Untuk melengkapi beberapa administrasi yang harus ia selesaikan menjelang kelulusannya, Bella datang ke Universitas. Dia sudah memberitahu Kristy dan dibalas semua petuah yang harus ia lakukan karena Blair sama sekali tidak suka dengan ide dia datang terlambat. Baginya itu memotong waktu kebersamaan mereka. Bella memerah tapi juga merasa malu, hanya saja sekarang sifat posesif Blair nampak manis bagi Bella.
"Dia nampak tidak senang Bella. Dan kami tidak tahu bagaimana menanganinya. Please cepatlah datang."
"Aku akan menangani urusanku dengan cepat jadi tolong usahakan yang terbaik agar dia tidak marah.
"Kau tahu benar kami akan berusaha yang terbaik, tapi kami tidak bisa memaksakan keberuntungan sampai batas. "
"Okey, aku akan datang secepat yang aku bisa."
Bella menutup ponselnya. Sikap Blair yang posesif membuatnya hampir tak bisa bernafas. Tapi di sisi lain ia merasakan jika keposesifan Blair nampak manis.
Sejak kapan aku memiliki jam untuk memalukan segalanya.
Statusnya yang berubah secara tak ia sadari dan bahkan ia sendiri tidak tahu kapan ia menjadi taken, sudah tak lagi penting. Bella menganggap jika semua keanehan yang terjadi padanya adalah bentuk pemberontakan yang dilakukan alam bawah sadarnya. Mereka memprotes keputusannya untuk tidak jatuh cinta dalam waktu dekat sedangkan jauh di dalam hatinya ia ingin dicintai. Akhirnya semua protes dari otaknya menjadikan ia tak terkendali, liar dan panas.
Dengan mobil sport kesukaannya dan outfit yang membuat orang panik karena harganya, ia melangkah menuruni mobil mewah itu. Seperti biasa ia selalu menjadi pusat perhatiannya para mahasiswa lainnya, dan kali ini mereka tidak segan - segan untuk merayu Bella. Sudah lama mereka menunggu Bella mendepak pecundang yang tak tahu membedakan mana mutiara dan mana mata ikan.
"Hai Bella, ini untukmu. "
"Call me Bella."
"Kau secantik mawar ini."
Para pemuda dari kalangan atas yang biasanya diam karena Bella memiliki Bryan kini berani melancarkan rayuannya. Mereka tidak lagi takut diabaikan oleh Bella sehingga memberinya hadiah bunga atau lainnya. Sebab dari dulu mereka tahu benar kesetiaan Bella terhadap Bryan. Kesetiaan yang membabu buta. Apalagi Bella memiliki segalanya selain kecerdasan. Semua mahasiswa menganggap dia bodoh karena membiarkan Bryan menipunya sldi saat perselingkuhannya dengan Ceris sangat jelas.
"Terima kasih. " Bella kesulitan membawa hadiah dari pria - pria ini dan kembali menuju ke mobil untuk menaruh semua hadiah itu. Setelah itu ia berjalan cepat ke gedung administrasi agar tidak ada yang mencegatnya lagi. Ada dua rekan kerja yang nasibnya di ujung tanduk karena bos yang posesif terhadap kekasih barunya.
"Bella..." namanya dipanggil oleh orang yang menyebalkan. Tidak ada yang menyebalkan selain bertemu dengan orang mempermainkannya selama ini. Apalagi tujuan mantan adalah untuk kembali sehingga bisa meminta kembali segala fasilitas yang sudah ia tarik.
"Jangan menggangguku Bryan."
"Bella, Bella sayang. Tolong dengarkan aku."
Jelas jika Brian sudah kehilangan kewarasannya akibat kesulitan hidup yang ia dapatkan setelah berpisah dari Bella. Dia tak hanya kehilangan pamornya dimata para mahasiswa di universitas tapi juga mendapat kemarahan besar dari keluarganya. Jadi satu - satunya hal yang bisa mengeluarkannya dari semua kesulitan ini adalah kembali menjadi pacar Bella.
Kejadian tidak menyenangkan harus ia temui.
"Bella, kau harus kembali padaku. Tolong beri aku kesempatan untuk memperbaikinya." Sekali lagi pria itu pemohon untuk hal yang tidak akan terjadi.
'Apa Bryan menganggap hanya dia yang pintar. Orang bodoh pun tahu aku tidak mungkin kembali padanya.'
Bella yang tidak ingin membuang-buang waktu dengan Bryan dan hanya mengabaikannya. Memangnya apa yang bisa ia dapatkan dari pria sudah berkhianat dan juga tidak memiliki apapun selain tubuhnya yang berotot dan wajahnya yang tampan.
Kesal karena Bella tidak menghiarukannya, Bryan mulai bertindak kasar. "Bella apa kau mendengarku!" teriak Bryan tidak sabar.
Tidak hanya itu dia bahkan menarik tangan Bella agar gadis itu memperhatikannya. Suatu tindakan yang sangat mengganggu.
"Lepaskan aku Bryan, aku tidak akan mau kembali dengan pecundang sepertimu," desis Bella.
Karena pria ini dia dijuluki stupid blonde. Dia selama ini pastinya ditertawakan oleh para mahasiswa di belakangnya. Padahal sudah sangat jelas hubungan antara Ceris dan juga Bryan sangat jelas dan begitu romantis tapi ia malah menutup mata dan memilih mempercayai Bryan.
Sekarang, pria ini tanpa malu malu justru datang dan memaksanya kembali.
"Maaf, Bella. Aku tahu kau masih mencintaiku. Kembalilah dan aku bersumpah tidak akan mencintai gadis lain selain kau. Aku bersumpah. Please babe," rayu Bryan.
Bella menatap malas pada Bryan. Dia sekarang menyedihkan dan tak terurus. Tidak ada lagi pemuda yang berkilau dengan keringat yang mambasahi tubuhnya kala berolah raga.
"Lalu apa? memangnya apa yang bisa aku dapatkan darimu? Kau tidak memiliki mobil, rumah atau apapun. Kau juga tidak pernah memberiku apapun dengan uangmu sendiri. Apa kau pikir aku mau menghidupimu seperti dulu? jangan bermimpi?" tanya Bella yang blak - blakan. Dia tahu yang diingainkan Bryan hanyakah uangnya dan kemewahan.
Ucapannya sama sekali tidak memberi Bryan kesempatan untuk membantah. "Sayang, jika aku sukses, aku pasti akan membayar segalanya."
"Bagaimana kau bisa sukses sedangkan yang kau miliki hanya ototmu saja Bryan.
Jadi pergilah, kalau aku mencari pacar maka aku akan mencari pria yang mapan. Tidak sepertimu," desis Bella.
Dia mengibaskan tangannya dan meninggalkan Bryan sendirian membeku di sana. Kini ia sadar jika sudah sepenuhnya kehilangan Bella. Bryan pun baru sadar jika dirinya bukan apa - apa tanpa Bella. Dia sekarang hanyalah mahasiswa biasa yang tidak ada bedanya dengan yang lain.
Para gadis yang melihatnya berdiri hanya memberi tatapan menghina pada Bryan. Mereka menutup hidupnya kala mencium bau tidak sedap dari Bryan.
"Ew, dia bau," ucap salah seorang gadis yang lewat.
Karena Bryan tidak terbiasa hidup sederhana maka ia harus sangat mengirit. Tabungan pendidikannya sudah ia gunakan untuk melunasi uang sekolah dan sisa uangnya ia gunakan untuk makan. Semua ini membuatnya frustasi karena demi menbeli makanan agar cukup sampai bulan depan ia harus tidak mandi di pagi hari. Tagihan air juga tidak boleh terlalu besar.
From Mother
Apa kau sudah berbaikan dengan Bella. Dapatkan dia Bagai mana pun caranya.
Bryan mendesah melihat paksaan dari ibunya. Dia bukannya bodoh dan tidak menginginkan untuk kembali bersama Bella tapi gadis Itu sama sekali tidak mau ada di dekatnya. Bella memperlakuknnya seperti penyakit sekarang. Belum pernah ia menyesali keputusannya selama ini. Seharusnya ia tidak tergoda dengan sahabatnya itu yang sekarang justru menghilang ketika ia membutuhkan bantuannya. Padahal waktu itu dia sering mementingkan series barang -barang berharga dengan kartu dari Bella.
To My Mother.
She kick me out.
Bryan tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan sekarang selain menjalani kehidupannya seperti mahasiswa lain. Dia pun akan mencoba untuk beradaptasi dengan kehidupan sederhana bersama dengan mahasiswa yang lain.
"Sialan. Kenapa ini terjadi padaku!?"
Teriakannya mendapatkan sorakan mengejek dari mahasiswa lainnya. Dia sudah kehilangan dan tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan kembali, dan tidak ada yang jauh lebih menyenangkan bagi para pria dari pada menertawakan pria yang hancur setelah sombongnya melebihi apa yang ia miliki.
Bella bergegas menuju ke mobil setelah tanda tangan beberapa berkas. Bayangan Blair yang marah terbayang di benaknya seperti lintah yang enggak pergi.
'Kenapa aku harus merayu pria yang memiliki sifat posesif yang luar biasa? seharusnya aku memilih pria yang normal.'
Begitu ia sampai di BANT Corp. tanpa membuang waktu menyerobot ke dalam lift khusus. Tidak ada yang mengalaminya karena melihatnya kemarin berjalan dengan sang bos. Jadi mereka hanya menatap ramah pada gadis yang tergopoh - gopoh menuju ke atas.
Bella berlari ke arah Kristy dan Lilian. Mereka mengusap dadanya begitu melihat Bella karena sejak tadi, keduanya takut mengangkat telepon dari Blair.
"Kedatanganmu menyelamatkan kami, Bella. Kau tidak tahu betapa tegang kami seharian ini."
Bella terkekeh, "Percayalah. Bukan hanya kamu yang tegang. "
Telepon berbunyi, dan Kristy segera mengangkatkanya. Kali ini ia tidak dipenuhi ketegangan.
"Suruh Bella ke ruanganku."
"Baik."
Kristy memberi isyarat dan Bella tahu benar apa maksudnya. Mau tak mau ia harus ke ruangan untuk menemui pria yang posesif dan mendadak menjadi kekasihnya.
"Lagi pula sejak kapan kami berpacaran."
Secara tidak terduga, Cresent datang bersama dengannya. Bella merasa aneh tapi ia memang merasa jauh lebih tenang ketika bersama dengan Cresent. Pria itu seakan bisa menenangkan situasi yang menurutnya tegang.
"Sepertinya kamu terpikat dengan wajah tampan, Eh?" goda Cresent.
"Tsk, kau tidak tahu apa yang aku alami jadi diamlah. Aku sangat enggan berdebat."Seperti yang Bella tebak, berbicara dengan Cresent justru terasa ringan dan mengalir. Tidak seperti bersama Blair yang membuatnya hanya memikirkan rajang dan sesuatu yang tak sengaja ia sentuh.
"Kau akan menemui si dingin itu?" tanya Cresent.
"Yah, bagaimana lagi. Hubunganku dengannya sangat cepat sampai aku tidak sadar kapan aku tiba - tiba memiliki hubungan dengannya," desah Bella. Sejujurnya ia belum sanggup untuk memulai segala hal yang bernama cinta. Dia ingin beristirahat dari segala hal tentang perasaan.
Tbc.