"Go, gue liat Cilla di area gedung fakultas ekonomi." lapor Wingky pada Dhigo.
"Terus?"
"Lo pasti kaget, kita juga lihat Gio ngebuntutin tuh cewek."
"Gue ke sana sekarang, kalian jangan ke mana-mana."
Dhigo menyudahi diskusinya dan pamit terlebih dulu pada teman satu kelompoknya. Dhigo berlari kearea parkir dekat gedung fakultas ekonomi.
"Mana?"
"Cilla lagi di ruang Miss Rina. "
Setelah 2 jam menunggu, akhirnya Cilla keluar dari sebuah ruangan. Dhigo dan Wingky menunggu dan mengamati dari dalam mobil. Terlihat jelas, beberapa meter di belakang Cilla ada sosok Gio yang mengikutinya dan sepertinya Cilla tidak sadar jika dia sedang diikuti seseorang.
"Dari sikap yang di tunjukan Gio kayaknya tuh orang terobsesi sama si Cilla." komentar Wingky. Wingky seorang psikiater, cukup dengan menilai orang tingkah laku Gio pun dia tahu kalau Gio terobsesi pada Prilly.
"Gue rasa juga. Lo ingat beberapa bulan lalu pas kita main ke rumah Gio, gue kebelet pengen ketoilet eh malah nyasar dan perlu lo tahu kalau ruangan yang entah itu apa gue nggak tahu namanya penuh dengan foto Cilla berbagai pose. Disitu gue mulai nyelidikin Gio." jelas Digo
Ketika melihat Cilla memasuki jalan yang sepi, Digo berlari menyusul Gio yang membuntuti Cilla.
"Lepaaas." teriakan Cilla terdengar begitu jelas.
Keadaan Cilla sungguh membuat Digo marah. Baju kemeja yang dipakainya sudah terbuka dan menampilkan breast putihnya.
Braaaaaaak
Dhigo menendang pintu yang sengaja di kunci oleh Gio.
"b*****t, anjing, bangke lo." Dhigo tak berhenti mengumpat sambil terus melayangkan beberapa pukulan ke wajah Gio. Jika saja saat ini tidak ada Wingky yang menahan ke dua tangannya, sudah di pastikan besok Gio hanya tinggal nama saja.
"lepas, Ky. Biar gue bikin mampus b******n satu ini." ucap Dhigo sambil terus memberontak.
"Udah Go. Dia biar jadi urusan gue, mending sekarang lo tenangin Cilla. Kayaknya dia ketakutan banget."
Tatapan Dhigo beralih pada Cilla yang meringkuk ketakutan di sudut ruangan. Dhigo mengepalkan tangannya saat melihat kondisi Cilla yang sudah acak-acakan. Cilla berontak ketakutan ketika Dhigo ingin menggendongnya.
"Ssssst. Ini aku, Dhigo." Cilla menengadahkan kepalanya yang sedari tadi dia benamkan di kedua lututnya.
"A Digo." bisik Cilla lirih sebelum dia jatuh pingsan.
Dhigo melihat ke arah Wingky yang ssst ini sedang mengikat tangan Gio. "Gue serahin b******n itu sama lo. Tolong lo serahin ke kantor polisi. " Wingky menganggukan kepalanya sebelum Dhigo melangkah keluar dari ruangan itu.
°•°•°•°
Digo membawa Cilla ke kediaman Domani. Biar bagaimanapun keluarga Domani harus tahu apa yang terjadi pada Cilla. Digo langsung turun ketika mereka sampai di kediaman Domani dan menggendong Cilla kembali, satpam rumah yang melihat Dhigo menggendong salah satu nona muda mereka langsung berlari untuk membantu Digo membuka pintu.
"Astagfirullah, iku non Cilla kenapa toh Den?" tanya pak Sapri, satpam utama kediaman Domani.
"Panjang ceritanya pak. Saya masuk dulu kasian Cilla." pamit Dhigo.
Eva yang sedang menonton TV begitu histeris melihat putrinya dalam gendongan Dhigo dan langsung menelpon sang suami. Saat hendak masuk ke kamar Cilla, Digo berpapasan dengan Sissy.
T-shirt biru dan hotpants itu nampak sexy saat Sissy yang menggunakannya.
"Cilla kenapa?" tanya Sissy khawatir.
Dhigo menghela nafas panjang. "Gue bakalan jelasin di bawah tapi sekarang tolong lo ganti baju Cilla." Sissy mengangguk dan mengikuti Dhigo ke kamar Cilla. Setelah Dhigo keluar Sissy mengganti pakaian Cilla. Tangannya mengepal erat ketika melihat memar di dahi kembarannya. Sissy bergegas keluar setelahnya dan menemukan Dhigo duduk di depan bundanya yang sedang menangis sedangkan sang papa terlihat sangat marah.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Sissy
Digo menceritakan kembali musibah yang menimpa Cilla. Tanpa berkata apa-apa, Sissy naik ke kamarnya lalu menyambar jaket dan kunci motor. Berlalu pergi tanpa menghiraukan panggilan Digo atau Xavier, papanya.
"Sissy, pa." ucap Eva
"Udah bunda tenang biar papa susul Sissy."
"Biar saya saja om." pinta Dhigo, langsung pamit dan mengejar Sissy.
Pasti Sissy ke kantor polisi. Pikir Digo. Benar saja di halaman parkir kantor polisi, ada motor Sissy. Digo langsung berlari saat mendengar keributan dari ruang introgasi.
"b*****t, beraninya lo ngelecehin adek gue. Mampus lo." teriak Sissy terus meronta dalam pelukan seorang polisi tampan. Rahang Digo mengeras ketika melihatnya.
"Udah tenang Sy. Kamu kayak gini nggak akan menyelesaikan masalah. "
"Nggak, aku mau bunuh dia. Aku mau bunuh dia." Sissy terus menjerit dan menendang udara, berharap tendangannya mengenai Gio.
Melihat ada orang lain di ruangan itu, lelaki yang memeluk Sissy berdecak kesal karna orang itu hanya menatapnya tidak melakukan apapun.
"Woi lo." serunya pada Dhigo, Dhigo menunjuk dirinya sendiri. "Iya, pegang dulu macan betina kesayangan gue." ujarnya sambil menarik Sissy menjauh dan menyerahkan Sissy dalam pelukan Dhigo.
"Lepasin gue, Dhigo." perintah Sissy
Dhigo mengeratkan pelukannya pada Sissy, dia tak akan mau melepaskan pelukannya. Dhigo yakin, Sissy mampu membunuh Gio.
"Tenang." bisik Digo lembut, memberikan ketenangan lewat pelukan dan kecupan lembut di pucuk kepala Sissy.
Sissy berhenti memberontak dan mulai membalas pelukan Dhigo, tak terasa Sissy meneteskan air matanya. Marah dan benci jadi satu dalam hatinya.
Gue gak bisa buat lo mampus, tapi gue akan buat orang-orang yang lo sayang juga menderita.
"Masalah nhgak akan selesai kalau lo nyimpen dendam di hati lo." Sissy melepaskan pelukannya dan memandang Dhigo dengan horor. Dari mana Digo tahu? pikir Sissy. Dhigo terekekeh melihat Sissy, dengan pelan Digo menyentil kening Sissy. "Gue kenal lo, jadi gue tahu apa yang akan lo lakuin."
"Sakit b**o!" seru Sissy kesal, mengusap keningnya yang di sentil Digo.
Sissy mendorong Dhigo dan berlalu meninggalkan Dhigo menuju satu ruangan dan masuk tanpa mengetuk pintu.
"Kebiasaan sih dek!" rutuk lelaki itu.
"Emang." sahut Sissy santai.
Suara ketukan di pintu mengurungkan niatnya menanggapi perkataan Sissy dan mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk.
Lelaki yang cukup tampan, mungkin seumuran dengan Sissy dan Cilla. Pikirnya ketika melihat Digo masuk dengan kupluk dan sweaternya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya pada Dhigo.
"Saya Dhigo."
"Ah ya maafkan saya yang lupa memperkenalkan diri." ucapnya yang disambut dengusan kasar dari Sissy. "Saya Aiptu Yudhi Agusta Domani. Silahkan duduk." Dhigo mengambil duduk di sebelah Sissy. Urat yang tadinya begitu keras kini melembut ketika mendengar nama belakang lelaki yang tadi memeluk Sissy'nya. "Saya mau mengucapkan terima kasih pada anda karena sudah menyelamatkan adik saya."
"Sama-sama, Cilla sudah saya anggap adik. Saya akan menjaganya apapun yang terjadi." ujar Dhigo tegas, membuat Sissy memalingkan wajahnya ke arah Dhigo. Nampak senyum kecil dari bibirnya mendengar ucapan Dhigo. Kejadian itu tak luput dari perhatian Yudhi.
Dhigo dan Sissy pamit setelah Dhigo selesai memberikan keterangannya sebagai saksi.
Belum sampai di red kesayangannya tangan Sissy lebih dulu di tarik oleh Digo.
"Apaan sih lo! Lepasin."
"Nggak. " sahut Dhigo singkat
Sissy masih terus memberontak, di dalam mobil Dhigo, Sissy memejamkan mata untuk menetralkan emosi yang masih menyelimutinya. Jangan sampai lelaki yang kini sudah mulai masuk dan mengisi hatinya itu terkena imbas dari emosinya yang selalu meledak-ledak jika sesuatu yang menyangkut Cilla.
Sissy terlonjak kaget ketika melihat wajah Dhigo berjarak beberapa centi dari wajahnya.
"Ma...u apa l...o?" tanya Sissy gugup. Dari jarak sedekat ini, dia dapat merasakan hangatnya nafas mint milik Dhigo. "Lo jangan macem-macem ya Dhigo, ini masih didepan kantor polisi. Gue akan teriak kal.....mmmmmphh." Sebelum Sissy menyelsaikan kalimat ancamannya, Dhigo terlebih dulu membungkam bibir tipis Sissy.
Sissy terlena dengan ciuman lembut yang di berikan Dhigo, hingga tanpa sadar dirinya ikut membalas ciuman Dhigo dan ikut menikmatinya. Ketika merasa pasokan oksigen yang menipis, Dhigo menyudahi ciumannya. Telihat tatapan kecewa dari Sissy, itu membuat Dhigo terkekeh dan memberikan kecupan singkat di bibir tipis Sissy yang kini bengkak karena cumbuannya.
Itu tadi apa? Astaga, first kiss gue. Sissy meraba bibirnya yang berdenyut, rasa bibir merah Dhigo masih terasa di bibirnya.