Bab 3

1330 Kata
Hari kerja berjalan seperti biasa, tapi pikiran Alina terus teralihkan oleh kejadian pagi tadi. "Kenapa sih Arga perhatian banget? Dia cuma baik sebagai teman, atau... ada sesuatu yang lain?" Alina (dalam hati) Sore harinya, seperti yang dijanjikan, Arga sudah menunggu di depan gedung kantor Alina. Arga: "Capek banget, ya? Gue lihat muka lo kayak udah pengen tidur." Alina: "Ya begitulah. Namanya juga kerja." (tersenyum kecil.) Arga: "Tenang, abis ini kita mampir beli es krim. Gue tahu tempat enak di dekat sini." Alina: "Hah? Serius?" Arga: "Iya dong. Ayo, biar hari lo enggak cuma soal kerjaan." (Mereka mampir ke kedai es krim kecil di pinggir jalan. Suasananya hangat dan santai, membuat Alina merasa lebih rileks.) Arga: "Nah, coba yang rasa coklat ini. Favorit gue." (menyodorkan es krim.) Alina: "Wah, enak banget, Ga. Lo sering ke sini, ya?" Arga: "Lumayan sering. Gue suka tempat yang tenang kayak gini." (menatap Alina.) (Alina diam sejenak, merasa tatapan Arga begitu lembut.) "Lo kok kayaknya selalu tahu cara bikin gue nyaman, sih?" "Mungkin karena gue peduli." Ucap arga (tersenyum kecil) Alina terdiam, hatinya berdebar mendengar jawaban Arga. Mereka menghabiskan waktu di sana sambil mengobrol ringan. --- Malam itu, saat Alina kembali ke kostan, Raya sudah ada di kostan alina dan langsung menghampirinya, karna sahabatnya itu mau menginap di tempat alina. Raya: "Na, gue dengar-dengar lo tadi pagi sama sore dianterin Arga? Wah, ini sih udah jelas banget." Alina: "Jelas apanya, sih? Raya, lo jangan mulai deh." Raya: "Udah ngaku aja, lo ada rasa, kan, sama dia?" "Enggak kok, gue cuma..." (Alina berusaha menyangkal) Raya: "Cuma apa? Udah deh, Na. Gue tahu Arga juga perhatian banget sama lo. Lo cuma perlu waktu buat sadar." Alina hanya terdiam, memikirkan ucapan Raya. Dalam hati, dia tahu ada sesuatu yang mulai tumbuh, tapi dia belum berani mengakuinya. ---- Hari-hari berikutnya, Arga semakin sering menunjukkan perhatiannya pada Alina. Mulai dari menjemputnya di pagi hari, mengajaknya makan siang, hingga memastikan dia pulang dengan aman. Hal ini membuat Alina semakin bingung dengan perasaannya sendiri. (Suatu sore, setelah pulang kerja, Arga dan Alina mampir ke taman kecil dekat kostan mereka.) Arga: "Gue suka taman ini. Tenang, dan lo bisa denger suara angin sama burung-burung kecil." Alina: "Iya, suasananya enak banget. Kayak ngasih lo waktu buat mikir." (duduk di bangku taman sambil memainkan ranting kecil.) Arga: "Mikir soal apa? Kerjaan?" Alina: (tersenyum kecil.) "Enggak. Gue lebih sering mikir soal diri gue sendiri belakangan ini." Arga: "Kenapa? Lo ragu sama sesuatu?" Alina: (menoleh ke Arga, lalu menunduk.) "Kadang gue ngerasa takut. Gue takut kalau gue terlalu banyak berharap, akhirnya gue cuma kecewa." (Arga menatap Alina dengan serius. Dia diam sejenak, lalu berbicara dengan nada lembut.) Arga: "Gue ngerti perasaan lo, Na. Kadang kita terlalu takut buat melangkah karena bayangan gagal di depan. Tapi menurut gue, kalau kita enggak pernah nyoba, kita enggak bakal tahu apa yang sebenarnya mungkin kita capai." Alina: (menghela napas.) "Mungkin lo benar. Tapi buat gue, itu enggak semudah yang lo pikir." Arga: (tersenyum.) "Gue enggak bilang itu gampang. Tapi gue yakin, lo kuat, Na. Lo cuma perlu percaya sama diri lo sendiri." Alina merasa tersentuh oleh kata-kata Arga. Tapi sebelum dia bisa membalas, ponsel Arga berbunyi. Dia menjawabnya dengan cepat. Arga: "Halo? Oh, iya, gue di taman. Ada apa, Dik?" (diam sejenak, mendengar suara di telepon.) Arga: "Oke, gue segera ke sana." (menutup telepon dan menoleh ke Alina.) "Sorry, Na. Dika butuh bantuan gue buat urusan tugas kampus. Gue harus pergi sekarang." Alina: "Oh, yaudah. Enggak apa-apa. Makasih banget udah nemenin gue hari ini." Arga: "Sama-sama. Jangan terlalu banyak mikir ya, Na. Gue percaya lo bisa." (Arga pergi, meninggalkan Alina yang termenung di bangku taman. Dia memegang dadanya, merasa perasaannya terhadap Arga semakin tak terbendung.) --- Di kostan malam itu, Alina mengobrol dengan Raya di kamar. Raya: "Na, lo kenapa sih akhir-akhir ini keliatan kayak orang lagi galau? Ini gara-gara Arga, ya?" Alina: "Enggak, Ray. Gue cuma..." (terdiam, bingung bagaimana menjelaskan perasaannya.) Raya: "Udah, deh. Jujur aja sama diri lo sendiri. Lo suka sama dia, kan?" Alina: (menghela napas panjang.) "Gue enggak tahu, Ray. Maksud gue, iya... Gue ngerasa nyaman sama dia. Tapi gue takut, gimana kalau ini cuma perasaan gue doang?" Raya: (menepuk pundak Alina.) "Na, dengerin gue. Kalau lo suka sama Arga, bilang aja. Enggak ada salahnya kok jujur sama perasaan lo sendiri. Gue yakin Arga juga enggak akan ngecewain lo." Alina: (terdiam, lalu mengangguk pelan.) "Mungkin lo benar. Tapi gue butuh waktu." --- Beberapa hari kemudian, Alina mulai memperhatikan Arga dengan lebih saksama. Dia melihat bagaimana Arga selalu ada untuknya, bagaimana dia peduli dengan hal-hal kecil, dan bagaimana dia selalu berusaha membuatnya nyaman. Di sisi lain, Alina merasa harus mengambil langkah. (Satu sore setelah pulang kerja, Alina memutuskan untuk berbicara dengan Arga. Mereka bertemu di kedai kopi kecil langganan mereka.) Arga: "Tumben lo ngajakin gue ke sini. Ada apa, Na?" Alina: (menghela napas, mencoba mengumpulkan keberanian.) "Ga, gue mau ngomong sesuatu." Arga: (tersenyum.) "Oke, gue dengerin." Alina: (menatap Arga dengan serius.) "Lo tahu kan, akhir-akhir ini lo sering banget ada buat gue. Gue enggak tahu gimana cara gue balas semua itu. Tapi yang jelas... Gue ngerasa nyaman banget sama lo. Dan gue takut, kalau gue terlalu banyak berharap, gue bakal kecewa." (Arga terdiam sejenak, lalu menatap Alina dengan lembut.) Arga: "Na, gue enggak pernah minta lo balas apa-apa. Gue cuma mau lo tahu, kalau gue peduli sama lo. Dan soal perasaan lo... Gue juga ngerasain hal yang sama." (Alina terkejut mendengar jawaban Arga. Wajahnya memerah, tapi ada rasa lega di hatinya.) Alina: "Lo serius, Ga?" Arga: (tersenyum.) "Serius banget. Gue cuma nunggu lo siap buat ngomong. Karena gue enggak mau maksa lo." (Keduanya tersenyum kecil, merasa beban di hati mereka akhirnya terangkat. Malam itu menjadi awal yang baru bagi hubungan mereka, yang sebelumnya dipenuhi kebingungan dan keraguan.) --- Sejak percakapan di kedai kopi, hubungan Alina dan Arga menjadi lebih dekat. Meskipun mereka belum secara resmi mengumumkan status mereka, perhatian dan kehangatan yang ditunjukkan keduanya semakin terlihat. Suatu hari di akhir pekan, mereka memutuskan untuk pergi jalan-jalan bersama teman-teman mereka Alina, Raya, Diva, Arga dan Dika. Raya: (berbisik ke Alina saat mereka menunggu Arga di tempat parkir.) "Na, kok lo kayaknya makin glowing aja belakangan ini? Jangan-jangan ini efek sering bareng Arga?" Alina: (tersipu malu.) "Apaan sih, Ray. Biasa aja kali." Raya: "Biasa apanya? Udah deh, gue tahu kok lo sekarang lagi happy-happy-nya." Alina: (tertawa kecil.) "Yaudah, iya. Gue emang lagi seneng. Tapi gue masih pengen ngejalanin semuanya pelan-pelan aja." Raya: "Santai aja, Na. Tapi inget, kalau lo butuh saran, gue selalu ada buat lo." (Tak lama kemudian, Arga datang menjemput mereka dengan motornya.) Arga: "Oke, semuanya siap? Hari ini kita ke air terjun, kan?" Diva: "Iya! Tapi kita mampir dulu buat beli makanan. Gue laper banget." Dika: (menghela napas.) "Div, lo laper mulu. Tapi yaudah, kita cari tempat makan dulu." Perjalanan ke lokasi penuh dengan canda tawa. Alina duduk di motor bersama Arga, dan selama perjalanan, dia merasa sangat nyaman. --- Setelah sampai di lokasi air terjun, mereka menikmati suasana alam yang segar. Semua asyik bermain air dan berfoto. Diva: "Ayo, kita ambil foto grup lagi! Yang ini harus keren, ya." Arga: (menatap Alina.) "Na, lo mau di depan sini? Cahaya di sini bagus buat lo." Alina: (tersenyum.) "Oke, tapi gue enggak mau sendirian. Lo di sini juga." (Mereka semua tertawa dan mengambil foto bersama. Namun, di tengah suasana santai itu, tiba-tiba ponsel Arga berbunyi. Dia terlihat serius saat membaca pesan.) Alina: "Kenapa, Ga? Ada apa?" Arga: (menghela napas.) "Ini soal kerjaan di rumah. Bokap gue minta gue balik lebih cepat hari ini." Dika: "Serius, Ga? Padahal kita baru aja mulai." Arga: "Maaf, guys. Gue harus pergi sebentar lagi. Tapi lo semua lanjut aja, jangan nungguin gue." (Semua memahami situasi Arga, tapi Alina tampak sedikit kecewa. Arga menyadarinya dan mendekati Alina.) Arga: (berbisik pelan.) "Na, nanti malam gue telepon, ya. Gue janji enggak bakal ninggalin lo lama-lama." Alina: (mengangguk pelan.) "Hati-hati di jalan, Ga." (Arga pergi, meninggalkan Alina yang berusaha tetap menikmati waktu bersama teman-temannya.) --- Lanjut gak nihhh
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN