Adisa 30

1321 Kata
"Kayaknya Om Zaki marah deh sama kita," gumam Adisa saat Haga mulai menjalankan mobilnya. "Loh marah kenapa? Padahal tindakan yang kita lakukan bener loh, kita cuman minta kejelasan, lagian mencurigakan banget semua yang dikasih sama Om Zaki inisialnya menunjuk ke orang tua kamu semua Ca," jelas Haga yang membuat Adisa berpikir lagi. "Tapi bener juga sih kata Om Zaki, kalo dia kenal kenapa. Apa kita nanya nya kurang jelas ya?"  "Kayaknya emang dia deh yang nggak mau kasih tau. Yaudah kalo Om Zaki marah, kita sendiri aja yang cari bukti-buktinya," "Gimana caranya? Kalo misal Om Zaki kayak gitu karena disuruh sama Buna sama Ayah gimana?" tanya Adisa lalu Haga mengacak-acak rambut jambul miliknya. "We have no clue, kalo emang kayak gitu, ya kamu cuman disuruh sabar sampai akhirnya mereka berdua datang lagi ke kehidupan kamu,"  "Kenapa ya hidup aku kayak gini banget, kesalahan apa yang aku lakukan di masa lalu sampai Tuhan nggak mengizinkan aku ketemu sama orang tua aku sendiri," lirih Adisa lalu menutupi wajahnya dengan tangannya dan mulai menangis disana. Haga kemudian melirik sekilas kearah Adisa, laki-laki itu berusaha untuk memeluk sahabatnya dari samping dengan tangan yang satunya memegang kemudi. "Mereka nggak jahat, mereka hanya mempersiapkan yang spesial buat kamu walaupun dari jauh." ***  Haga dan Adisa saat ini sedang berada di atas bukit yang sangat sepi dengan pemandangan kota Jogja dengan lampu-lampu rumah warga yang menambah keindahan untuk di pandang mata.  Diatas sana hanya ada mereka berdua dengan mobil yang sedang mereka duduki. Mereka berdua duduk di atas mobil mengarah ke sebagian kota Jogja yang semakin malam semakin tenang itu, Adisa dengan tiba-tiba menyenderkan kepalanya di bahu milik Haga. "Ga, indah banget ya pemandangan di atas sini. Tau dari mana?" Haga kemudian melingkarkan tangannya di perut Adisa. "Dari Om Chandra, dulu aku pernah diajak kesini sama dia." "Hah? Om Chandra? Kirain kalian nggak sedeket itu," gumam Adisa. "Aku malah suka jalan-jalan sama Om Chandra, tapi anehnya setiap aku mau ajak kamu nggak boleh. Ternyata dia mau ceritain sesuatu yang dia pendem selama ini, dan dia bingung mau cerita sama siapa, akhirnya Om Chandra mempercayakan semuanya sama aku," "Mau denger rahasia Om Chandra," rengek Adisa sambil melirik ke wajah Haga. "Tapi nanti kamu makin sedih lagi?" "Mumpung aku masih sedih, udah ceritain aja semua, biar sekalian maksudnya haha,"  "Om Chandra maaf ya, kayaknya semua rahasia Om bakal kesebar mulai hari ini," gumam Haga dan Adisa terkekeh. "Cepet cerita! Cepet cerita! Cepet cerita!" seru Adisa. "Okey jadi tuh Om Chandra sebenernya udah suka sama Buna Adhista dari mereka masih kecil," ucap Haga dan Adisa langsung membelalakkan matanya kaget. "HAH?! Mereka kan adik kakak, nggak mungkin suka kan?" seru Adisa dengan reaksi yang sudah bisa di tebak oleh Haga saat laki-laki itu belum memberitahunya. "Sini Ca mendekat," ucap Haga dan Adisa mendekatkan wajahnya. "Buna Adhista anak an--" bisik Haga kemudian dengan tiba-tiba ponsel Haga berdering dan tertulis Mommy di layar ponselnya. "Yes Mom?" "Where are you now? Her grandma is look for Adisa,"  "Okey Mom, I'll go home now with Adisa. Thanks," balas Haga dan laki-laki itu langsung mematikan sambungan teleponnya. "Ca, Oma nyariin kamu katanya. Yuk kita pulang," ajak Haga kemudian ia turun dari atas mobil dan membantu Adisa. "Tumben Oma cariin aku, by the way lain waktu kasih tau yang tadi ke potong ya. Aku penasaran," jawab Adisa sambil turun dari atas mobil dengan di bantu oleh Haga. "Iya sayang, yuk. Kayaknya Oma marah karena masalah sama Om Zaki deh," balas Haga dan mereka berdua memasuki mobil. "Masa sih? Kenapa jadi kita yang di omelin? Padahal pertanyaan kita nggak ada salah, kecuali kalo kita tanya 'Om Zaki pake obat-obatan kan biar pikirannya tenang?' baru tuh kita boleh di marahin," jelas Adisa sedangkan Haga hanya terkekeh. "Yaudah nggak apa-apa lah, mungkin Om Zaki ada alasan lain untuk ngelakuin ini semua," balas Haga lalu laki-laki itu menjalankan mobilnya menuju ke rumah. *** Saat mereka sudah sampai di rumah milik keluarga Adisa, disana sudah banyak orang dan keadaan menjadi sangat tegang. Intan, Harsa, Chandra, Zaki, Alexio, Stacy dan juga Benjamin sudah duduk di sofa ruang tamu rumah Adisa, yang membuat Haga dan Adisa menjadi sangat gugup dan sedikit takut. "Habis dari mana kalian?" tanya Harsa yang berdiri untuk menyambut kedatangan cucu perempuannya itu. "Ha-habis jal-lan sama Haga," jawab Adisa terbata-bata dengan menundukkan kepalanya. "Coba mana lihat semua surat yang dikasih sama Zaki ke kamu," pinta Harsa dan Adisa langsung memberikannya kepada kakeknya tersebut. "Yaudah kalian duduk dulu sana," suruh Harsa kemudian Adisa dan Haga berjalan menuju ke tempat kosong di samping Alexio. Harsa kembali ke tempat duduk dan mulai membaca satu persatu surat-surat tersebut dengan Intan dan juga Chandra.  "Itu apa?" tanya Stacy sambil berbisik di telinga anak laki-lakinya. "Just sit and see Mom, tadi Haga sama Adisa lagi mau cari jawaban itu semua, tapi Om Zaki malah marah sama aku sama Adisa," balas Haga. "Okey," jawab Stacy dan kembali memperhatikan ketiga orang tersebut. "Cuman surat biasa kok Zak," gumam Intan. "Coba Dica atau Haga ada yang bisa jelasin nggak?" tanya Chandra sambil melihat kearah Haga dan Adisa secara bergantian. "Biar Haga ya yang jelasin, iya itu emang surat biasa, tapi coba kalian lihat semua inisial di akhir surat itu," ucap Haga lalu Intan, Harsa dan juga Chandra langsung mengambil beberapa surat dan membaca inisial-inisial yang ada didalam sana. "D dan A, terus kenapa?" "D dan A, itu kayak nama Diratama dan Adhista, bener kan? Terus kenapa bisa sama D dan A dari semua surat itu?" gumam Haga lagi yang membuat Intan dan Harsa membelalakkan matanya. "Oke make sense, coba penjelasan selanjutnya yang masuk akal,"  "Beberapa bulan kebelakang ini, Haga sama Adisa sering lihat Om Zaki lagi sama dua orang stranger dengan pakaian serba hitam yang selalu menutupi wajahnya dengan kacamata dan masker. Mereka dua orang, yang laki-laki menggunakan kursi roda dan yang perempuan menggunakan kruk untuk membantunya berjalan," "Terus?" "Inget kan kalo Buna Adhista sama Ayah Tama kecelakaan karena pesawat? Nah mungkin itu mereka yang lagi masa pemulihan, dan lagi dalam penyamarannya, terus Haga punya satu foto waktu kita ke Jepang, dan Om Zaki lagi bersama dua orang itu," jelas Haga kemudian Adisa memberikan foto yang Haga minta. Haga lalu memberikan foto tersebut kepada Chandra.  "WHAT?! Orang kayak gini temenan sama lo Zak? Creepy banget hidup lo. By the way Ga, orang yang kalian berdua temuin pakaiannya selalu hitam atau ganti-ganti?" "Selalu hitam, dan waktu itu Haga pernah sekali ngikutin Om Zaki anterin mereka ke bandara. Om Zaki, tolong kasih jawaban yang jujur, Haga sama Adisa cuman pengen memastikan itu Buna Adhista sama Ayah Tama atau bukan. Kalaupun bukan, tolong kasih jawaban yang jelas dan jangan marah kayak tadi, emangnya salah kalau Adisa sama Alex pengen tau tentang kedua orang tuanya?"  "Tapi kalau misalkan itu Adhista dan Diratama, kecil kemungkinan buat mereka selamat. Apalagi pesawat yang dinaikin mereka meledak dan jatuh ke laut," gumam Chandra sambil terus memperhatikan foto Zaki bersama dengan dua orang berbaju serba hitam itu. "Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin. Kalau Allah berkehendak, semua bisa terjadi dengan mudah," celetuk Harsa dan dengan tiba-tiba Intan sudah menangis dengan terus memegang beberapa surat di tangannya. "Jadi gimana Zak? Semua jawaban ada di lo, lo mau jujur atau nggak?" tanya Chandra sedangkan yang ditanya terus menundukkan kepalanya. "Sebentar, saya izin ke belakang dulu," ucap Zaki lalu laki-laki itu berjalan menuju ke kamar mandi yang ada di rumah mewah milik Adhista dan Diratama. "Udah bisa di pastikan, bahwa kita yang menang," bisik Haga tepat di telinga Adisa dan wanita itu tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya. "Halo, lo berdua jangan ke Indonesia dulu sampai gue kasih aba-aba. Posisi lo lagi berbahaya sekarang, karena Adisa sama Haga lagi berusaha mencari-cari bukti tentang kalian berdua," ucap Zaki dengan suara kecil. "Kira-kira kapan kita bisa ke Indonesia lagi dan melihat mereka?" "Sampai keluarga ini lupa kalo pernah ada masalah kayak gini," "Posisi apa maksud lo?" tanya Chandra yang dengan tiba-tiba membuka pintu kamar mandi yang membuat Zaki terkejut dan menjatuhkan ponselnya ke lantai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN