Prolog

115 Kata
Seorang perempuan merapatkan jaket panjangnya. Kedua tangannya bersedekap agar tubuhnya tetap hangat, terlindung dari terpaan angin dingin yang berhembus. Sesekali ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Menatap jalan kemudian sepatu coklat yang beberapa bulan ini selalu menemaninya bekerja, kemudian kembali ke jalan lagi. Sampai pada akhirnya, tatapan matanya terkunci pada sesuatu yang berada jauh di depannya, di seberang jalan besar sana. Dengan cepat perempuan itu berbalik dan berlari pergi sejauh yang ia bisa. Dadanya bergemuruh, serasa ingin meledak. Ia menyisir rambutnya kebelakang, tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Sudah dua tahun, tapi hatinya tetap tidak tahu malu dan berdetak dengan kencangnya. From the moment I saw you, I knew I love you… too much.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN