Bertemu Badboy

1185 Kata
Happy reading.. ****** Raja duduk di teras menyumpal kedua telinganya dengan headset memejamkan kedua matanya meresapi lagu yang tengah ia dengarkan sembari mengetukkan jari di atas paha dan mengangguk-anggukan kepala. "Bakso bakar... ting....ting... Bakso bakar..." teriak tukang bakso menjajakan jualannya. Tak lama Tasya berlari membawa piring menghentikan tukang bakso bakar tadi. "Mang berhenti!" Seru Tasya. "Iya neng" mang bakso tersenyum, Tasya berjalan menghampiri. "Mang, bakso bakarnya enak gak?" "Ya enak atuh neng kalau enggak teh mana mungkin mamang jual?" Tasya cengengesan "soalnya baru kali ini mau coba bakso bakar, kasih lima tusuk ya mang" "Siap atuh neng bentar ya biar mamang buatin dulu" Beberapa menit kemudian Tasya kembali dengan piring berisi penuh bakso bakar dengan saus mayones di atasnya. Di lihat nya Raja tengah duduk di teras, Tasya berjalan menghampiri lelaki itu. "Raja" panggilnya. Tapi Raja tak merespon, Tasya meletakkan bakso bakarnya di meja beralih menoel lengan Raja dengan jari telunjuk. "Raja!" Raja membuka matanya melepaskan headset yang dia pakai dan langsung di kejutkan dengan keberadaan Tasya yang begitu dekat. "Ngapain lo deket-deket!?" "Hih.. lo itu ya gue niat baik mau nawarin lo bakso bakar mumpung masih anget kan enak kenapa lo malah bentak gue sih" Raja berdiri dari duduknya setelah melihat sepiring bakso bakar di meja, sebenarnya ia tergiur tapi karena egonya lebih tinggi ia bersikap seolah tak tertarik. "Gue gak mau! Lain kali jangan sentuh gue apapun alasannya" "Idih yang mau nyentuh lo tuh siapa? gue kan cuman nunjuk-nunjuk lengan lo doang, lebay amat sih lo" ucap Tasya, tiba-tiba terlintas ide jahil di kepalanya. "Yang di namakan megang tuh kayak gini" Tasya langsung mendekap sebelah tangan Raja dengan erat. "Woy lepasin gak!!" Pekik Raja, detik berikutnya sekujur tubuhnya menjadi dingin dan Tasya merasakan perubahan suhu itu sehingga dengan segera melepaskan tangan Raja. "Badan lo?" "Udah gue bilang jangan sentuh gue" maki Raja dengan volume tinggi. Tasya terdiam, Raja berjalan masuk ke rumah, tubuhnya terhuyung sampai terdengar bunyi gedebuk begitu keras, Tasya berlari menghampiri dan kini ia melihat tubuh Raja sudah terbaring di lantai tak sadarkan diri. Satu jam kemudian Raja terbangun kembali, beberapa meter darinya berdiri seorang cewek yang sudah membuatnya pingsan, Tasya sengaja memberi jarak takutnya dia membuat Raja pingsan lagi. "Raja gue minta maaf gue gak tau lo bisa sampai pingsan kaya gini" "Lo puaskan, senengkan liat gue kaya gini? Cuman di sentuh doang langsung pingsan!" "Raja gue gak bermaksud begitu, maafin gue, janji deh habis ini gue gak akan pegang lo lagi" Raja memalingkan wajahnya "Ke luar dari kamar gue!" Tasya menghela nafas lalu menunduk "Gue salah gue pantes lo perlakuin kaya gini, sekali lagi maafin gue Raja" Pintu kamar itu tertutup dan hanya tinggal Raja di dalam entah kenapa melihat wajah bersalah Tasya itu tadi membuat Raja sempat merasa ikut bersalah sudah membentaknya, tapi cewek itu pantas mendapatkan nya!. Raja menghela nafasnya "Cewek nyusahin gue doang kerjaannya" Tasya duduk di meja makan ia jadi tak nafsu memakan bakso bakarnya, tante Diva melihat itu jadi prihatin. "Tasya, sudah tidak apa-apa Raja cuman pingsan kok dan itu sudah sering terjadi" Tasya mengangkat kepalanya "Maafin Tasya tante, Tasya merasa bersalah sama Raja, sama tante Diva juga padahal kan Tasya baru tiga hari tinggal di sini" Air mata Tasya menetes ke luar, tante Diva segera menghapusnya. "Jangan nangis dong sayang nanti tante ikut merasa bersalah loh karena kamu nangis kayak gini" "Tante gak marah sama Tasya padahal kan Tasya udah buat Raja pingsan?" "Tante gak marah justru tante harap Raja bakal cepet sembuh dengan adanya kamu di sini" tante Diva mengusap kepala Tasya sayang. "Senyum dong kan cantik jadinya" Raja membalik tubuhnya menjadi bersandar di dinding dia sudah mendengar pembicaraan dua wanita itu. Apakah alergi anehnya ini membuat mamanya terbebani juga orang disekitarnya? Dan sekarang Raja merasa menjadi manusia tak berguna bahkan hanya sebuah sentuhan kecil bisa membuatnya pingsan mungkin sekarang dirinya harus mencoba untuk berubah. Raja tiba-tiba duduk dan menarik piring bakso bakar milik Tasya kemudian ia makan dengan lahap. "Makanan tuh untuk di makan bukan di tonton kalau mau nonton lihat TV saja sana" Tasya tertegun bukannya lelaki ini adalah orang yang sama yang telah membentaknya dan juga menolak bakso bakar yang dia tawarkan tadi? "Malah bengong nih makan" Raja menjejalkan bakso yang sudah di potong kecil ke mulut Tasya dengan garpu. "Enak?" Tasya mengangguk kemudian menelannya. "Lo udah gak marah sama Gue?" "Siapa bilang?" Sahut Raja balik lalu berdiri membawa piring bakso bakar yang baru berkurang dua biji di makan Tasya. "Sebagai gantinya bakso bakarnya buat gue semua" Raja mengode dengan gerakan dagu jika ia berhasil mendapatkan yang dia mau. Ujung bibir Tasya berkedut rasanya ingin ketawa, marah juga kebingungan namun pada akhirnya hanya satu kata yang keluar dari bibir Tasya. "Ha??" **** "Tasya mana mah kok gak keliatan?" Tanya Raja begitu bergabung di meja makan. "Loh dia gak bilang sama kamu?" Raja menggeleng. "Tasya sudah berangkat ke sekolah katanya ada yang perlu dia beli di toko buku, tapi mama curiga, kalian gak lagi musuhan kan?" Raja kembali menggeleng "Enggak kok mah lagian untuk apa marahan sama dia?" "Hhh.. mama harap tuh kalian akur jangan suka bertengkar, mama gak mau Tasya merasa gak nyaman tinggal di sini kalau dia pulang ke malang gara-gara kamu mama gak tau harus bilang apa sama keluarga nya Tasya" Raja menelan roti dan meminum juicenya "Raja sudah selesai mah, berangkat dulu ya" Cowok tinggi itu mencium pipi mamanya sebelum berangkat ke sekolah. Sedangkan Tasya kini sedang berdesak desakan di dalam angkutan umum menghindari berangkat bareng Raja setelah beberapa kali berhenti akhirnya Tasya sampai di sekolah bersamaan dengan terlihatnya mobil Raja masuk ke parkiran. Tasya menghela nafas panjang, kondisinya begitu acak-acakan karna berdesakan di dalam angkutan umum tadi, sedikit memperbaiki penampilannya sebelum masuk ke area sekolah. Brukk... Langkah Tasya terhenti ketika mendengar suara benda jatuh, karna penasaran akhirnya Tasya mencari sumber suara tersebut. Terlihat seorang anak laki-laki sedang bersandar di dinding dengan posisi memegangi perut dan bagian pelipisnya mengeluarkan darah, Tasya menutup mulutnya karna terkejut. "Ngapain lo di sini lebih baik lo masuk ke dalam bentar lagi gerbang di tutup" ucap cowok itu tanpa melihat ke arah Tasya. "Lo sendiri kenapa gak masuk" Tasya berjalan mendekat mengeluarkan tissue dari saku seragamnya. "Bersihin tuh darah di wajah lo gak sakit apa?" Cowok itu merebut tissue di tangan Tasya "Thanks, lo boleh pergi" Tasya berdecak kesal merebut kembali tissue tadi kemudian mengeluarkan satu untuk membersihkan luka cowok itu langsung. "Luka kayak gini harus cepet di bersihkan kalau sampai kering tidak di obati bisa infeksi" dengan telaten Tasya membersihkannya lalu menempelkan plester luka. "Lebih baik sekarang lo masuk sekolah dari pada duduk di sini" ucap Tasya beranjak berdiri tapi cowok itu menahan tangannya. "Gerbangnya sudah di tutup lo yakin mau lewat gerbang?" Katanya. Tasya membulatkan matanya gelagapan jangan sampai ia mempermalukan dirinya. Cowok itu menghela nafas "ikut gue" "Kemana?" "Lo masih mau ikut belajar gak?" Tasya mengangguk. "Gue punya jalan rahasia, lewat sini" ajaknya. Tasya mengikuti dari belakang. Beberapa saat "Gak salah lo nyuruh gue memanjat tembok setinggi ini?" "Lo bisa pakai pundak gue anggap aja ucapan terima kasih buat yang tadi" "Tapi ntar baju lo kotor" "Gak papa udah biasa, buruan, lo bukan cowok kalau gue sih tinggal lompat bisa"  cowok itu berjongkok memberikan pundaknya. "Lo tutup mata jangan ngintip" ujar Tasya pada akhirnya ia memilih cara ini, setelah berhasil sampai di dalam pagar tembok tadi Tasya berbalik. "Lo gak masuk?" Serunya tapi tak ada sahutan mungkin cowok tadi sudah pergi. Tasya menggelengkan kepala mungkin cowok tadi salah satu badboy di sma biru. Sudahlah biarkan saja, Tasya segera berlari mengejar pelajaran yang sebentar lagi akan di mulai. ***** To Be Continued Don't forget to leave COMMENT, don't silent readers, please!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN