Virgin Death

1481 Kata
Gilbert mendesah pelan, jemarinya membolak-balik beragam catatan yang berserakan di mejanya. Sudah dua hari sejak dirinya dan Nicolin mengetahui fakta tentang simbol dan wanita-wanita yang ada di distrik hiburan itu. Gilbert sama sekali belum melaporkan apapun kepada James dan sejujurnya ia enggan melaporkannya karena ia masih merasa ragu dengan apa yang ia dapatkan. Ouroboros. Gilbert tidak pernah membayangkan akan mendapatkan simbol itu. Terlebih, simbol itu dicap ke seluruh wanita penghibur di sana. Nicolin datang membawakan Ceylon tea dengan beberapa camilan untuk Gilbert. Beberapa kali helaan napas tercipta, membuat kening Nicolin mengerut karena bingung. Gilbert selalu tampak tenang dalam situasi apapun. Rasanya sudah berulang kali Nicolin mengatakan hal itu dalam hatinya. Melihatnya gelisah sangatlah langka, dan jelas seperti bukan sosok Gilbert yang asli. “Tuan Muda?” Gilbert melirik Nicolin. “Aku tidak akan melaporkan soal ini kepada James.” “Anda yakin, Tuan Muda?” Gilbert mengangguk mantap. “Aku harus tahu apa sebenarnya yang terjadi. Aku bukan seorang Grey yang sepenuhnya patuh seperti pendahulu-pendahuluku.” Nicolin tersenyum. “Dan kita akan kembali menyelidiki?” “Simbol itu. Aku harus tahu siapa yang memasangnya, siapa yang menjadi pimpinannya, juga apakah semua ini ada kaitanya dengan Kerajaan.” “Tuan Muda mencurigai Kerajaan?” Gilbert menyeringai. “Aku mencurigai siapapun. Perlu kau tahu bahwa aku tidak pernah menaruh kepercayaan kepada siapapun, bahkan meski itu kau.” Nicolin kembali tersenyum. “Keputusan yang bagus, Tuan Muda.” “Periksalah apakah tim khusus Kerajaan sudah menemukan ini. Lakukan apapun itu agar mereka tidak melapor kepada Kerajaan sebelum kita.” Nicolin membungkuk, meletakkan telapak tangannya di d**a. “Baik, Tuan Muda.” --- Nicolin menyeringai. Kakinya kembali melangkah pada salah satu rumah hiburan yang sempat ia kunjungi bersama Gilbert sebelumnya. Ia pergi sendiri karena Gilbert harus mengurusi beberapa pekerjaannya di Kerajaan. Sementara Nicolin memastikan pihak Kerajaan belum tahu soal informasi itu, Gilbert sekaligus memeriksa keadaan di Kerajaan. Tempat yang dikunjungi Nicolin membuatnya kembali bertemu dengan Hayden, gadis pirang bertubuh kurus yang pernah menghabiskan malam dengannya. Gadis itu seketika langsung menghampirinya ketika melihat Nicolin meliriknya. “Kau kembali, Tuan?” “Benar. Aku ingin bertemu denganmu.” Hayden tersipu, ia menunduk sembari memainkan jemari tangannya. “Tidak ada yang pernah mengatakan hal itu kepadaku.” Ujarnya. “Benarkah?” Hayden mengangguk. “Duduklah, temani aku.” Nicolin menarik sudut bibirnya. Ia adalah kaum penggoda ulung. Melakukan beragam trik dengan mudah untuk tujuannya. Nicolin telah melayani banyak jiwa, dan ia sangat mengerti bagaimana seorang manusia yang diliputi perasaan dendam, iri hati, rakus, dan beragam sikap buruk lainnya. Hayden salah satunya. Rasa iri di dalam hatinya mengakar kuat. Ia selalu melihat rekan-rekannya dalam pandangan dengki. Tepat ketika Nicolin mencurahkan perhatian kepadanya, ia merasa tinggi. Seolah dunia berada digenggamannya. “Kau tidak sibuk dengan pekerjaanmu, Tuan? Bangsawan muda sepertimu pasti tidak banyak memiliki waktu luang.” Nicolin mengangguk. “Benar, waktu luangku hanya sedikit. Aku menyempatkan diri kemari untuk bertemu denganmu di waktu luangku.” Wajah Hayden merona samar dan ia tersenyum kecil. “B—Benarkah?” “Hm.” Sekali lagi, Hayden sama sekali tidak curiga dengan apapun. Wanita itu begitu terpikat pada Nicolin, membuatnya buta dan mengatakan apa saja yang diinginkan Nicolin. “Aku begitu terkesan dengan tempat ini. Banyak sekali bangsawan yang datang kemari bahkan ketika situasi tidak sedang dalam kondisi aman. Jika bisa, aku ingin kau mengantarkanku pada bosmu, Hayden.” “Maafkan aku, Tuan. Aku tidak bisa sembarangan membawa seseorang bertemu dengan