1. Blusukan Sang Presiden

1002 Kata
Pekerjaanku memang terikat kepada negara. Tapi hatiku bebas dan merdeka meski aku telah menikah. Terlalu sibuk dengan urusan yang lebih penting, Pak Presiden Leandro Baldwin atau yang sering disebut oleh  anak muda sekarang ini adalah Pak Leon, sama sekali tidak memikirkan desas desusnya dengan supermodel majalah dewasa itu. Renata namanya. Dia baru dua kali bertemu dengan Rere. Perempuan berusia 29 tahun itu memang sangat matang pemikirannya. Pertama kali mereka bertemu, Leon nampak sangat enjoy menerima segala masukan dari Rere. Karena itulah, akhir minggu kemarin ini Leon mengajaknya untuk melakukan aktifitas golf bersama. Tentu saja mereka tidak hanya berdua. Melainkan ada para asisten serta pasukan pengaman Presiden yang setiap detiknya bertugas untuk melindunginya. Meski awal mulanya Rere tidak nyaman berbicara dekat dengan Leon, namun semakin ke sini dia semakin paham, Leon bukanlah virus yang harus disterilisasi. Dia hanya kepala negara. Dan seharusnya tidak perlu sampai ke dalam kehidupan pribadinya ditutupi serta dilindungi undang-undang. Karena itulah Rere menerima ajakan untuk bermain golf bersama. Mereka sangat menikmati waktu bersama. Hingga sebuah foto tercuat ke sosial media. Dengan kata-kata penuh kebohongan demi memancing pamor. Apalagi di negara ini sangat mudah untuk menjadi orang yang dikenal oleh semua orang. Tanpa prestasi semua bisa mendapatkannya. Asalkan satu, ada orang lain yang harus dikorbankan demi keberhasilan pamor tersebut. Kali ini Rere menjadi korbannya. Tidak hanya satu akun gosip yang mencuatkan cerita bohong itu, namun banyak. Mereka meraup keuntungan banyak pengikut yang mulai mengikuti akun gosip milik mereka. Tidak hanya disatu media sosial nama Rere muncul. Tapi hampir seluruh. Dan berhasil menjadi trending topik dalam negara itu. "Pak... " bisik asisten pribadinya. Selain memiliki seorang pembicara kenegaraan, Leon juga memiliki seorang asisten pribadi yang memang dikhususkan mengurusi kehidupan pribadinya. "Semua wartawan kini mengejar wanita itu." Bisikan itu berhasil menghentikan langkah Leon. Dia pikir semuanya hanya angin lalu di mata masyarakatnya. Tapi ternyata tidak semudah itu melewatkan gosip panas ini. "Memangnya masih heboh gosip itu?" "Masih, Pak." Leon memejamkan kedua matanya. Tidak cukupkah pekerjaannya saja yang membuatnya terikat. Jangan tentang perasaan nyaman miliknya. "Kalau begitu, sengaja kumpulkan wartawan ketika besok kita akan blusukan ke pasar-pasar modern di tengah kota itu. Biar saya membuka pembicaraan tersebut di sana." Kepala asistennya itu mengangguk. "Baik, Pak." Dalam senyuman yang sinis, dia melirik cincin pernikahannya yang sudah 5 tahun melingkar di jari manisnya.  ***          Dengan kemeja putih dan kedua lengan baju yang digulung, Leon turun ke pasar-pasar modern yang memang sudah menjadi target sasarannya. Dia datang ke sini sengaja mengecek harga barang-barang yang dijual. Ada fakta yang menyebar ke telinganya, jika barang pokok yang dijual di pasar ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga di tempat lain. Dengan menjanjikan tempat yang lebih nyaman, lebih bersih, dan lebih sejuk dengan ruangan yang berisikan kipas angin di setiap lorongnya, menjadi alasan pedagang dalam pasar tersebut. Leon sesekali hanya tersenyum mendengar alasan tersebut. Menurutnya alasan itu tidaklah masuk akal. Karena bangunan pasar modern tersebut memang sengaja dibangun oleh pemerintah demi kenyamanan masyarakat dalam berbelanja. Lalu apa hubungannya dengan harga barang yang dinaikkan? Yang Leon tahu, harga standar yang dijual pada pasar lain jelas sekali sudah meraup keuntungan. Tapi mengapa pada pasar ini, ingin menambah keuntungan lebih? Pasti ada sistem yang salah di sini. Leon akan segera mencari tahunya. Beberapa pedagang yang menyambut kedatangan Leon berbondong-bondong ingin berfoto dengan presiden gagah dan tampan itu. Sambil melepaskan kaca mata hitamnya, Leon merangkul para pedagang itu tanpa ragu-ragu. Tidak ada kepalsuan di sana. Meskipun banyak kepalsuan yang sudah mengiringi langkahnya hingga menjadi orang nomor 1 di negara ini. "Tetap semangat jualannya, Pak. Jika memang memungkinkan, bisa diturunkan sedikit harga jual barang-barang pokok di sini. Karena saya rasa Bapak serta Ibu-Ibu di sini juga punya keluarga. Saya yakin kalian ingin keluarga kalian mendapatkan yang terbaik. Begitupun pembeli yang datang kemari." "Iya Pak. Tapi bagaimana lagi... " Leon masih mencoba tersenyum. Sampai pada puncaknya ada seorang wartawan menanyakan hal diluar dari kedatangannya ke pasar ini. "Pak, bagaimana tanggapannya jika Bapak mendengar nama Renata?" Akhirnya. Begitulah batin Leon bersuara. Inilah moment yang dia tunggu untuk penjelasannya mengenai kasus yang menyebar. "Renata? Dia teman saya. Dia wanita cerdas. Dia memiliki karir yang cermelang. Memangnya ada apa dengan dia?" balas Leon kepada wartawan tersebut. "Jadi benar tentang gosip yang mengatakan hubungan Bapak dengan Renata?" "Apa ada hubungan selain teman dengan Mbak Renata?" "Kelihatan dari foto yang beredar Bapak sangat dekat dengan dia." Satu demi satu pertanyaan mulai bermunculan. Walau baru 5 bulan dia menjabat sebagai presiden di negara ini, Leon mulai hafal bagaimana hausnya para kuli tinta itu tentang kehidupannya. Padahal Leon berharap dari para wartawan dia mendapatkan berita yang sulit ia jangkau mengenai warganya. Tapi ternyata Leon salah. Wartawan lebih senang bergosip dibanding memberitakan banyak fakta. "Baik, saya jawab satu-satu. Saya dan Renata berteman. Foto seperti apa memang yang menyebar? Apa saya lebih ganteng dari pada aslinya?" canda Leon mencairkan suasana. "Gantengan asli, Pak Leon." "Hahaha. Bisa aja kalian ini," tawanya terdengar cukup lepas. "Kalau saya lihat di foto ini, sisi yang diambil hanya saya dan Renata saja." Leon mengomentari foto tersebut yang entah diambil oleh siapa. "Padahal seperti yang kalian tahu, saya nggak akan mungkin bisa pergi berdua saja tanpa pengawalan. Walau tanpa berpakaian dinas, orang-orang ini pasti akan berada di sekitar saya. Jadi... " jedanya dengan penuh senyum. "Saya rasa yang mengambil foto ini memang sengaja memfoto sebagian dari keseluruhan orang yang ada di lapangan golf itu. Ya samalah seperti gambar-gambar yang sering saya lihat di sosial media. Di sana ada gambar kamera, yang seakan-akan tengah merekam keributan. Dalam kamera tersebut, yang terkesan salah adalah pihak A. Padahal jika kalian lihat diluar dari frame kamera, fakta selalu berbeda." Tak ada yang berani bersuara kembali setelah mendengar jawaban dari presiden mereka itu. Leon memang presiden yang bisa bergaul dengan siapa saja. Tapi dia cukup cerdas untuk dipermainkan dengan kebohongan. "Lain kali jika saya main golf kembali, saya akan ajak kalian semua. Siapa tahu ada dari kalian yang berhasil bertemu jodoh di sana. Lumayan kan, karena banyak orang dari kedutaan besar negara lain yang bermain golf bersama saya," ucapnya dengan nada menggoda. Setelah penjelasan itu, gosip tentang Renata, si wanita yang disebut-sebut sebagai simpanan Presiden Leon, perlahan padam. Tidak ada lagi yang berani mencuitkan gosip itu di media sosial. Karena logika mereka tidak setinggi apa yang Presiden mereka pikirkan. ______ continue. Masih ada yang baca cerita ini? Jangan lupa Taplove dulu. Dan komen...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN