Gilbet memejamkan matanya. Sudah satu jam ia duduk diam di atas ranjangnya sejak ia kembali dari kediaman Ramona. Tidak ada perubahan ekspresi yang berarti. Hanya wajah datar tanpa ekspresi yang terus terpasang sejak Gilbert meninggalkan Ramona menangis meraung-raung di taman rumahnya.
“Tuan Muda, ingin kubuatkan teh?”
Gilbert menggeleng. “Tinggalkan aku, aku lelah.”
“Baik, Tuan Muda.” Nicolin membungkuk hormat dan segera keluar dari kamar Gilbert.
Gilbert melirik langkah Nicolin hingga pelayannya itu menghilang saat pintu ditutup dari luar. Ia kemudian melepas sepatunya dan naik ke ranjang, berbaring sembari menatap langit-langit tinggi di kamarnya. Gilbert tidak tahu harus mendeskripsikan perasaannya sekarang seperti apa. Sesungguhnya, ia sama sekali tidak merasa sedih atau bahkan terluka. Satu-satunya emosi dominan yang terkumpul di dalam hatinya hanya kemarahan. Beruntung, ia adalah orang yang cukup pandai mengendalikan emosi di hadapan orang lain. Ia beberapa kali meninggikan suaranya di hadapan Ramona saat mereka berdebat beeberapa waktu lalu, tetapi ia selalu cepat sadar dan mengembalikan suaranya seperti sedia kala.
Gilbert memejamkan matanya, dan bayangan wajah berantakan Ramona yang menangis muncul begitu saja. Ia samai harus mengeratkan pejamannya, membuat agar dirinya hanya melihat kegelapan dan melupakan wajah Ramona.
“Kau akan selalu dikhianati, Gilbert.”
Gilbert terlonjak. Ketika ia membuka matanya, bukan lagi kamarnya yang terlihat, melainkan dimensi gelap yang sudah beberapa kali ia kunjungi tanpa sengaja. Saat ia menyadari di mana dirinya berada, Gilbert tidak bisa menahan dirinya untuk menghela napas. Sungguh, ia sedang ingin menenangkan dirinya, bukan bertemu dengan sumber masalah lain.
Pria Grey yang sangat mirip dengannya berjalan mendekat, dengan senyum ringan tanpa beban. “Jangan bergantung kepada orang lain.” Katanya.
“Aku tidak pernah.”
“Kau memikirkan gadis itu. Aku tahu kau tidak mencintainya sebagaimana pasangan pada umumnya, tapi kau merasa nyaman dengannya dan tidak keberatan untuk menjadi suaminya.”
Gilbert memutar bola matanya, malas membahas hal yang sedang ia ingin hindari. “Jangan sok tahu.”
“Aku melihatnya.”
“Dan melihat bukan berarti memahami. Hentikan semua omong kosongmu dan kembalian aku. Jangan menarikku ke tempatmu sesuka hati.”
Pria itu tertawa. “Aku tidak menarikmu. Sadar atau tidak, saat kau masuk ke dalam dimensiku, kau sendiri yang sebenarnya sedang ingin berada di sini. Kau sedang ingin menenangkan dirimu, huh? Gilbert?”
Gilbert menepuk dahinya. Ia tidak ingat pernah berpikir untuk menenangkan diri di dalam kegelapan seperti itu, dengan hanya melihat satu wujud yang keberadaannya masih sangat ia ragukan. Kenapa dia selalu mengatakan hal-hal yang Gilbert tidak pahami. Aneh, benar-benar aneh.
“Berhentilah bicara dan biarkan aku menenangkan diri.”
“Hm? Kau memang benar-benar patah hati.”
“DIAM!”
“Kau harus terbiasa, Gilbert. Takdirmu adalah hidup sendiri, kau tidak boleh bergantung kepada orang lain, atau menaruh kepercayaan berlebih kepada orang lain. Pada akhirnya, kepercayaan yang kau letakkan itu hanya akan mendapat pengkhianatan.”
Telinga Gilbert terasa panas mendengarnya. Ia tidak benar-benar mempercayai Ramona, tetapi ia juga tidak pernah mencurigai Ramona. Mungkin benar, tidak seharusnya ia merasa aman di dekat orang lain hanya karena orang itu terbiasa bersamanya. Dari waktu yang terus berlalu, perubahan akan terus terjadi. Manusia terus berubah, dan Gilbert harus selalu terbiasa dengan hal itu.
“Berbicara begitu, seperti pernah dikhianati saja.”
Pria itu terbahak kencang hingga memegangi perutnya. “Kau sudah membaca buku harianku ‘kan? Kau pikir kenapa aku masih ada pada dimensi gelap ini selama ratusan tahun? Jiwa yang tenang akan segera hilang setelah kematian. Tapi aku? Aku masih tidak tenang karena segala tragedi yang terjadi di masa lalu. Ratusan tahun berlalu, tetapi apa yang kualami seolah baru terjadi kemarin.”
“Kau…. Dikhianati? Tapi aku buku harianmu hanya tertulis tiga halaman utama, dan tidak ada keterangan tentang pengkhianatan. Semuanya hanya deskripsi hukuman keluargamu.”
“Hm, karena memang aku tidak sempat menuliskannya. Aku ingin menulis buku itu secara lengkap untuk menjelaskan kepada keturunanku apa yang sebenarnya terjadi, tetapi sayang sekali waktunya tidak cukup. Aku butuh mempersiapkan banyak hal untuk melancarkan balas dendamku.”
“H-Huh?”
Pria itu menyeringai. “Kau, menggadaikan jiwamu kepada iblis, sama seperti yang kulakukan dahulu.”
Gilbert membeku. Perjanjian dengan iblis telah ada sejak lama kah? Ia ingat Nicolin mengatakan telah melayani banyak Tuan sejak bertahun-tahun silam yang tidak bisa dihitung berapa lama waktu berlalu. Gilbert tidak pernah berpikir perjanjian dengan iblis menjadi sesuatu yang cukup populer bahkan di masa lalu. Ia bukannya meragukan jika ada orang lain yang bisa melakukannya, tetapi ia tidak pernah berpikir bahwa pria di hadapannya, yang memiliki wajah begitu mirip dengannya ini juga melakukan perjanjian dengan iblis sama seperti yang ia lakukan sekarang.
“Kau berbohong.”
“Untuk apa?”
“Manusia yang membuat perjanjian dengan iblis akan dimakan jiwanya, ‘kan? Lantas mengapa jiwamu masih tertinggal di sini?”
Pria itu tersenyum. “Benar, karena aku memang belum sepenuhnya mendapatkan hasil perjanjiannya. Iblis mungkin bisa bertahan hingga ratusan bahkan ribuan tahun untuk mengabulkan apa yang menjadi perjanjiannya dengan manusia, tetapi manusia tidak memiliki umur sepanjang itu Gilbert. Manusia adalah mahkluk lemah yang rapuh, yang hanya memiliki sedikit waktu untuk menyelesaikan berbagai hal dalam hidupnya. Kita, adalah mahkluk lemah yang tidak akan bertahan tanpa bantuan entitas yang selalu disebut terkutuk oleh orang-orang.”
“Maksudmu, kau masih bertahan selama ratusan tahun di dalam dimensi ini karena dendammu belum terpenuhi?”
“Ya.” Pria itu mengangguk. “Kehadiranku di dalam dimensi gelap ini bukan sebuah hal yang kebetulan, tetapi karena memang urusanku belum selesai.”
“Jadi, di mana iblis yang membantumu?”
“Tidak ada. Aku berada di dalam dimensi ini karena aku tidak memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan urusanku, dan iblis yang membantuku tidak bisa memakan jiwaku. Anggap saja dimensi ini adalah pemisah antara jiwaku dan iblis yang ingin memakanku karena dengan dimensi ini secara tidak langsung aku terlindungi. Aku akan terus berada di sini sampai masa ketika ada keturunanku yang akan datang untuk menyelesaikan semuanya, dan jika itu berhasil, aku bisa dengan tenang melangkah keluar dan memberikan bayaranku kepada iblis yang telah melayaniku di masa lalu.”
Butuh beberapa waktu untuk Gilbert memproses segala informasi yang baru saja diterimanya. Ia hanya terdiam tanpa berkedip, menatap pria di hadapannya penuh tanda tanya. Bohong jika Gilbert bilang ia tidak terkejut. Justru ia sangat-sangat terkejut. Pertemuannya dengan sosok di hadapannya ini bukanlah kebetulan semata, melainkan memang mereka berdua berhubungan satu sama lain.
“Kau tidak berpikir bahwa aku yang harus menyelesaikan masalahmu ‘kan?”
Pria itu menggeleng. “Masalahmu, aku yakin masih berhubungan dengan apa yang terjadi padaku, dan jika masalahmu selesai, aku juga yakin urusanku sudah selesai. Jadi, selesaikan saja masalahmu, aku hanya berperan untuk menjelaskan kebenaran yang sengaja dihilangkan.”
“Siapa namamu?”
Ada jeda yang cukup lama untuk mendapatkan jawaban dari pria di hadapannya ketika Gilbert untuk yang kesekian kalinya menanyakan siapa sebenarnya dia dan juga namanya. Beberapa waktu lalu, hanya raut geli dan tawa mengejek yang diberikan olehnya kepada Gilbert, dan sekarang ekspresi itu berubah drastis, kembali menjadi senyum sendu yang selalu ia tampilkan di saat-saat pertama kali Gilbert bertemu dengannya di path ini.
“Leander Grey, salam kenal Gilbert.” Katanya pelan.
---
“Ah!”
Gilbert membuka matanya dan mendapati langit-langit kamarnya telah kembali. Ia duduk dan bersandar pada kepala ranjang, mengurut kepalanya yang terasa pusing. Sampai sekarang ia masih tidak paham dengan metode untuk memasuki path itu. Ia tiba-tiba masuk ke dalam path tanpa ada keinginan yang kuat—setidaknya usai kejadian di kamar mandi beberapa waktu yang lalu. Di saat ia hendak menanyakan hal-hal yang menurutnya penting, atau ketika ia masih belum ingin keluar, ia tiba-tiba tertarik keluar secara paksa. Kemungkinan besar, memang bukan ia yang bisa mengendalikan bagaimana proses keluar dan masuk ke dalam path itu.
“Leander Grey.” Gumam Gilbert pelan. Ia menarik buku harian tua yang selalu berada di bawah bantalnya, meraba bagian nama yang luntur dan menulisnya ulang dengan nama yang baru ia tahu.
“Ah, aku lupa menanyakan soal pedangnya.” Gilbert mengusap wajahnya. “Batas antara relita dan imajinasi benar-benar kabur.”
Brak!
“TUAN MUDA!”
Gilbert biasanya akan marah ketika Nicolin dengan sesuka hati masuk ke dalam kamarnya. Sebanyak apapun Nicolin mengetahui hal-hal pribadinya, Gilbert tetap tidak suka ketika diganggu dalam ketenangannya.
“Apa yang kau lakukan?”
Nicolin menenangkan dirinya kemudian membungkuk hormat. “Ada kematian lain yang terjadi di rumah hiburan yang sama seperti sebelumnya. Korbannya dua orang wanita dengan kondisi yang benar-benar identik. Masalahnya, ada hal lain yang lebih mengejutkan.”
“Huh? Apa itu? katakan saja.”
“Di dekat kedua mayat itu, ada tulisan nama Grey berukuran besar yang ditulis dengan menggunakan darah wanita-wanita itu.”
Gilbert menautkan alisnya. “Apa maksudnya?”
Nicolin menggeleng tidak mengerti. “Salah satu bawahanku baru saja melaporkannya kepadaku. Tulisan itu berukuran sangat besar, orang-orang sempat mengira bahwa Tuan Muda yang selama ini melakukannya, hingga seorang detektif mengatakan bahwa tidak mungkin seorang pembunuh menunjukkan dirinya secara terang-terangan seperti itu dengan menuliskan namanya sendiri memakai darah korbannya. Lalu, kesimpulan terbentuk menjadi pembunuh itu sedang mengincar Tuan Muda.”
Gilbert meremat fabrik yang melekat di kakinya. Tatapan matanya menajam, menampilkan ekspresi mencekam yang seketika membuat Nicolin menunduk hormat. “Mulai terang-terangan huh?”
“Kematian itu masih pada kejadian yang sama, dan sudah jelas bahwa kedua wanita itu dibunuh oleh wadah iblis yang kehilangan kendali atas dirinya karena lapar. Tetapi soal tulisan Grey itu, aku yakin ada orang lain yang menuliskannya selama si wadah memakan buruannya. Wadah yang sedang dikendalikan iblis dalam masa kelaparannya tidak akan terpikirkan hal lain selain memenuhi hasrat laparnya. Ia hanya bergerak sesuai insting dan tidak bisa diperintah dengan mudah. Maka dari itu, jika kejadiannya masih berada di tempat yang sama di mana pembunuhan sebelumnya terjadi, ada pihak lain yang juga menyusup di dalam rumah hiburan itu.”
“Lalu, apa maksud dari menuliskan nama keluargaku dengan darah itu? Sebuah undangan untuk bertemu? Atau ancaman terselubung?”
“Aku masih tidak mengerti apa maksud dari menuliskan nama Tuan Muda. Jika berdasarkan kesimpulan salah satu detektif yang masih menyelidiki di sana, kemungkinan besar pelaku sedang menunjukkan secara terang-terangan bahwa yang sebenarnya tengah diincar olehnya adalah Tuan Muda. Wanita-wanita yang mati itu tak lebih adalah peringatan. Kita tahu bahwa pembunuh sebenarnya adalah si wadah iblis, tetapi kita masih tidak tahu siapa pengendali sebenarnya. Sebentar lagi, Tuan Muda pasti akan mendapatkan banyak protes khususnya dari pemilik rumah hiburan itu karena pekerja-pekerjanya mati satu per satu. Dengan kematian berulang-ulang itu, sudah pasti pengunjung di rumah hiburannya berkurang drastis dan ia mendapatkan kerugian besar.”
Ya. Gilbert sudah menyadari maksud dari hal ini. Orang-orang itu tidak bisa menyerang Gilbert secara langsung, maka mereka menggunakan kekacauan yang sedang terjadi untuk menyerangnya. Sejak serangan segerombolan orang-orang bertopeng yang gagal waktu itu, Gilbert sudah memperkirakan akan ada serangan lainnya entah serangan langsung atau dengan metode lain. Ia tidak menyangka serangan itu datang cukup cepat dan dengan metode yang cukup cerdas pula. Gilbert hanya sekali berkunjung ke rumah hiburan ketika menyelidiki kehilangan wanita-wanita itu, dan ia kesana dengan penyamaran. Ia tidak yakin pemilik rumah hiburan itu mengenalinya. Nicolin yang datang kesana sendirian juga mengubah wujudnya. Seharusnya, pemilik rumah hiburan itu tidak akan secara spontan menyalahkannya karena tulisan nama Grey yang tertulis dengan darah di rumah hiburannya.
“Sebentar lagi, kurasa mansion Grey akan menerima banyak tamu.” Ujar Gilbert penuh sarkas.
“Pemilik rumah hiburan itu tidak akan berani untuk mengajukan protes kepada Tuan Muda.”
Gilbert menarik ujung bibirnya, membentuk senyum asimetris. “Tentu saja, tetapi siapa yang tahu jika di belakangnya terdapat di dalang yang membuatnya berani untuk melakukannya? Dengan banyaknya kerugian yang ia dapatkan, juga rumah hiburannya yang menjadi buruk di mata pengunjung karena banyaknya kematian secara tragis, orang-orang tidak akan mau datang ke tempat itu karena takut, dan menggantinya dengan uang tidak akan membuatnya puas.”
“Lalu, apa yang hendak Tuan Muda lakukan untuk menyelesaikan ini?”
Gilbert mengendik tak acuh. “Tidak lama lagi, Yang Mulia Raja pasti akan memanggilku terkait dengan temuan nama keluargaku di rumah hiburan tempat wanita-wanita itu terbunuh. Bisa jadi orang-orang istana termasuk bangsawan-bangsawan lain akan memakai peristiwa ini sebagai kesempatan menjatuhkan namaku di mata Raja. Tidak masalah, aku akan menerima semua yang akan mereka katakan, termasuk keputusan Raja yang akan diberikan kepadaku.”
“Tapi Tuan Muda tidak bisa membiarkannya begitu saja. Jika Tuan Muda tidak melawan, mereka akan semakin menjatuhkan Tuan Muda.”
“Aku tahu. Kau tidak perlu memperingatkanku, lagipula aku tidak berniat untuk kalah dalam pertempuran ini. Hanya saja, sesekali waktu aku butuh untuk mengambil jalan penuh risiko agar aku juga tahu langkah apa yang paling tepat untuk kuambil selanjutnya.”
Gilbert tahu suatu hari akan ada serangan besar untuknya, dan sekaranglah serangan itu dimulai. Awal kekacauan yang sebelumnya terjadi hanyalah pembukaan. Sekarang, kekacauan itulah yang mulai datang menyerangnya perlahan-lahan.
-----