bosku.” “Kenapa begitu?” “Um, karena bosku sangat sibuk.” Pandangan mata sama sekali tidak fokus, jemari bergetar dan Nicolin bahkan mendengar detak jantungnya yang lebih cepat. Nicolin menarik sudut bibirnya, membentuk seringai tipis. Dia berbohong. “Aku mendengar bahwa pemilik rumah hiburan tidak pernah menolak permintaan pelanggannya.” Nicolin menyandarkan punggungnya, kemudian menghela napas. “Atau memang sekarang diperbolehkan menolak?” “Huh? I—Itu….” “Bagaimana jika ku katakan alasanku yang sebenarnya kemari adalah menyelidiki kasus yang sebenarnya tengah meresahkan di sekitar sini? Apa kau masih mau menolakku, Nona?” Keringat menetes di pelipis Hayden, membuatnya tampak berantakan. “Maafkan aku, Tuan. Tapi aku… uh.” Nicolin tersenyum. “Tidak masalah untuk menolakku, Hayden. Tapi kau pasti tahu konsekuensi dari menyembunyikan kebenaran di hadapan Kerajaan.” Hayden menggigit bibir bawahnya. Pria bangsawan yang ia kira tertarik padanya ternyata hanya memanfaatkannya untuk sebuah informasi. Perasaannya campur aduk, membuatnya merasa pusing dan mual. Nicolin menyembunyikan tawanya. Ada dua cara membuat orang lain berbicara sesuai keinginan kita; menggodanya dengan kenikmatan, atau menyiksanya dengan sakit dan ketakutan, dan Nicolin telah melakukan keduanya. --- Gilbert bertopang dagu, menghela napas berulang kali di hadapan setumpuk catatan miliknya. Sementara Nicolin sedang menyajikan camilan untuk Gilbert, pemuda bangsawan itu meliriknya skeptis namun tak mengatakan apapun. “Katakan, Tuan Muda. Apakah aku baru saja melakukan sesuatu yang mengganggumu?” Gilbert merubah posisinya menjadi bersandar. “Katakan padaku, adakah informasi yang kau sembunyikan dariku? DARI TUANMU?” Gilbert menekankan pada kata ‘Tuanmu’ dengan suara tajamnya. Nicolin membungkuk, menunjukkan hormat. “Informasiku belum sepenuhnya meyakinkan.” “Dan ku pikir aku sudah mengatakan padamu bahwa apapun yang kau tahu, kau harus untuk mengatakannya kepadaku.” Nicolin mengangguk. “Ku temui wanita yang bermalam denganku di tempat itu, dan dia tidak mau menunjukkan siapa sebenarnya pemimpin mereka, atau setidaknya bos tempat itu.” Kening Gilbert mengernyit. “Kenapa? Menolak permintaan bangsawan sama saja membahayakan diri sendiri.” “Benar. Wanita itu ketakutan namun sama sekali tidak berani mengatakannya.” Gilbert memejamkan matanya sebentar. “Simpan itu, sekarang kau harus menemaniku mengunjungi upacara kedewasaan beberapa bangsawan muda di kediaman Lord Nigel Paulet.” “Beberapa?” “Kediaman Lord Paulet selalu menjadi tempat upacara itu, bahkan untukku ketika upacara kedewasaan. Aku menerima undangannya kemarin.” Nicolin menyiapkan segala keperluan Gilbert hingga menyiapkan kereta kudanya sendiri. sejak insiden pemujaan waktu itu, penghuni kediaman Grey hanya empat orang termasuk Gilbert. Sementara Nicolin selalu mengikuti kemana Gilbert pergi, dua pelayan lainnya lebih sering bekerja di kediaman Grey. Kediaman Lord Paulet tak begitu jauh dari mansion Grey, perjalanan dengan kereta kuda tak banyak memakan waktu. Ketika Gilbert melangkah keluar dari kereta kuda, para bangsawan menatapnya dengan senyum cerah. Nicolin mengikutinya dengan sopan selangkah di belakang, berusaha membuat Gilbert tampak lebih menawan. “Kau datang, Lord Grey!” Nigel Paulet menggandeng istrinya untuk berjabat dengan Gilbert. Di antara para bangsawan yang ada di acara itu, Gilbert Grey adalah yang termuda. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Grey dan Gilbert Grey sendiri. Yang mereka tahu, seluruh keluarga Grey tewas dalam kebakaran mansionnya dan hanya menyisakan Gilbert Grey yang mau tidak mau harus mengambil posisi sebagai kepala keluarga. Mereka bahkan sama sekali tidak menanyakan tentang pelayan baru keluarga Grey yang tampak berbeda daripada pelayan-pelayan lainnya yang ikut hadir di acara itu sebagai pendamping Tuan mereka masing-masing. Upacara kedewasaan rutin dilakukan untuk setiap bangsawan muda yang menginjak usia dewasa mereka. Lord Paulet bertanggung jawab pada acara ini sejak bertahun-tahun silam. Jadi tidak heran jika keluarga Paulet nyaris mengenal seluruh bangsawan yang tersebar di wilayah Kerajaan. Setelah acara utama, seluruh bangsawan akan menikmati ramah-tamah dengan beragam sajian yang disediakan keluarga Paulet. Acara ini selalu berjalan dengan lancar sejak lama, dan ini pertama kalinya Gilbert menghadiri acara ini sebagai perwakilan keluarga Grey dengan namanya sendiri. Lima bangsawan muda berdiri di depan, dengan jubah putih menjuntai. Mereka berlutut di hadapan kepala keluarga masing-masing. Seluruh kepala keluarga membawa pedang keluarga mereka dan mengarahkannya tepat di depan leher anak-anak mereka. Lord Paulet memimpin jalannya acara. Ia berdiri, menyampaikan pidato singkatnya, menyebut tiap nama para bangsawan muda yang mengikuti acara beserta keluarganya, kemudian para kepala keluarga itu akan menyentuhkan ujung pedang pada sisi-sisi bahu anak-anak mereka. Para peserta akan mengiris telapak tangan mereka, mengambil sumpah darah untuk diteteskan pada mangkuk berisi arang, sumpah janji mereka untuk selalu menjaga nama baik keluarganya. Benar. Seharusnya semua berjalan lancar sebagaimana rangkaian acara yang pernah Gilbert ikuti. Namun tidak, acara itu berubah menjadi tragedi mengerikan. Usai mereka berlima menyayat telapak tangan, tiba-tiba mereka semua kejang-kejang hebat dan jatuh secara bersamaan. Ruangan yang sebelumnya penuh damai dengan acara sakral itu berubah panik. Teriakan di sana-sini, darah bercecer dari mata, hidung, dan mulut para bangsawan muda. Jantung Gilbert berdetak kencang, ia meremat tongkat jalannya, menatap apa yang tengah terjadi. “Kenapa jadi seperti ini?” gumamnya dalam panik yang tersembunyi. Nicolin sigap menarik sang Tuan Muda. Mereka harus segera pulang. --- Gilbert memejamkan matanya namun sama sekali tak bisa terlelap. Nicolin masih berdiri di dalam kamarnya, diam menunggu hingga sang Tuan Muda terlelap. Namun hingga waktu cukup larut, Gilbert masih tidak terlelap. Pikirannya benar-benar melayang. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Gilbert pada dirinya sendiri. “Racun.” Balas Nicolin singkat. Gilbert terkejut, ia beranjak duduk, bersandar pada kepala ranjang. “Pisau itu diracun? Semuanya?” “Pisau, pedang, jamuan. Semuanya berisi racun.” “Kau tahu?” Nicolin mengangguk. Gilbert mengepalkan tangannya. “Kenapa kau tidak mengatakannya padaku!” “Karena aku tidak tahu siapa target dari racun itu, Tuan Muda.” “Bahkan jamuannya diracun.” “Hanya jamuan khusus untuk lima bangsawan muda itu.” Gilbert melebarkan matanya. “Semua ini direncanakan. Tapia pa tujuan membunuh bangsawan muda yang bahkan belum memegang kendali di keluarga mereka masing-masing?” “Jika yang Tuan Muda katakan tempo hari tentang simbol itu benar, kemungkinan ritual keabadian itu benar-benar dilakukan.” “Upacara kedewasaan, bangsawan muda, virgin?” Nicolin mengangguk. “Lima wanita penghibur kelas atas menghilang secara bersamaan, lima bangsawan muda meninggal bersamaan. Semua ini telah direncanakan, Tuan Muda.” “Aku tidak mengira akan sampai pada kesimpulan ini. Lebih dari itu, siapa otak di balik semua ini. Membunuh bangsawan muda jelas tidak mungkin dilakukan orang biasa.” “Dia pasti memiliki akses di acara Lord Paulet, juga memiliki akses pada seluruh pengelola rumah hiburan, Tuan Muda. Kemungkinan, dia juga yang mengecap para p*****r itu dengan simbol Ouroboros.” “Tapi dia cukup bodoh karena dengan semua ini, kita tahu bahwa pelakunya adalah seorang bangsawan. Bangsawan di negeri ini lebih sedikit daripada rakyat biasa, dan itu jelas membuat lingkaran tersangkanya lebih menyempit. Apa yang hendak dia lakukan dengan pengorbanan seperti itu?” “Abu pemanggil.” -----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN