Honeymoon diawali cemburu.

2144 Kata
Sepasang pengantin baru itu tiba di Lombok tepat saat waktu makan siang, dengan dijemput oleh salah satu pegawainya mereka menuju salah satu cabang restoran Banyu, restoran yang ssudah hampir dua tahun berdiri. Lokasinya tidak begitu jauh dari tempat wisata, lokasi yang strategis untuk berkembangnya bisnis kuliner. Hanya saja kali ini ada batu kerikil yang menyandung kelancaran bisnis itu, sebenarnya orang kepercayaan Banyu juga mampu untuk menanganinya tapi Banyu ingin mengurusnya sendiri. Juga karena Miranda yang terus memerintah agar Banyu mengajak Laura honeymoon walau tidak ke tempat yang jauh. Dengan begini bagai pepatah lama, bukan? Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, sekalian mengurus bisnis juga bisa berbulan madu. Banyu menggandeng tangan Laura saat mereka telah sampai di depan restorannya. "Ini restoran Abang?" tanya Laura. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling di mana restoran itu didominasi nuansa etnik. "Mereka udah dateng?" tanya Banyu pada pegawainya yang tadi menjemput mereka. "Sepertinya sudah, Pak, mereka ada di ruang rapat." Lelaki muda itu agak membungkukkan badannya saat berbicara dengan Banyu. "Sayang, kamu makan dulu, ya. Abang rapat bentar," pamit Banyu pada istrinya. "Iya, Bang, aku tunggu di situ, ya," jawab Laura sambil menunjuk kursi dekat jendela di mana dari sana ia bisa melihat deburan ombak dari seberang jalan. "Iya, kamu pesen apa aja yang kamu mau," pungkas Banyu. Laura melepas pelukannya lalu duduk di kursi yang tadi ia tunjuk mengambil buku menu lalu membuat beberapa pesanan pada pegawai Banyu yang masih setia melayaninya. Laura tampak sangat menikmati makan siangnya dengan lahap, sesekali bibirnya bergumam betapa nikmatnya makanan yang terhidang di hadapannya sampai datang seseorang mengejutkannya. "Laura." Gadis cantik itu agak tercengang melihat lelaki tinggi, bertubuh atletis yang tengah menyunggingkan senyu manis untuknya. Wajahnya tidak banyak berubah sejak terakhir mereka bertemu, tetap tampan hanya saja rambutnya yang ia biarkan memanjang hingga menutupi telinga dan sedikit berantakan tapi malah membuatnya tampak lebih cool. "Kak Samuel? Bener 'kan ini Kak Samuel?" Laura sampai bangun dari duduknya, seolah menginginkan lelaki yang berdiri di hadapannya meyakinkannya. Lelaki itu tertawa kecil, "Iya bener." tanpa diminta lelaki itu duduk di hadapan Laura. "Ya ampun, udah lama banget kita enggak ketemu, ya, Kak. Terakhir kita ketemu, tuh, waktu aku masih kelas tiga SMP kalau enggak salah. Kakak apa kabar?" cerocos Laura. "Aku baik, kamu sendiri gimana? Dan ... Kakak kamu?" tanya Samuel yang tampak santai duduk menyandarkan punggungnya. "Aku baik, seperti yang Kakak lihat. Kak Dimas baik, Kak Daniel juga baik, dia udah menikah beberapa hari yang lalu," agak ragu saat mengucapkannya, ia tidak tahu apakah Samuel ingin mendengarnya atau tidak. "Nikah? bagus, deh, berarti dia udah enggak ada kesempatan buat ngerebut cewek gue lagi kayak dulu!" jawab Samuel sambil tergelak, melihatnya Laura pun jadi ikut tertawa setidaknya sekarang keadaannya berbeda karena terakhir kali mereka bertemu adalah ketika Samuel dan Daniel baku hantam memperebutkan seorang wanita dan sialnya Daniel sebagai pemenangnya hingga membuat hubungan persahabatan mereka putus begitu saja, parahnya lagi hubungan Daniel dan wanita itu juga hanya sekejap mata. Sungguh tidak setimpal dengan persahabatan yang menjadi tumbal. "Kakak kemana aja selama ini?" tanya Laura usai tawa mereka mereda. "Aku kuliah di Singapore, sama Papa." jawab Samuel singkat. "Oh, iya. Aku sampe lupa nawarin Kakak makan," ujar Laura. "Aku baru aja selesai makan, pas mau keluar, eh, ngeliat kamu. Aku enggak nyangka, adeknya si Daniel yang tengil itu bisa secantik ini," ucap Samuel. Tidak sedetikpun ia lepaskan pandangannya dari Laura. Mendengarnya Laura mengulum senyum, "Kak Samuel bisa aja." * Dita Andriyani * Banyu sudah merasa gelisah di ruang rapat, ia merasa sudah terlalu lama meninggalkan istrinya seorang diri. Ia menghela napas lega saat rapat usai terlebih dengan hasil yang menguntungkan pihaknya walaupun ia harus kembali merogoh kocek lebih dalam tapi ia yakin jika laba yang akan ia peroleh lebih besar. Usai berjabat tangan dengan semua rekan kerjanya dan mengucapkan terima kasih, Banyu kembali ke bagian depan restoran di mana tadi ia meningalkan istrinya. Namun, setelah mengedarkan pandangan ke semua sisi ia tidak mendapati Laura di mana pun. Banyu memanggil pegawainya yang tadi melayani Laura. "Di mana istri saya?" tanya Banyu masih tenang, karena ia fikir bisa saja Laura di kamar mandi. "Maaf, Pak. Saya tidak tahu ke mana istri Bapak pergi, tadi yang saya lihat beliau berbincang dengan seorang lelaki di sana." Dengan sopan lelaki itu menunjuk meja tempat Laura makan yang sudah kembali dibersihkan dengan ibu jarinya. "Tolong periksa toilet, siapa tau dia di sana." Perintah Banyu. Lelaki yang terlihat sangat tampan penuh wibawa itu meletakkan tas kerjanya di atas meja lalu duduk di sebelahnya, mengendurkan dasi yang ia kenakan melepas jas lalu melipat lengan kemejanya hingga siku. Seorang pelayan restoran wanita, berseragam biru laut dengan rambut dicepol tinggi tergopoh menghampiri Banyu yang sedang mengutak-atik ponselnya. "Pak, istri Anda tidak ada di toilet." "Baik, terima kasih," ujar Banyu. Ia kembali menghubungi Laura walau sedari tadi wanita itu tidak menjawab panggilannya. Banyu menghela napas kelas, juga takut jika terjadi sesuatu dengan Laura apalagi tadi pegawainya bilang jika Laura berbincang dengan lelaki yang entah siapa. "Taruh ini di mobil, dan cari istri saya di sekitar restoran." Banyu memberikan jas dan tas kerjanya pada pegawainya yang langsung menuruti perintahnya sementara ia sendiri berjalan keluar sambil terus berusaha menghubungi ponsel Laura. Bibir tipisnya sedikit terbuka melihat pemandangan nan jauh di sana, di dekat pantai yang bersebrangan jalan dengan restorannya Laura tampak berbincang akrab dengan seorang lelaki sambil menikmati kelapa muda langsung dari batoknya. Banyu menggelengkan kepala, tanpa pikir panjang langsung melangkah mendekati mereka, dengan jurus kaki seribu tidak ia pedulikan sang pegawai yang memanggilnya guna memberikan kunci mobil padanya. "Sayang, kamu ngapain di sini?" panggil Banyu yang berdiri dengan jarak sekitar dua meter dari Laura dan Samuel yang tengah tertawa-tawa mengenang cerita lucu yang pernah terjadi antara Kakak dan sahabatnya itu, atau lenbih tepatnya mantan sahabat. "Abang, udah selesai rapatnya?" tanya Laura santai, ia tidak menyadari amarah Banyu, juga tidak menyadari jika telah berbuat kesalahan. "Udah. Siapa dia?" ketus Banyu. Telunjuk tangan kanannya menunjuk ke arah Samuel yang juga telah memasang wajah garang. "Dia–." "Heh, Bang! Bisa enggak, enggak usah galak sama cewek!" Samuel bangkit dari duduknya dan mendekati Banyu, Laura yang tersadar jika akan ada hal yang tidak diinginkan terjadi langsung menyusul Samuel dan menarik lengannya. Kembali terbayang saat dulu Daniel dan Samuel saling hajar di hadapannya, dan kini tentu saja ia tidak mau hal serupa terulang kembali. "Enggak usah ikut campur urusan kami!" tegas Banyu. Ia tambah geram apalagi melihat tangan Laura yang berada di lengan Samuel. Tatapan setajam mata elang yang Banyu arahkan ke tangan Laura membuat wanita itu sadar dan langsung melepas genggamannya, lku beralih berdiri di samping suaminya. "Abang, Kak Samuel, tenang dulu," pekik Laura, "Kak Samuel, kenalin ini Bang Banyu. Dua suami aku." Bola mata Samuel nyaris keluar mendengar apa yang diucapkan Laura, sedangkan Banyu memasang senyum miring di wajahnya. "Bang, jangan marah dulu. kenalin ini Kak Samuel, dia temennya Kak Daniel. Tadi kita enggak sengaja ketemu di restoran," terang Laura. Samuel yang menyadari kesalahannya tersenyum kikuk lalu mengulurkan tangan untuk menyalami Banyu, sementara Banyu masih terlihat kesal. "Sorry, ya, Bang. Aku enggak tau kalau Laura udah nikah. Kenalin, Samuel." Dengan sedikit terpaksa Banyu membalas uluran tangannya. "Banyu." Hanya itu yang ia ucapkan. "Ayo sayang, kita ke hotel sekarang." Banyu melingkarkan tangannya di pinggang ramping Laura seolah menegaskan jika wanita cantik itu miliknya. "Ya udah Kak Sam, kita pergi dulu, ya. Jangan lupa dateng di acara resepsi pernikahan Kak Daniel," ujar Laura sebelum pergi. "Pasti," jawab Samuel mantap. * Dita Andriyani * Banyu tampak kebingungan merogoh setiap saku celananya, ada empat saku celana yang ia punya dua di depan dan dua di belakang mencari-cari kunci mobil tapi tidak jua ia temukan, ia juga mencari di saku kemejanya. "Abang, cari apa?" tanya Laura dengan suara manjanya. Yang ditanya tidak menjawab, ia masih kesal juga cemburu dengan apa yang dilakukan Laura tadi. Banyu kembali merogoh setiap sakunya tapi tetap saja nihil, melihatnya Laura malah tertawa lalu menggoyang-goyangkan kunci mobil yang ia pegang di wajah suaminya. "Cari ini, 'kan?" Sekejap ia tercengang, bagaimana kunci itu ada pada istrinya. Tapi ia terlalu gengsi untuk bertanya hanya mengulurkan tangan untuk meraihnya tapi dengan lebih cepat Laura menggenggamnya agar Banyu tidak bisa mengambilnya. "Tadi pegawai Abang itu ngasih ke aku, soalnya Abang jalan cepet dan aku ditinggalin, sih," ujar Laura seolah tau apa yang tadi Banyu fikirkan. Masih tanpa suara Banyu memegang tangan Laura dan berusaha membuka genggaman tangannya tapi Laura malah tambah mengeratkan genggamannya. "Cium dulu," pinta Laura dengan gaya manjanya. Tanpa menjawab Banyu mengecup genggaman tangan Laura, Laura tertawa kecil lalu memberikan kunci itu pada Banyu. Mereka melanjutkan perjalanan menuju resort yang akan mereka huni selama di sini, keheningan membersamai mereka sepanjang perjalanan, Banyu masih bergelut dengan kecemburuannya, sedangkan Laura seolah tidak peka malah sibuk mengagumi pemandangan yang ada. Masih dalam diam terutama karena ada seorang pegawai resort yang mengantar mereka dengan membawakan koper sampai ke dalam resort yang mereka sewa, Banyu dan Laura tersenyum ramah tidak lupa mengucapkan terima kasih padanya yang lalu meningalkan mereka berdua. "Waw ...." gumam Laura mengagumi keindahan pemandangan yang tersaji dan dapat dinikmati dari dalam resort mereka, hamparan laut biru dibingkai laut berpasir putih. Laura berjalan cepat lalu membuka pintu balkon di mana ada kolam renang pribadi dibawahnya, Laura menoleh tapi tidak mendapati Banyu mengikutinya padahal ia sudah berekspektasi jika Banyu akan memeluknya dari belakang lalu menikmati pemandangan sambil berciuman. Laura kembali masuk dan mendapati Banyu berbaring telentang di atas ranjang yang dipenuhi bunga seperti kamar pengantin mereka dulu, hanya bedanya ada handung yang dibentuk menjadi angsa di atasnya tapi sayangnya angsa itu sudah tidak berbentuk sempurna karena ulah Banyu yang menidurinya. "Abang ... udah, dong, ngambeknya! Masa' udah honeymoon di tempay seindah ini malah marahan!" rajuk Laura sambil mendudukkan tubuhnya di samping sang suami. "Abang, tuh, takut. Khawatir karena tiba-tiba kamu menghilang!" tegas Banyu tanpa membuka matanya yang terpejam, hingga tidak bisa melihat wajah istrinya yang mengulum senyum. "Maafin aku, Bang." Laura membelai d**a bidang suaminya. "Abang dan pegawai restoran panik nyari kamu! Mana ditelepon enggak bisa!" sambung Banyu tapi kali ini dengan membuka mata hingga bisa menatap wajah Laura yang sudah mulai menampakkan rasa bersalah. "Maaf, Bang. Hape aku 'kan belum aku aktifin sejak dari pesawat tadi, masih mode pesawat jadi enggak bisa dihubungi," jelas Laura halus. "Abang nyari-nyari kamu tapi kamu malah asik ketawa-ketiwi sama cowok lain!" sindir Banyu. Lelaki itu bangun dan duduk membelakangi Laura. "Maaf, Bang. Kami bener-bener enggak sengaja ketemu, terus aku juga bete nunggu Abang rapat lama banget. Jadi aku mau aja pas Kak Samuel ngajak ke pantai, Maaf ya, Bang." Mata Laura sudah terasa memanas akibat air mata yang mulai mendesak. Ia peluk tubuh suaminya dari belakang. "Iya, tapi enggak seharusnya kamu pergi sama lelaki lain, apalagi tanpa seijin suami kamu," Suara Banyu mulai melunak, atau sebuah gambaran dari rasa kecewa. Air mata Laura sudah tidak bisa dibendung dan mengalir dengan derasnya. "Maafin aku," Laura mengeratkan pelukannya. "Mana enggak bilang lagi sama dia kalau kamu udah nikah!" Banyu kembali tersungut tapi malah terdengar lucu di telinga Laura, Laura mengusap air matanya sambil tersenyum, "Masa' iya di kening kamu harus kasih tulisan 'sudah menikah' atau 'istri Banyu Samudra' biar semua orang tau kalau kamu milik Abang?" Laura ingin tertawa mendengar omelan suaminya tapi sekuat tenaga ia menahannya atau Banyu akan bertambah kesal padanya. "Enggak perlu, Abang. Tanpa semua itu juga seluruh dunia udah tau kalau aku punya Abang, semua di alam semesta ini tau kalau cintaku seratus persen buat Abang Banyu Samudra!" Laura turun dari ranjang dan berpindah, kini duduk di pangkuan sang suami. "Suamiku, maafkanlah istrimu ini!" pinta Laura sambil menirukan logat bintang drama korea. Banyu mengulum senyum melihat tingkah istrinya. "Udah kalau mau senyum, senyum aja enggak usah ditahan-tahan gitu," sindir Laura. Mata Banyu malah melotot. "Tapi aku seneng liat Abang cemburu! Jadi ngegemesin gitu," sambung Laura sambil mencubit pipi Banyu. Banyu menarik tangan kedua tangan Laura lalu menggenggamnya. "Terus kamu berencan bikin Abang cemburu terus, gitu?" tanya Banyu gemas pada istrinya. Lalu menggelitik pinggangnya. Laura menggeliat sambil terkekeh, "enggak, Bang. Enggak!" Laura mengalungkan lengannya pada leher sang suami, "Bang katanya kita ke sini buat bulan madu?" Banyu mengernyitkan dahinya, "iya, terus?" "Masa' bulan madu begini doang?" "Terus emang gimana kalau bulan madu?" "Ih, Abang!" Laura menuntun tangan suaminya untuk melakukan tugasnya pada kancing dress yang Laura pakai. Sementara bibir mereka sudah bertautan untuk memulai mereguk manisnya bulan madu. (Buat yang baru kenalan sama Laura dan Banyu, author saranin baca dulu cerita I Love You Hot Daddy biar tau sejarah kehidupan mereka sebelumnya ya.) * Dita Andriyani *  Hallo, Bebs selamat tahun baru 2021 yaaa ... Aku mau umumin, aku mau bikin giveaway atau kuis tanggal 5 Januari nanti, yang mau ikutan boleh banget ya, liat caranya di beranda sss ku. Bagi yang belum berteman boleh Add dulu, akunnya sama kayak di sini, Dita Andriyani. Mulai hari ini cerita kesayangan kalian ini akan tayang setiap hari Senin, Rabu dan Jumat jam setengah 8 ya, jangan lupa ikuti terus dan ramaikan kolom komentarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN