Chapter 3. Terpilih

1698 Kata
Sebuah rumah yang begitu besar, pekarangan yang sangat luas bagaikan taman istana yang sering muncul di serial disney, bibir Linda terbuka takjub melihat pemandangan dari rumah besar itu. “Mereka kaya sekali tapi kenapa gajinya cuman dua ribu dolar ya?” gumam Mia, Linda menoleh melihat sahabatnya setelah melihat luas rumah dari orang yang di panggil Tuan Muda, tapi Linda tidak mengatakan apapun karena dia juga tidak tau. Ada sekitar delapan orang yang lolos seleksi tahap awal dan sekarang adalah waktunya untuk berhadapan langsung dengan si pemilik rumah yang akan memilih satu dari delapan orang calon maid. “Apa menurutmu wajah tuan muda itu seperti pangeran disney yang tampan? Dia sangat kaya tapi aku penasaran apakah wajahnya juga setampan pangeran?” Mia bergumam lagi di samping Linda. “Kita akan melihat tuan muda itu nanti jadi bersabarlah, kita hanya perlu menunggu beberapa menit lagi,” bisik Linda. Sejujurnya ia juga tidak sabar untuk melihat pemilik dari rumah ini, alasan sang pemilik mencari maid yang belum berpengalaman sungguh membuat Linda penasaran. Mia mengangguk, lantas seseorang bernama Hans mengarahkan mereka ke dalam Mansion. Di dalam mansion tersebut kesan mewah langsung menyapa, banyak yang takjub melihat rumah tersebut, tak terkecuali Mia maupun Linda. “Kalian bisa tunggu sebentar di sini, saya akan memanggil tuan muda untuk kemari,” ucap Hans sebelum meninggalkan para calon maid. “Aku dengar tuan muda di rumah ini telah mengalami gagal dalam pernikahan jadi dia butuh pelampiasan kemarahan atas apa yang terjadi pada calon istrinya” bisik seseorang yang berada di belakang Linda. “Katanya dia juga cacat, jika kita lolos untuk menjadi pelayannya apakah kita akan bisa bertahan dalam satu bulan? Banyak yang mengatakan dia juga sangat kejam dan sekarang aku merasa ragu untuk melanjutkan menjadi maid di sini, hanya saja tuntutan hidupku yang butuh uang ini tak bisa menghindari pekerjaan” Mia berbalik melihat dua orang yang berbisik-bisik di belakangnya, “Apa kalian bisa diam? Jika dia mendengar apa yang kalian katakan barusan maka entah apa yang akan terjadi dengan kalian selanjutnya!” ujar Mia kemudian perempuan itu mendengus. Linda menahan senyum sampai tak lama Hans datang dengan mendorong seseorang yang duduk di kursi roda, sejenak Linda merasa kagum dengan sosok lelaki yang duduk di kursi rodanya, dia memang tampan bagaikan pangeran di fantasi disney hanya saja wajahnya sangat dingin, tidak seramah pangeran di dongeng. Tanpa sadar Linda mengepalkan tangannya merasa gugup, ia tidak berharap akan di pilih oleh pria itu. hanya dengan melihat wajahnya saja Linda seolah dapat membayangkan apa yang terjadi jika dia terpilih. “Dia adalah tuan muda Nelvano Xander, tuan Nelvan yang akan memilih satu di antara kalian untuk menjadi pelayannya,” ucap Hans memperkenalkan. "Satu? Artinya kesmpatanku untuk gagal masih ada." batin Linda. Sekarang ia dalam kebimbangan antara berharap ingin lolos bekerja di tempat itu atau tidak. Namun, banyak di antara orang-orang yang datang bersama Linda terdiam lantas kemudian Nelvan buka suara. “Yang tidak ingin aku pilih silahkan keluar.” ucap Nelvan dengan nada yang sama sekali tidak bersahabat, ada tiga orang langsung berbalik untuk keluar dari tempat tersebut lalu Nelvan melanjutkan, “dan orang yang aku pilih akan mendapat bayaran lebih banyak dari yang di informasikan.” imbuhnya. Linda menahan nafas semakin gugup, nyaris saja dia berbalik dan pergi menyusul tiga orang lain yang sudah keluar, tapi ia juga butuh uang, adiknya sedang sekolah dan butuh biaya, sedangkan dalam keluarganya hanya Linda yang bertanggung jawab untuk mencari nafkah. Helaan nafas rendah keluar dari bibir Linda, adiknya jauh lebih membutuhkan uang untuk biaya sekolah jadi ia harus bisa terpilih, lagi pula bekerja menjadi seorang maid bukanlah pekerjaan yang hina. Nelvan menatap lima orang yang tersisa, dari kelima orang itu empat di antaranya menunduk sedangkan ada satu yang berani menatapnya terang-terangan. Tanpa sadar Linda nyaris tak berkedip, bukan karena ia terpesona dengan Nelvan tapi karena Linda penasaran kenapa sosok yang tengah duduk di kursi roda itu sangat dingin, seolah kutub di antartika kalah dingin. Hans berdehem untuk menyadarkan Linda, perempuan itu dengan berani menatap Nelvan seolah menantang, Linda menoleh ke arah Hans di mana lelaki itu meminta Linda untuk menunduk dan Linda yang paham langsung menunduk sembari melirik Mia, namun keduanya tidak saling mengatakan apapun. Mereka menunduk seperti sedang mengheningkan cipta, Nelvan tersenyum miring sepertinya dia sudah mendapatkan orang yang akan melayaninya, apakah gadis itu bisa bertahan selama satu bulan bekerja di tempat ini atau tidak. “Siapa namamu?” ucap Nelvan. Karena menunduk, Linda tidak menyadari jika dialah yang di tunjuk oleh Nelvan. “Aku bilang siapa namamu!” ulang Nelvan geram, ia tidak suka di abaikan, tapi di hari pertama bertemu dengan Linda ia harus mengulangi kalimat yang sama hanya untuk bertanya nama. Mia menyiku lengan Linda sampai gadis itu pun menatap Mia seolah bertanya ‘ada apa?’, lalu Mia mengode Linda untuk melihat ke arah Nelvan yang berbicara padanya. “Anda bertanya dengan saya?” Linda balik bertanya. “Kalian semua boleh keluar kecuali kau!” Nelvan menunjuk Linda, gadis itu membelalak kaget melihat Mia dan yang lain keluar, Mia menepuk lengan Linda. “Selamat, semoga kamu bisa bertahan.” ucap Mia dengan pasrah. “Mia, kenapa kamu—“ “Berhenti, kau tetap di sini,” ucap Nelvan menahan Linda yang akan akan menyusul empat orang yang keluar. Hans meminta Linda berbalik, “Kau tidak bisa menyusul mereka, kau harus tetap di sini sampai Tuan muda selesai denganmu.” ucap Hans dengan nada rendah agar Linda tidak kabur. Merasa berdebar-debar karena takut, Linda pun berbalik memberanikan diri menatap Nelvan. “Tuan muda tadi bertanya, siapa namamu?” ucap Hans mengingatkan. Linda memelintir jari-jarinya merasa gugup, melihat itu membuat Nelvan tersenyum tipis, sepertinya gadis muda di depannya ini sama sekali tidak berpengalaman dalam pekerjaan. “Namaku Linda,”jawab Linda. Pikiran Linda sekarang menjadi kebingungan, ia di tempat ini sendirian tanpa Mia, padahal Linda mengira ia akan bekerja dengan Mia, tapi siapa yang menyangka jika hanya satu yang di pilih dan itu pun dirinya. Kegugupan semakin membuat Linda tidak nyaman, tidak memiliki keahlian dalam melayani seseorang tentunya bukanlah pekerjaan mudah bagi pemula sepertinya. Terlebih orang yang akan ia layani adalah tuan muda dengan wajah sedingin es di kutub utara. “Datanglah besok pagi, kau bisa memulai bekerja mulai besok, dan ingatlah satu hal jika aku tidak menyukai keterlambatan.” ucap Nelvan, tidak tau mengapa Linda langsung mengangguk karena ucapan lelaki itu. Hans mendorong kursi roda Nelvan menjauh dari Linda, helaan nafas lega keluar dari bibir gadis itu, Linda mengira dirinya akan mati berdiri di tatap tajam oleh pria bernama Nelvan, sepasang mata lelaki itu saat menatap seolah ingin menerkam mangsa. Linda keluar dari mansion, berjalan dengan santai sembari berpikir apa yang akan ia lakukan setelah ini. Harusnya ia senang karena lolos, tapi entah kenapa sekarang justru membuatnya merasa cukup takut bekerja di rumah besar dengan seorang tuan muda yang mengerikan seperti Nelvan. “Nona Linda,” panggil Hans, Linda menoleh. Hans berlari kecil untuk menghampiri Linda, “Bisa aku meminta nomor ponselmu agar aku bisa mengabarimu kapan besok kamu akan datang.” ucap Hans yang sudah mengulurkan ponsel untuk Linda. “Tentu,” Linda lalu menerima ponsel lelaki itu dan menyalin nomor ponselnya di sana. Lelaki itu lantas menatap Linda. “Apa kamu gugup?” tanya Hans, Linda mengangguk sambil memberikan ponsel Hans kembali, Hans tersenyum lantas keduanya berjalan menuju gerbang, “Tuan muda memang seperti itu, jadi tidak perlu takut, sebenarnya dia orang yang baik hanya saja sejak mengalami masalah beberapa bulan lalu dia menjadi orang yang pemarah, aku harap kamu bisa tahan dengan sifatnya saat memulai pekerjaanmu besok pagi.” kata Hans. Linda berhenti melangkah, ia mendongak menatap Hans yang lebih tinggi darinya, “Apa aku akan mati jika bekerja di rumah itu? Aku dengar sudah ada beberapa maid yang pernah bekerja untuk Tuan muda Xander, tapi mereka tidak pernah bertahan selama satu bulan. Jika aku bekerja di sana aku tidak akan mati ‘kan? Aku masih punya seorang adik yang harus aku biayai.” ucap Linda, sedikit menahan takut. Hans terkekeh geli, “Tenang saja, jika Tuan muda berani membunuhmu aku akan berusaha untuk memihakmu.” jawabnya. “Aku tidak percaya, kau bekerja untuknya kau pasti juga memihaknya.” sahut Linda. Hans semakin tertawa geli hingga Mia memanggil. “LINDA!” Mia melambaikan tangan. “Sahabatku sudah menunggu jadi aku permisi.” pamit Linda. “Jangan lupa untuk datang besok pagi, aku akan menghubungimu!” sahut Hans, Linda hanya mengangguk mengiyakan sebelum berlari menghampiri Mia dan kedua gadis itu pun keluar dari pekarangan luas milik Nelvan. “Gadis yang malang, semoga kamu bisa bertahan dengan sifat pemarah Nelvan.” gumam Hans lalu ia pun kembali ke mansion. "Bagaimana?" tanya Mia. "Dia terlihat menakutkan, wajahnya sangat dingin seolah aku berada di dalam freezer saat menatapnya." jawab Linda. "Tapi beruntunglah kamu, dari puluhan orang yang mendaftar, hanya kamu satu-satunya yang dia pilih. Saat ini kita belum tau seperti apa sosok tuan Xander. Mungkin saja dia seperti itu hanya untuk orang baru dan jika kamu sudah mengenal beliau, kamu akan tau sifat aslinya bagaimana." kata Mia menuturkan. Linda menghela nafas rendah. Ia akan berusaha untuk bertahan bekerja di rumah Nelvan, adik Linda butuh uang untuk biaya sekolah. Jika ia tidak bekerja, dari mana Linda mendapat uang untuk adiknya?. Kedua gadis itu kembali ke rumah Linda, saat itu adik Linda belum pulang karena kepulangan Adik Linda selalu malam hari. Mia berbaring di kamar Linda sembari bermain ponsel. “Jarang sekali aku bisa bersantai seperti ini.” Ucap Mia. Linda menoleh. “Kau tidak mencari kerja?” sambil menyusul Mia, duduk di samping Mia yang sedang berbaring tengkurap. “Kau tau restoran kue yang di tepi sungai? Aku bekerja di sana, hari ini aku meminta libur untuk bisa melihat luasnya si pangeran disney yang sangat dingin itu. sayang sekali aku tidak di terima.” Mia pun meletakkan ponsel, bergerak duduk menghadap Linda. “Kenapa aku merasa ragu untuk bekerja di sana?” “Apa yang kamu ragukan? Dia bilang akan menaikkan gaji kita, itu artinya tahun ini kamu bisa membayar uang sekolah Allexin yang tidak sedikit itu.” Ucap Mia. Linda terdiam, Mia benar. Lagi-lagi Linda kembali berpikir jika ia mencari uang ntuk menghidupi adiknya. Semoga saja pekerjaan sebagai Maid adalah tempat yang cocok untu Linda.. ___ Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN