PERPISAHAN

1008 Kata

Tatapan Alfian serius tertuju pada Nurmala, ia tahu yang di maksud istrinya adalah Firman tapi dia memilih bungkam sembari mengetuk meja dengan jarinya, ia membuang muka ke arah jalanan beraspal. Matanya menyorot ke langit. Awan gelap pekat tanpa taburan bintang, angin malam begitu dingin menusuk kulit. Sepertinya hujan akan turun, beruntung Nurmala mengenakan jasnya. Rintik hujan mulai turun, menciptakan suara gaduh di atap warung. Tak lama kemudian pemilik warung datang meletakkan nasi goreng dan teh hangat di hadapan Nurmala dan Alfian. Setelah membaca doa, Nurmala langsung melahap nasi goreng favoritnya dengan lahap seperti orang yang sudah lama tidak makan. "Pelan-pelan kalau makan, takut tersedak." "He'em." Nurmala hanya mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan. Sementara

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN