Nata tidak memiliki ide lebih baik selain ini, sedari tadi sudah dipikirkanya, terlintas dikepalanya hanya pergi, dia sering mendengar piskopat semacam ini, namun tidak pernah mengira dia akan berurusan dengan piskopat begini.
Nata kembali membuka mobilebanking memastikan saldo itu benar adanya. Seketika terbayang wajah orang tuanya. Kalau aku pergi apakah dia akan menyakiti mereka. Membayangkan itu membuatnya merinding.
Namun detik berikutnya akal sehatnya bekerja kembali “dia hanya tidak membiarkan aku terluka, bukan berati aku tidak bisa pergi” pikirnya.
Ya , pertama aku harus melarikan diri darinya, setelahnya urusah belakangan, Nata sudah cukup berpikir, lalu bergegas membawa beberapa pakaian. Tidak membawa koper hanya ransel kuliahnya yang biasa digunakanya.
Saat Nata keluar dari kosa, langit hampir gelap, senja sore ini memberi warna sangat indah, berwarna jingga. Lalu lintas seperti biasa persimpangan jalan terlihat ramai orang-orang lalu lalang dengan beragam aktifitas.
Nata melangkah dengan santai, dia tidak tau jika dia telah di awasi.
Nata hanya berpikir yang di awasi keluarganya, yang dapat dipakai mengancamnya, namun dia salah Rangki tidak selemah itu, dia sudah mempertimbangkan segalanya. Dengan kekuasaan nya dia dapat melakuakan apapu. Setengah poperti dari Kota C adalah milik keluarganya, sehingga dia sangat disegani di kota C ini. semua permintaanya akan sangat mudah di sepakati bak penertus tahta kerajaan. Semua kemauan nya dianggap perintah bagi bahawan yang bekerja padanya, dan akan di kerjakan dengan sempurna tanpa kesalahan.
Nata si gadis 20 tahun yang tidak tau dunia politik atau urutan orang terkaya di kotanya.
Langkah kaki Nata masih menyusuri jalan setapak, dibawah langit bewarna jingga, dia berjalan santai seperti tidak ada masalah, dalam setiap langkahnya oraknya mulai berpikir kemana dia harus pergi, tentu dia tidak punya tujuan, dan tidak ingin melibatkan teman-temanya. Sudah jadi kebiasaan Nata menyimpan masalahnya sendiri.
Beberapa menit kemudian, Nata menghentikan sebuah Taxi, lalu masuk kedalam nya. “ tujuan kemana Nona? Tanya supir Taksi tersebut.
Jalan saja pak, keluar dari kota ini ucap Nata santai menyembunyikan ekspresi yang sebenarnya.
Mobil berjalan cukup lama, Nata masih tidak menyadari jika dia sedang di ikuti dan diawasi.
Masih duduk santai sambil bersandar melihat keluar jendela mobil, seaakan-akan berat meninggalakan kota ini..
****
Di mobil lain pengawas yang membututi nya kini sedang menghubungi Rangki.
Saat pesan singkat masuk ke ponsel Rangki,, dia sedang rapat jadi tidak begitu menyadari. Tipikal pria jika sedang bekerja tidak akan terganggu fokusnya.
*** gadis itu keluar darikosan Bos,, kami sedang mengikutinya (pesan pertama)
*** gadis itu menaiki taxi dan keluar dari kota ini, kami masih mengikutinya. (pesan kedua)
*** gadis itu mulai jauh dari Kota C tuan. apa yang harus kami lakukan? (pesan ketiga)
Pengawas terus memberi kan informasi namun pesan mereka tidak ada balasan dan tidak pula ada tanda baca.
Mobil Nata melaju dengan cepat “Nona mau kemana? Tanya supir. saat sudah keluar jauh dari kota C.
“aku tidak punya tujuan “ ucap Nata asal.
Lah.. kita sudah jauh ini… argo Taxi ini jalan terus nona. Ucap supir mengingatkan Nata.
Lama Nata berpikir, lalu berucap “tidak apa-apa pak akan saya bayar lunas, ucapnya.
Antarkan saya kesalah satu penginapan dikota berikutnya . ucap Nata asal. Yang dia tau setelah melewati hutan pinus ini akan ada kota dingin, yang biasa dipakai untuk orang-orang berwisata.
Selama tidak punya tujuan dia akan menginap beberapa hari di penginapan terdekat. Soal duit dia tidak perlu mengkawatirkanya. Lalu detik berikunya dia berpikir, jika aku mengunakan uang ini maka aku sama halnya dengan menjual diriku.
Namun detik berikutnya, ya sudah lah lagian dia mengunakan tubuhku. Saat terdesak aku pakai saja dulu. Lain kali akan ku kembalikan ketika sudah waktunya. Pikir Nata kembali.
Hari mulai gelap, mobil berjalan dengan cepat, melewati hutan pinus, kiri dan kana penuh dengan pinus yang berjejer, jalan yang dilalui sedikit menanjak, mulai meninggalkan hiruk pikuk perkotaan, sudah tidak ada tanda-tanda kemacetan, hanya ad mobil yang lewat satu persatu, jalan bebas hambatan, mobil pun berjalan dengan cepat.
Dimobil lainya, masih dengan kegabutan menghubungi tuanya, yang sudah terhubung, ya memang jika melewati jalan ini signa sering hilang muncul.
Terus mengikuni mobil Taxi Nata dengan carak aman tanpa ingin di ketahui.
Jaringan ponsel memang tidak ada disini jadi kita tidak boleh kehilangan gadis itu, seru salah satu pengawas, yang sedari tadi sibuk mencoba menghubungi bosnya. Mereka tidak ingin melakukan kesalahan karena memang ini sangat berbahaya dan jika mereka gagal mereka harus siap dengan konsekuensi.
Rangki tipe bos yang tidak pandang bulu jika sudah menyangkut kegagalan, dengan sikap tegasnya berhasil membuat seluruh bawahanya bekerja tanpa gagal.
Malam semakin larut, mereka sudah menempuh 5 jam perjalanan. Hingga mobil didepan mereka yang melaju dengan cepat berhenti di depan penginapan, penginapan ini tidak terlalu mewah, harganya cukup terjangkau untuk di pakai menginap beberapa hari.
“nona” apakah ingin masuk kesini, tanya sopir dengan sopan.
Nata memperhatikan bangunan itu dan cukup menarik, tidak terlihat menyeramkan, lampu nya ada dinama-mana, desainya juga unik dan tidak terlihat seperti bangunan tua.
Nata paling tidak suka dengan bangunan tua, baginya bangunan tua itu menyeramkan, walau tidak pernah ada penampakan memikinya saja membuatnya merinding. Ya, Nata tipe gadis yang taku akan tempat baru dan juga gedung-gedung bernuansa gedung tua.
Penginapan ini dirasa sudah cocok denganya.
Boleh pak, saya mau disini saja.
Lalu supir memutar kemudi mencari lokasi parkir, supir ini cukup baik tidak langsung menurunkanya. Lalu berinisiatif untuk mencari kamar untuknya. “nona tunggu disini saya mau menayakan kamar dulu jika tidak ada kita cari penginapan lainya” . supir ini hanya ingin membantu karena telah malam tidak ingin seorang gadis berkeliaran dijalanan karena ditinggal Taxi dan kamar hotel penuh.
Nata Patuh saja menunggu dimobil . “padahal aku bisa mengecek sendiri lewat aplikasi” pikir nata, lalu tersenyum ternyata masih ada orang baik sekarang ini.
Nata masih tidak menyadari ada yang mengikutinya. Mobil yang tadi berada di belakanya, kini parkir tepat disebelah mobil Taxi yang ditumpanginya.
Didalam mobil bawahan Rangki masih mencari signal dan beruntung mereka saat menghubungi tuan Rangki tersambung. Dan terdengar suara di seberang sana. Ada laporan apa? Tanyanya cepat.
Tuan, gadis itu, sudah pegi kekota A,, kami mengikutinya sampai dipenginapan. Ucap bawahan Rangki cepat.
“Apa”, kenapa baru melapor,? Kami sudah mengirim pesan dan mencoba menghubungi mu. Tidak mendengar penjelasan Rangki langsung menutup telpon dan meninggalkan Rapat dengan segera. Seluruh karyawanya bingung dengan sikap bosnya yang meninggalkan rapat begitu saja.
“ kita lanjut lainkali, saya ada urusan mendesak, Rangki mengucapkan itu pada Ray dan berlalu.
Ray, membereskan rapat yang ditinggalkan Rangki.
Rangki bergegas ke area parkir dan mengemudi mobilnya, sebelum mobil itu berjalan, sudah membuka aplikasi pelacak pasangan yang memang sengaja dipasan pada HP Nata, tentu Nata tidak menyadarinya.
Syitt, gadis itu berulah ternyata. Tidak patuh kamu ya. Kutuk Rangki. Setelah mencocokan alamat yang dikirim bawahanya dengan posisi gps dari Nata. Segera menginjak pedal gas.
Jika rangki kesana butuh waktu 6-7 jam dengan kecepatan normal. Rangki tidak peduli lalu menginjak pedal gas dengan kecepatan tinggi.
“Gadis ini butuh dihukum, beraninya dia meningalkan aku, sudah ku bilang tunggu aku kenapa tidak bisa menurut”, gumam Rangki, sambil memukul kemudi mobilnya, gemas dengan kelakuan Permata Nata.
“Permata nata, , Permata Nata,, Permata Nata… kamu harus menangung resikonya.
Sementara Nata cekukan saat menunggu lama didalam Taxi.. dari kejauhan dia melihat supir Taxi datang menghampirinya, lalu mebuka pintu mobil untuknya.
“kamarnya masih ada nona, silahkan masuk. Lalu Nata mengeluarkan sisa uang didalam dompetnya sejumlah yang keluar di Argo taxi dan tak lupa memberi tips.
Supir taxi sangat bersyukur, lalu berpamitan…
Nata lama berhenti di lobby penginapan , sambing menimbang-nimbang hal yang dilakukan. Lalu membulatkan tekat menghampir resepsionis untuk memesan kamar.
Setelah mendapatkan kamar, di antar sampai ke lantai 3, tepat di pintu kamar, begitu pintu dibuka, petugas masuk menempelkan kay kard di tempat yang disedikan untuk menyalakan lampu, lalu petugas penginapan mempersilahkan Nata untuk masuk, dan ijin undur diri.
Lalu nata masuk melangkah perlahan-lahan, masih dengan waspada, karena Nata sedikit senditif berada ditempat baru.
Setelah menyusuri sekeliling kamar biasa yang disewanya untuk satu malam ini, terlihat sangat bersih, namun belum membuat Nata nyaman.
Meningalan tas di atas nakas, lalu bergegas kekamar kecil untuk membersihkan dirinya, tidak berniat menganti baju, karena dia memang harus menghemat bajunya, hanya mebawa beberapa potong saja.
Tidak lama kemudian melangkah keluar dan merebahkan badanya. Rasa kantuk mulai merasukinya, menarik selimut dan meringkuk sambil memeluk bantal.
Disi lain Rangki terus mendapatkan laporan dari bawahanya, mengemudi mobil dengan cepat , malam semakin larut, jalan semakin sepi, menjadi kesempatan bagi Rangki untuk menekan pedal gas sampai diangka km terakhi, mobil melaju dengan kencang, kecepatan maksimal, jarak yang biasa ditempuh 6-7 jam kini 4 jam sudah sampai didepan penginapan yang ditempati Nata.
Ketika melihat penginapan itu, Rangki tersenyum puas. Saat bawahanya melapor dia tidak terlalu fokus sama nama penginapan, dia hanya tertuju pada laporan map saja mengikuti arah mengemudi dengan cepat.
Tenyata kamu ada dipelukan ku Permata nata,, Rangki meberikan senyuman bak iblis.
Nata tidak tahu jika penginapan yang di sewanya adalah anak cabang dari bisnis perhotelan dan restoran Rangki. Tentu sangat mudah baginya untuk menemui Permata Nata.
Rangki memarkirkan kendaraan nya dengan asal lalu melempar kunci pada petugas disana, saat dia datang semua memberi hormat, seluruh petugas sangat ketakutan karena pikir mereka ada sidak dadakan, yang memang selalu menjadi kebiasaan dari CEO mereka.
Menejer hotel menyapanya dengan cepat, lalu memberi isyarat sama yang lain untuk segera membereskan yang tidak beres.
“tenang aku kesini tidak untuk sidak’ ucap Rangki dengan nada suara bahagia.
Menejel hotel sedikit kebingungan, mengetahui tuanya tidak ingin sidak, lalu buat apa ke hotel kecil ini pikinya.
Lalu dengan sopan menyapa “ada yang bisa aku bantu tuan?
“ia” Rangki menjentik jarinya, lalu berucap beriaku kunci kamar Permata Nata.
Haha… menejer hotel tercengang.
Kenapa? Kamu tidak bisa melakukanya? Ucap Rangki penuh penekanan.
“ti..tikak tuan, ucap menejer hotel itu terbatah-batah. Lalu bersegera meminta pada resepsionis nomor kamar dan kunci cadangan untuk tuan Rangki.
Lalu dengan membungkuk menyerahkan kunci itu.
Segera kunci itu digapainya, dan petugas pria mengantarkan tuan nya ke lantai 3, sampai tepat di depan kamar Permata Nata.
Dengan cepat Rangki menempelkan key cardnya lalu bergegas masuk dengan perlahan-lahan.
Melangkah dengan pelan, samapai didepan pembaringan Nata.
“Gadisku , kau sengaja mengodaku sampai aku harus menjemput mu kesini “ , gumam Rangki pelahan sambil menunduk dan membelai rambut Nata.