secara reflek membungkuk. “Lihat? Apa kau melihat ada tanda heksagon di dadaku?” Tanya Gilbert terburu. Entah sudah berapa kalinya Nicolin mengernyit mendapati tingkah laku Gilbert sejak tadi. Ia tidak melihat tanda apapun seperti yang dikatakan oleh Gilbert. Tubuh Gilbert bersih tanpa noda sedikit pun. “Tidak ada tanda apapun, Tuan Muda.” Jawab Nicolin sejujurnya. “Kau yakin? Tanda heksagon? Sama sekali tidak ada?” Nicolin menggeleng pelan. Gilbert mengusap wajahnya penuh ekspresi kecewa. Ia kembali ke ranjangnya dan duduk dengan wajah tertetuk, jelas tampak sangat kesal. Nicolin bingung harus bersikap seperti apa karena ia hanya mengatakan yang sejujurnya, sama sekali tidak memiliki maksud untuk menyinggung atau membuat Gilbert kesal. “Tolong maafkan aku jika pertanyaanku terdengar tidak sopan, Tuan Muda. Sebenarnya, apa yang sedang Tuan Muda lakukan sejak tadi?” Gilbert memejamkan matanya, seolah ragu-ragu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi karena sejujurnya ia sendiri juga masih tidak yakin dengan apa yang ia lakukan. Bayangan pria itu muncul pertama kali secara tidak sengaja ketika Gilbert mengalami sakit d**a yang hebat hingga ia pingsan. Kemudian, bayangan pria itu muncul, melambai seolah memintanya untuk mengikutinya. Gilbert mencoba untuk menemuinya lagi, dengan memejamkan mata dan menenggelamkan dirinya sendiri ketika sedang mandi. Ia berhasil bertemu, dan bahkan berbicara. Tetapi pria itu masih tidak mau mengatakan namanya, siapa dia sebenarnya dan mengapa dia tiba-tiba muncul di ingatan Gilbert. Lebih aneh karena Gilbert merasa familiar dengan kehadirannya, wajah yang begitu mirip dengannya, dan simbol heksagon di dahi yang juga tiba-tuba muncul di d**a Gilbert. Sekarang, ketika Gilbert ingin memastikannya, tanda heksagon itu menghilang. Batas antara halusinasi dan kenyataan untuk Gilbert semakin kabur, membuatnya kebingungan dan sulit memposisikan dirinya sendiri. “Tuan Muda?” Nicolin mendekati Gilbert, berusaha untuk memahami apa yang sebenarnya tengah dipikirkan olehnya meski hasilnya nihil. Gilbert menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, menghela napas panjang. “Aku bertemu dengan seseorang yang sangat mirip denganku hanya saja dalam versi lebih dewasa. Aku tidak mengenalnya, aku sudah mencari persamaan wajahnya dengan gambar-gambar keturunan Grey sebelumku, tetapi sama sekali tidak ada yang sama. Wajahnya benar-benar familiar, padahal aku yakin sekali tidak pernah bertemu dengannya di mana pun.” “Lalu apa yang hilang dari Tuan Muda?” “Ah, pria itu memiliki sebuah tanda berbentuk simbol heksagon di dahinya, lalu simbol itu juga muncul di dadaku saat aku bertemu dengannya, kedua simbol itu sama-sama bersinar. Aku tidak tahu apa maksudnya. Kupikir aku akan menemukan simbol itu lagi saat kembali sadar, tapi pada kenyataannya simbol itu hilang dari dadaku. Aku menjadi ragu, dan terus berpikir apakah sosok yang kulihat itu hanya halusinasiku belaka. Tapi, jika itu hanya halusinasi, mengapa aku melihatnya lagi?” Nicolin mengusap dagunya, berusaha memahami alur dari cerita yang dikatakan oleh Gilbert. Ia adalah sesosok iblis, tidak pernah sekali pun dalam hidupnya ia mengalami semacam keterikatan ingatan dengan pendahulu atau semacamnya, karena ia iblis, dan ia tidak memiliki pendahulu, keturunan, atau semacamnya. “Bukan halusinasi jika Tuan Muda bisa menemuinya sendiri. Tetapi berusaha menemuinya dengan menenggelamkan diri sendiri itu berbahaya.” Gilbert memutar bola matanya. “Aku bahkan tidak sadar berapa lama berendam di dalam air.” “Jika Tuan Muda dan pria dalam ingatan itu memiliki tanda yang sama, berarti kalian berdua memiliki hubungan yang lebih erat daripada apa yang Tuan Muda pikirkan sekarang. Aku tidak mengerti hubungan seperti apa tepatnya itu, dan apa maksud dari kemunculannya yang tiba-tiba, tetapi pasti ada hal penting yang ingin disampaikan olehnya. Hm, kurasa seperti itu.” Gilbert memejamkan matanya sebentar kemudian menatap Nicolin. “Ya, keluarlah. Aku ingin beristirahat.” Nicolin sedikit terkejut ketika Gilbert mengusirnya begitu saja. Mereka memang terikat sumpah darah, dan sejak awal Gilbert bukan tipikal Tuan yang manja dan menginginkannya untuk selalu disampingnya. Namun, di sesekali waktu Gilbert secara tiba-tiba meminta Nicolin menemaninya. Memintanya tetap di dekatnya sampai ia benar-benar terlelap. Bahkan untuk Nicolin yang telah banyak melayani berbagai macam manusia, Gilbert Grey tetap menjadi satu-satunya manusia yang tidak bisa ia tebak jalan pikirannya. Ketika memandangnya, seolah buku tebal tergemboklah yang ia lihat. Karena itulah, Nicolin selalu merasa terkejut, bingung, aneh, dan beragam perasaan lainnya karena ia tidak pernah bisa menebak bagaimana Gilbert sebenarnya. Nicolin tidak melawan, karena memang tidak bisa. Ia berdiri dan segera merapihkan selimut Gilbert kemudian menghadapan kepadanya, dan membungkuk sebentar sebagai penghormatan. “Selamat beristirahat, Tuan Muda.” --- Nicolin tengah membereskan beberapa cangkir teh milik Gilbert ketika Milo, Charly, Miya, dan Darius berlari bersamaan ke arahnya. “Ada apa?” Tanya Nicolin tanpa menoleh. Mereka berempat saling berpandangan. “Apakah Tuan Muda baik-baik saja?” Milo yang bertanya pertama kali. Nicolin mengangguk. “Tuan Muda sedang beristirahat.” “Tuan Muda terlihat sangat shock saat melihat sampah-sampah itu. Kami benar-benar khawatir jika Tuan Muda kenapa-kenapa. Misalnya, apakah Tuan Muda memiliki masa lalu yang cukup buruk dengan mereka atau bagaimana.” Nicolin menghentikan kegiatannya dan menatap mereka semua. Ia menghela napas panjang. “Tuan Muda baik-baik saja, percayalah padaku.” Milo, Charly, Darius, dan Miya saling berpandangan. Nicolin masih melihat ada raut ragu yang sangat jelas dari keempatnya tetapi ia sendiri memiliki tanggung jawab untuk selalu menutupi apapun yang membuat Gilbert terlihat lemah karena itu adalah pantangan bagi Gilbert. “Oke, kami percaya padamu, Nicolin. Lagipula, Tuan Muda mempercayakan segalanya padamu. Kalau begitu, bagaimana dengan para sampah itu?” “Penjarakan semuanya di bawah tanah. Aku akan menemani kalian untuk masuk ke bawah. Kita harus mengetahui siapa dalang dari semua ini.” “Bukankah ruang bawah tanah dipakai dokter Albert? Um, aku tidak pernah ke bawah karena memang tidak boleh, jadi aku tidak tahu seberapa besar sebenarnya ruangan bawah tanah milik Tuan Muda.” “Ruang bawah tanah luasnya seluas mansion Grey, ada banyak ruangan di sana.” Milo dan yang lainnya membelalak. Mansion Grey sangat-sangat luas, dan jika ruangan bawah tanah seluas mansion Grey, untuk menyimpan banyak penjahat sekali pun tidak akan penuh. Mereka memang baru saja ikut dengan Gilbert, tidak banyak yang mereka tahu. Mereka bekerja sama untuk memindahkan tubuh-tubuh penyusup itu yang kemudian hendak disimpan di ruang bawah tanah. Nicolin mengatakan bahwa Gilbert tidak ingin istirahatnya diganggu untuk sementara waktu dan menyerahkan seluruh tanggung jawab mengenai penyusup itu kepada mereka. Tentu saja, baik Milo mau pun ketiga kawannya sama-sama senang. Jujur saja, menjadi bagian dari pelayan Gilbert adalah hal yang sangat mereka syukuri dalam hidup.  Ada banyak alasan kuat untuk itu. Gilbert mengulurkan tangan kepada mereka, di saat orang lain memunggungi mereka. -----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN