Bagian 1

668 Kata
PRAAAKK Sebuah amplop coklat, mendarat nyaring diatas meja, meja kerja kayu mahoni berkualitas yang diimpor langsung dari swedia. Ayah berdiri dibalik meja itu, memandang marah padaku. Kedua tangannya diletakkan dipinggang dengan angkuhnya. Saat ini kami sedang berada diruang kerja ayah. Dari dulu sampai sekarang, aku tidak pernah menyukai aura yang terkuar dari ruangan ini. Ntah karna desain dan warna perabot yang ada di ruangan ini atau karna keberadaan ayah, yang selalu terlihat sangat dingin dan berbahaya bila sedang berada didaerah kekuasaannya. Ya, ruang kerjanya adalah salah satu daerah kekuasaan Ayah. Satu hal yang kutahu, tidak pernah ada hal baik yang terjadi padaku saat aku sudah dipanggil keruangan ini. Terakhir aku dipanggil kesini, untuk menjelasakan pemakaian kartu credit yang sangat-sangat mengerikan dan berakhir dengan harus berhemat selama tiga bulan karena uang saku yang dibatasi. Bila sekarang aku harus terkena hukuman lagi, aku berharap tidak lebih dari yang kemarin. "Kau sudah berjanji untuk berhenti membuat masalah Tania". Suara ayah memecahkan keheningan yang sebelumnya sangat mencekam. "Dan aku melakukannya". Balasku datar. Sejak ibu meninggal aku selalu salah dimata ayah, semua yang kulakukam selalu kurang baik. "ITU...ITU YANG KAU BILANG SUDAH BERHENTI MEMBUAT MASALAH??? Ayah memukul meja dengan sangat kuat, hampir membuatku terjungkal dari kursiku karna rasa terkejut. Untuk pertama kali aku melirik amplop coklat itu. Dua buah foto mengintip dari dalam amplop. Aku tidak bisa menutupi rasa terkejutku saat melihat foto siapa itu. Yang satu, berisi foto wajahku senang memejamkan mata, terlihat jelas seperti wanita yang baru saja mendapat kepuasan. Brengsek. Dan yang satu lagi berisi foto sepasang d**a putih mulus. Sial. Apa itu dadaku. Ryan Anjing. Ryan monyet. Ryan kurang ajar. Amarahku seketika naik, tanganku terkepal keras. "Kenapa, kau terkejut??". Ayah mendengus tidak suka. "Seharusnya kau sudah menduga hal-hal seperti ini akan terjadi bila kau masih saja seperti ini". Aku hanya diam, tidak bisa melakukan pembelaan apapun. Kepalaku menunduk, tidak berani menatap ayah. Aku memang bodoh, sampai hal seperti ini bisa terjadi padaku. "Ryan Reytomo, aku bersumpah akan menghabisimu". Tanpa melihat, aku yakin saat ini ayah sedang menatap kearahku. Bisa kurasakan tatapan tajamnya. Lama kami terdiam, kemudian kudengar ayah menghela napas. Ayah menarik kursinya kemudian duduk diatasnya. "Didalam amplop itu terdapat foto juga sebuah kaset. Ayah belum melihat apa isi dari kaset itu, tapi melihat dari foto itu, orang bodoh sekalipun pasti tahu apa isinya." Aku masih membisu, takut salah bicara. Salah-salah nanti aku disuruh keluar negri. Aku tidak mau". "Sekarang kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu. Kalau tidak, semua foto dan vidio itu akan tersebar". "Tapi ayah, itu bukan salahku. Yang harus bertanggung jawab seharusnya bukan aku, tapi orang yang membuat foto dan vidio itu". Aku sudah menjelaskan dengan sekali tarikan napas, sampai aku kehabisan napas, tapi ayah hanya mengangkat alisnya. "Aku hanya Tidur dengan Ryan. Dan menurutku itu tidak salah, selama kami berdua menginginkannya". Sebelum berbicara, ayah melipat tangan dan meletakkannya diatas meja. " Disitulah letak kesalahanmu, Kau tidur dengan Ryan Reytomo". Apa. Aku tidak mengerti. "Dia menginginkanmu". Gumam ayah datar. Dari situlah, kemudian ayah bercerita kalau Ryan Reytomo menggunakan cara kotor seperti ini untuk bisa menikahiku. Kupikir malam itu semua sudah selesai saat kukatakan padanya kalau yang kami lakukan hanya sekedar s*x. Tapi tampaknya, Ryan pria yang keras kepala. "Ryan akan menyebarkan foto dan vidio itu, kalau kau tidak mau menikah dengannya". Menikah?. Dengan Ryan?. Oh Tuhan, tidak. Membayangkannya saja membuatku mual. Menikah tidak ada dalam daftarku. Tidak ada. "Ayah, aku tidak tidak mau menikah. Apalagi dengannya". "Ayah, Tania mohon bantu Tania". Aku tidak peduli aku terlihat menyedihkan seperti ini. Aku tidak mau menikah "Ayah tidak bisa membantu, kau tahu sendiri Reytomo itu siapa, keluarganya sangat berpengaruh". Ayah bohong, tentu saja ayah bisa. Ayah masih lebih berkuasa daripada keluarga Reytomo. "Lagi pula, untuk apa kau tidur dengan seorang pria tapi tidak mau menikah dengannya". "Ayah tidak mengerti, ini semua hanya sekedar s*x ayah". Aku tidak peduli lagi saat ini kami sedang membicaran hal yang sebenarnya agak private. "Tania mohon ayah, tolong Tania. Apapun akan Tania lakukan, asal Tania tidak menikah dengan Ryan". Sekarang suaraku sudah sangat lirih. Aku berharap ayah mau menolongku. "Baiklah, karna kau satu-satunya penerusku, aku akan membantumu". Terimakasih Tuhan. Beban berton-ton seakan terangkat dari pundakku mendengar perkataan ayah. Tersenyum, aku memilirik kearah ayah. "Terimakasih ayah". Tapi kemudian senyum iblis terlukis dibibir ayah. "Tapi ada SYARATNYA".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN