Dia Adikku!

1267 Kata
“Wah! Itu tetangga baru ya?” bisik ibu-ibu di perkomplekan itu. “Iya ganteng banget! Tapi kenapa bawa anak kecil? Anaknya ya?” mereka masih menggosipi tetangga baru mereka yang baru saja turun untuk membereskan barang-barang mereka. “Bang, habis ini kita main ya!” ujar Darren mengajak kakaknya bermain. Tapi sang kakak hanya menghela napas malas karena kelelahan habis pindahan dari mansion keluarga mereka. Kenapa pindah? Karena David lebih suka tinggal dirumah minimalis yang lebih simple. Bayangkan deh, besarnya mansion keluarga Wijaya dan hanya ditempati 2 orang dan mungkin satu orang asisten rumah tangga. Akhirnya, David memilih pindah ke perkomplekan sederhana bersama sang adik. Dimana orang tua mereka? Ya, pasutri itu memutuskan pergi bersama ke London untuk membangun bisnis untuk beberapa bulan kedepan. Darren dititipkan bersama David karena sang ibu merasa pergaulan di London berbahaya untuk Darren mungilnya. Ditambah lagi kemungkinan mereka tidak akan punya banyak waktu untuk Darren. Jadi, supaya tidak kekurangan kasih sayang, mereka menitipkan Darren kepada kakaknya David. Alasan klise emang. “Abang mau istirahat! Kamu main sama mbak Rara dulu ya” balas David menolak ajakan main adiknya. “Abang jahat! Gak pelnah punya waktu untuk Dayen!! Hueee!!” kesal Darren sambil mengeluarkan senjata khas anak-anak yaitu air mata buaya. “Darren! Ssshhh! Jangan nangis di depan umum!”,David langsung menggendong sang adik yang menangis di depan rumah mereka. Sontak, kedua bersaudara itu menjadi tontonan para penghuni komplek. David langsung masuk ke dalam daripada digosipin yang enggak-enggak. “Pak, sini saya yang tenangkan tuan Darren” mbak Rara langsung meraih Darren dan memberikan s**u kepada anak lucu itu. “Tolong ya, mbak. Saya agak lelah. Maaf ya dek, mungkin lain kali” David merasa bersalah sambil mengelus pelan kepala Darren. Pria muda itu langsung merebahkan diri di kamar pribadinya sambil mulai memikirkan semua kejadian yang terjadi belakangan ini. Dia tidak habis pikir kenapa orang taunya sengaja meninggalkan Darren bersamanya. Dia adalah seorang pria lajang! Bagaimana bisa mengurus seorang balita, ya walaupun dibantu oleh asisten rumah tangga. Tapi, dia itu juga butuh keluar bersama teman-teman dan bersosialisasi. David jadi teringat peristiwa beberapa tahun yang lalu. Flashback “Wah, akhirnya anak mama lulus dengan nilai terbaik! Selamat ya sayang” ucap seorang wanita paru baya yang masih cantik memberikan selamat pada putranya yang baru saja wisuda kelulusan. Dia adalah Anastasya Wijaya istri dari Hendra Pratama Wijaya. “Makasih ya mama dan papa sudah datang” David bereterima kasih atas kehadiran kedua orang tuanya. Setelah acara wisuda, mereka pulang lalu Ana memberitahukan sebuah kejutan untuk David. “Sayng, kamu tahu gak, setelah pulang berlibur dari Italia, papa dan mama ada kejutan khusus lho buat kamu” Ana memulai percakapan. “Kejutan? Oleh-oleh dari Italia? Apa itu ma?” tanya David penasaran. “Bukan hanya oleh-oleh, kok” sambung Hendra sang ayah membuat David semakin kepo. “Kamu akan menjadi abang!”sorak Ana dengan senang bak pengantin baru yang baru hamil untuk pertama kalinya. “Hah?!” David tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Lalu dia tertawa merasa ibunya sedang bercanda. “Hahaha! Ibu bercanda kan?” tanya David memastikan. “Enggaklah sayang, mama hamil lho! Kamu akan punya adik! Dulu kamu kan sangat ingin punya adik! Jadi sekarang mama kabulkan deh” jawab Ana dengan nada serius membuat David tercengo. Tentu saja dia sama sekali tidak akan pernah mengira kalau ibunya akan hamil diusia yang sudah melewati kepala emat. Hello! David sudah berumur 20 tahun! Catat! Dia sudah berkepala dua dan lebih cocok kalau dia yang punya anak. Apa gak lucu kalau dia punya adik di usia segini. Kalau dia tadi bocah berumur sepuluh tahun maka dia akan kegirangan. “Kok bisa sih ma?” tanya David lagi gak habis pikir. “Ih! Kamu bicara apa sih? Mama ini bukan janda ya! Mama masih punya suami yang kuat dan tangguh diatas ranjang!” jawab Ana spontan no sensor. Toh juga anaknya sudah dewasa, pikirnya. “Cukup, ma! Jangan bicara seperti itu! Pa, tolong jelasin!” David menghentikan ucapan ibunya yang tidak senonoh menurutnya. “Apa salahnya Dave? Kamu sendiri yang memilih jadi dokter dan gak mau meneruskan Perusahaan Wijaya. Akhirnya, papa berpikir untuk membuat anak lagi yang bisa jadi penerus” jawab Hendra santai tanpa peduli dengan ekspresi mantan putra tunggalnya. ‘Sebenarnya waktu itu kebablasan sih. Aku gak mengira kalau Ana sampai hamil’ batin Hendra mengakui sebenarnya. Tapi dalam hati. “Kok gitu sih? Kenapa gak dari dulu coba?” David masih gak terima dengan kenyataan. “Sudahlah! Kalau kamu gak suka ya sudah nanti papa hapus saja kamu dari Kartu Keluarga.”ancam kesal Hendra karena David terus menerus menggerutu tak terima. “Huh! Terserah kalianlah!” David menyerah dengan ancaman dari sang ayah. End Of Flashback “Hahh! Setelah kalian punya anak lalu membebaninya padaku. Dia memang adikku tapi bukan anakku kan! Darren juga masih punya orang tua! Dasar kalian ini yang sudah keenakan berdua” gumam David kesal teringat bagaimana awal dirinya menjadi seorang kakak. Setelah itu, dia memilih memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat. Tapi tak sampai 15 menit, suara gedoran pintu langsung membuat matanya terbuka. ‘DOR! DOR! DOR!’ begitulah kira-kira bunyinya karena di gedor dengan brutal. “Abang!!! Main bang!!! Huee! Gak mau sama mbak! Maunya sama abang!!” teriak Darren dengan keras kepala membuat David tidak bisa istirahat. Akhirnya, David membuka pintu dan mengajak Darren bermain dengannya. Ayolah Dave, ini masih awal dari drama hidupmu. Mereka keluar dari komplek karena Darren mau jalan-jalan ke taman. Saat keluar, ibu-ibu komplek berkerumun untuk mengagumi ketampanan David dan kelucuan Darren. Mereka sangat takjub dengan tetangga baru mereka. Tapi beberapa merasa miris karena ada Darren dan berpikir dia adalah duda muda. “Duh, ganteng banget! Kelihatannya masih muda, tapi kenapa gandeng anak ya?” bisik ibu Yuni ketua perserikatan ibu-ibu komplek. “Mungkin anaknya, jeng.Tahulah pergaulan anak muda sekarang” jawab bu Asri salah satu penghuni komplek itu. “Iya ya! Istrinya mana? Apa anak dari hubungan gelap? Kasihan, malah masih muda lagi” tambah bu Mina juga. Jelas saja, telinga David panas mendengarnya dan dia pengen teriak kalau Darren itu bukan anaknya, tapi adiknya. ‘Dia adikku!’ kesal David dalam hatinya. “Bang? Hubungan gelap itu apa?”, tanya Darren yang ternyata mendengar perkataan ibu-ibu komplek itu. Malah dengarnya dibagian ‘hubungan gelap’ pula lagi. “Hubungan gelap itu adalah sesuatu yang terjadi dalam kegelapan” jawab David tanpa menjelaskan sesuatu yang tidak perlu diketahui bocah sebesar Darren. “Belalti papa dan mama seling hubungan gelap, soalnya meleka seling gelap-gelapan”, Darren berujar polos dan super seadanya. Mendengar ucapan sang adik, David syok seketika. ‘Apa sih yang kalian lakukan? Dasar orang tua gak ada akhlak!’ David merutuk kedua orang tuanya yang kurang berhati-hati sampai ketahuan bocah seperti Darren. Sementara itu di London… “Hachimm!!” Hendra bersin tiba-tiba saat sedang bersama Ana. Mereka sedang melakukan ritual suami istri. “Kamu kenapa honey?” tanya Ana bingung suaminya tiba-tiba berhenti dan bersin. “Sudah! Gak apa babe! Kita lanjut aja!” Hendra langsung melanjutkan daripada tanggung. ‘Tapi aku serasa sedang dirutuki seseorang’ batin Hendra sambil melanjutkan kegiatan yang itu bersama istrinya. Back to Jakarta… “Bang! Kita beli es klim yuk!” Darren menarik-narik tangan David untuk membeli es krim ke Supermarket. ‘Hahh! Padahal katanya tadi mau main ke taman’ David menghela napas dan mengikuti langkah sang adik.Akhirnya, David berbelanja juga untuk kebutuhan rumah. Rumah aja ya, bukan rumah tangga. Belum berumah tangga soalnya dia.David pun memilih beberapa sayuran dan bahan pokok untuk dibelanjakan. Dia membawa Darren didalam troli supaya tidak lasak dan merepotkan dirinya. “Bang! Ada mainan mobil tuh! Dayen mau beli!” Darren menunjuk-nunjuk mainan mobil remot di sebuah rak. David mengambilkan mainan itu sambil melanjutkan belanjanya. Setelah selesai, mereka pergi ke kasir untuk membayar semua belanjaan mereka. “Bang! Cepat dong! Mau makan es klim” Darren mendesak David. “Mbak, ini es krimnya tolong hitung dulu ya” David mendulukan es krim Darren untuk dibayar. Setelah itu, dia memberikan es krimnya kepada Darren sambil menunggu sang kasir selesai menghitung belanjaannya. “Semuanya lima ratus tujuh puluh lima ribu lima ratus pak” sang kasir menyebutkan total belanjaannya. David langsung memberikan enam lembar uang seratus ribuan untuk membayarnya. “Pak, lima ratusnya bisa permen?” tawar sang kasir karena tidak ada kembalian lima ratus. “Boleh mbak”, David mengangguk. “Ini pak! Wah! Anaknya lucu ya pak” sang kasir memberikan kembalian serta permen sembari memuji Darren sebagai anaknya. ‘Ini orang tuli atau apa sih? Gak dengar kalau Darren manggil abang tadi?’ kesal David dalam hatinya. “Bukan! Dia cucu saya!” kesal David sambil membawa kantong belanjaannya membuat sang kasir tercengo. Bahkan di supermarket pun dia dikira bapak-bapak karena keberadaan Darren. Kalau ditanya, David sayang kok sama Darren. Hanya saja, dia itu anak muda! Catat! Dia masih mau kebebasan, tapi orang tuanya malah memberinya tanggung jawab secepat ini. Mereka melanjutkan perjalanan yang tertunda menuju taman. Darren bermain disana, dan David duduk sambil menunggui adiknya selesai bermain. “Hahh! Aku bisa duduk juga akhirnya” gumam David lega sedikit sambil duduk dan melipat tangannya. Dia kemudian menundukkan kepalanya dan tidur sebentar. Oh ayolah! Dia baru saja pindah dan membereskan barang-barang. Dia juga baru belanja dan sekarang menemani sang adik bermain. Dia butuh sedikit istirahat. Darren bermain-main dengan senang. Ya macam-macam lah yang dia mainkan! Ada perosotan, ayunan, pasir-pasiran sampai dia bosan juga. Dia akhirnya bermain dengan beberapa anak untuk bermain petak umpet. Tanpa sadar, Darren semakin jauh dari kakaknya dan tersesat. “Aku dimana ya?” Darren mulai khawatir dan mulai mencari-cari sosok kakaknya. “Bang Dave! Abang dimana?”, Darren memanggil-manggil kakaknya. “Hiks… hu…hu…hu…hu aku takut” dia menangis di pojokkan taman. “Oi dek? Sendirian aja? Mana orang tuamu?” bisik seorang om-om mengganggu Darren. “Abang Dayen hilang, om”, jawab Darren polos. Oh ayolah! Siapa yang hilang sekarang? Jawaban itu membuat om-om itu menyeringai kejam. “Ikut om yuk, nanti kita cari abangnya ya” ajak si om itu sambil mengulurkan tangannya pada Darren. Dengan polosnya, dia menerima uluran tangan om itu. Om itupun membawanya keluar dari taman dengan cepat. ‘Sepertinya dia ini anak orang kaya. Aku akan meminta tebusan berapa milyar ya?’ om itu ternyata penculik anak. Dia sudah memikirkan untuk meminta tebusan dari keluarga Darren. Sementara itu itu, David sudah terbangun dari tidurnya ditengah taman. Dia melihat area permainan anak-anak sudah sepi. Dia langsung panik dan dengan cepat dia mengambil kantung belanjaannya lalu mencari Darren. “Darren! Kamu dimana?” teriaknya di taman itu. Dia melihat seorang ibu yang baru saja akan keluar dari taman. David pun berinisiatif untuk bertanya soal Darren pada sang ibu. “Bu, ada liat anak kecil sekitar 5 tahun. Rambutnya hitam, kulit putih, gantenglah pokoknya. Eumm…ini fotonya” David dengan detail menjelaskan ciri-ciri Darren bahkan menunjukkan fotonya pada ibu itu. “Gak lihat sih pak” jawab sang ibu. “Aduh! Dimana sih anak itu!” gumam David sangat khawatir karena Darren hilang begitu saja. “Bapak juga sih, kalau punya anak dijaga! Kalau gak bisa jaga, ya gak usah punya anak” sindir ibu itu lalu pergi. David terdiam dengan sindiran ibu-ibu sok tahu itu. Tapi dia mengacuhkannya dan terus mencari Darren. Darren kini bingung di gendongan om itu. Entah kenapa, disaat seperti ini dia baru merasa ada yang aneh. Dia pernah ingat kalau ayahnya pernah bilang untuk jangan percaya sama orang asing. “Om? Kita mau kemana? Kita udah jauh dali taman lho. Abang Dayen ada di taman” tanya Darren merasa aneh. “Sudahlah dik, ikut saja, si om malah gak mau jawab dan semakin berlari dengan cepat. “Om penculik ya? Tolon- eummphh!!” baru saja mau minta tolong, Darren sudah dibekap sama om yang adalah penculik itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN