Pregnant?

1065 Kata
Seraphina Prameswari yang akrab di panggil Sera menggandeng tangan Hanna putri semata wayangnya untuk menuruni tangga. "Pagi, Papa!" teriak Hanna pada seorang pria yang tengah sibuk melilitkan dasinya di kursi makan. Pria itu, Aryan Askara menoleh dengan tersenyum. "Pagi, Sayang." mengabaikan dasinya yang belum terpasang dia memeluk putrinya lalu mengecup pipinya. Sera tersenyum dengan interaksi keduanya lalu berjalan ke arah meja untuk menyiapkan sarapan. Namun baru saja akan meraih piring gerakannya harus terhenti saat sang suami memanggilnya. "Sayang, dasiku belum kepasang," ucapnya dengan mengangkat dasi di lehernya. Sera menggeleng pelan lalu menghampiri Aryan untuk mengikat simpul dasi di leher pria itu. Namun baru saja mendekat Sera justru meraskan tubuhnya tertarik hingga merapat ke arah Aryan. "Mas, kamu apa- apaan sih. Bikin kaget aja." Aryan terkekeh dan justru menggesekkan tubuhnya membuat Sera semakin kesal. "Mas, ada Hanna!" ucapnya dengan memukul bahu Aryan. Aryan menoleh pada Hanna yang sudah mulai makan. Anak itu sudah mandiri dan bisa melakukan semuanya sendiri. Tentu saja berkat didikan dari Sera. "Hanna lagi makan, kok." "Ya, tetap aja." Sera menyelesaikan tugasnya memasangkan dasi di leher Aryan lalu menjauh. "Hari ini aku mau ke rumah sakit lagi," ucap Sera sambil menyiapkan makanan dan meletakkannya di depan Aryan. "Oke." "Dokter tanya kapan kita bisa pergi bareng, Mas?" Aryan mengerutkan keningnya. "Loh sama aku juga?" Sera berdecak. "Yang bakal hamil emang cuma aku, tapi kamu juga berperan penting loh, Mas." Aryan nampak berpikir. "Minggu depan aku kosong, kita bisa pergi." Sera tersenyum. "Oke, kalau gitu." "Kalau gitu mana ciumannya dong!" Aryan menunjuk pipinya. Sera terkekeh lalu mengecup pipi Aryan. "Udah, ayo makan, nanti telat loh." Wajah Sera tersipu saat Aryan mengembangkan senyumnya dan nampak makan dengan bahagia. "Enak gak, Mas?" "Masakan kamu selalu enak, Sayang. Makanya aku jatuh cinta sama kamu setiap hari." Sera mencebik. "Gombal." ..... Sama seperti sebelumnya rutinitas Sera sehari-hari adalah mengurusi rumah tangganya. Dimulai dari menyiapkan sarapan pagi lalu menyiapkan bekal untuk Hanna ke sekolah juga suaminya Aryan untuk ke kantor. Setelah memastikan Aryan pergi ke kantor tugas Sera adalah mengantar Hanna pergi ke sekolah. Putrinya yang baru berusia lima tahun kini bersekolah di taman kanak-kanak. "Ingat jangan jajan sembarangan, ya," ucapnya saat menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah Hanna. "Okay, Mam." Hanna menyatukan jari jempol dan telunjuknya membentuk huruf O, hingga Sera mencubit hidung Hanna dengan gemas. "Mama mau ke rumah sakit dulu terus jemput kamu, ingat kalau Mama belum datang tunggu di pos satpam. Ngerti!" "Iya, Mama. Anna tahu." Hanna nampak mulai kesal hingga Sera terkekeh. "Ya udah, masuk sana!" Hanna membuka pintu lalu melambaikan tangannya ke arah Sera yang juga melakukan hal yang sama. Setelah memastikan Hanna benar-benar masuk ke dalam sekolah, Sera memacu mobilnya untuk kembali ke rumah. Namun baru beberapa meter Sera melaju dia melihat seorang wanita paruh baya berdiri dengan barang belanjaan di tangannya. Merasa mengenal wanita itu Sera membuka jendela lalu menyapa. "Tante Gina, abis belanja ya?" tanya Sera. "Eh Sera. Iya, Tante abis belanja. Kebetulan di rumah stok abis. Kamu sendiri dari mana, Nak?" Sera keluar dari mobil lalu menghampiri wanita bernama Gina tersebut. "Aku baru aja mengaterin Hanna ke sekolah, Tante." Sera mengambil barang belanjaan Gina. "Kalau gitu aku bantu tante," ucap Sera dengan berjalan ke arah mobilnya. "Makasih, loh, Sera. Tante jadi ngerepotin kamu." Gina berucap dengan sungkan saat Sera membuka pintu mobil untuknya. "Gak papa, Tan. Kayak sama siapa aja sih." Setelah memastikan Gina duduk dengan nyaman Sera segera melajukan mobilnya. "Gimana kabar Zara, Tan?" tanya Sera saat dia mulai melajukan Mobilnya. Zara adalah anak Tante Gina sekaligus sahabat Sera sejak di bangku SMP. "Ya, begitu deh Ser. Udah beberapa minggu ini Zara belum pulang. Katanya sibuk dan banyak kerjaan sampe gak sempet pulang." "Iya sih Tan, beberapa hari ini Mas Aryan juga pulang malam." Zara adalah sekretaris Aryan di kantor, jadi jelas saja dia tahu jika mereka memang sedang sibuk. "Kamu sendiri gimana? Udah ada kabar bagus belum? Kali aja udah ngisi lagi nih perut." ucap Gina dengan mengelus perut Sera. Sera tersenyum. "Doain, ya, Tan. Aku lagi program hamil lagi soalnya." "Oh, ya? Senang ya kalau udah nikah dan punya mantu. Gak tahu kapan Zara mau nikah. Tante juga udah pengen banget nimang cucu." Gina nampak sedikit murung. "Tapi, bukannya Zara lagi ada pacar ya, Tan? Aku lihat statusnya satu minggu lalu soalnya. Suruh mereka nikah aja, Tan," usul Sera dengan tersenyum. "Iya, Dito namanya. Tapi, ya, anak zaman sekarang maunya pacaran. Zara bilang mereka juga baru kenal dan baru pacaran dua minggu ini. Ah, ada aja alasannya Si Zara, tuh," ucap Gina sedikit kesal. "Sabar deh, Tan. Lagian kalau udah jodoh gak bakalan kemana, kan?" tepat saat ini mereka tiba di depan rumah Gina. "Makasih loh, udah anterin Tante. Ayo mampir dulu," ajak Gina. "Lain kali aja, Tante. Aku masih ada urusan lain." "Ya, sudah. Sekali lagi makasih, ya. Salam buat Hanna sama Aryan." Gina turun dari mobilnya. "Sama-sama, tante. Kalau gitu aku permisi." "Ya, hati- hati." Sera mengangguk dan kembali melajukan mobilnya. Seperti niatnya sebelumnya Sera akan pergi ke rumah sakit untuk program kehamilannya. Setelah usia Hanna lima tahun dan melihat jika anak itu sudah mandiri Sera dan Aryan memang merencanakan untuk memiliki anak kedua mereka. Dan untuk memastikan semuanya baik, Sera melakukan program kehamilan kedua untuknya dan melakukannya dengan dokter terbaik juga. Tiba di rumah sakit Sera segera pergi ke pendaftaran untuk mendaftarkan dirinya. Saat menuliskan data dirinya di atas sebuah formulir, Sera mendengar nama seseoarang yang tak asing di panggil oleh seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang dokter. "Ibu Zara Aulia." ucap sang perawat. Mendengar nama sahabatnya di panggil Sera mendongak. Awalnya dia kira itu orang lain dan memiliki nama yang sama dengan Zara sahabatnya. Namun saat melihat itu benar-benar Zara yang dia kenal Sera tak bisa tak terkejut melihat sahabatnya memasuki poli obgyn. "Zara? Ngapain ke poli obgyn?" rasa penasaran Sera membuatnya menghentikan tangannya yang tengah mengisi pendafatarn dan justru pergi ke ruang obgyn yang baru saja di masuki Zara. Rasa khawatir mulai menghantui Sera tentang sesuatu yang belum tentu terjadi. Lagi pula poli Obgyn bukan hanya untuk memeriksakan kehamilan, kan? Seperti dirinya yang datang hanya untuk melakukan program kehamilan. Melihat pintu yang sedikit terbuka Sera mendorong untuk bisa mendengar lebih jelas apa yang sedang dokter bicarakan. "Disini terlihat usia kandungan enam minggu, dan janinnya sehat ya Bu ..." Sera tertegun saat mendengar ucapan sang dokter yang tengah memeriksa keadaan Zara melewati mesin monitor di depannya. Zara hamil? Anak siapa?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN