PAHLAWAN

1359 Kata
Di lapangan. Di bawah terik matahari yang super duper panas menyengat. Alea menuju ke lapangan dan memulai hukumannya. Dia sangat sial hari ini. Ketika putaran ke tujuh, ia mulai merasakan pusing yang amat kentara. Ia memegangi kepalanya dan berikutnya hanya gelap yang ia lihat. ** “Ergg-- Hmm-- Sakit!” gumam Alea sambil memegangi kepalanya dan berusaha membuka mata. “Lea dimana? Lea siapa? Lea kenapa?” ucapnya bermonolog. “Udah bangun?” tanya Rani, petugas PMR yang sedang berjaga di UKS. “Kakak rabun?” tanya Alea polos. Mendengar itu, sontak Rani menggeleng lalu berkata, “Kenapa lo nanya gitu?” “Kalo gak rabun, kenapa tadi nanya?” Rani terdiam lalu menggaruk tengkuknya, “Basa basi doang, hehe.” ucap Rani. “Ohh, Iya kak sudah. Lea udah bangun.” ucap Alea. ‘Telat!’ batin Rani geram. “Oh, baguslah.” ucap Rani.  “Eh, mau nanya, kak. Yang bawa Lea ke sini, siapa ya kak?" tanya Alea bingung karena setaunya ia tadi di lapangan. “Eh, gue gak tau namanya.” jawab Rani. Dan Alea ber"oh"ria. “Eh! Itu orang yang bawa lo tadi.” ucap Rani. Sambil menunjuk seorang siswa di lapangan sekolah. “WHAT! Beneran yang itu kak?" ucap Alea berbinar. “Iya,” jawab Rani. “Kakak murid baru ya?” tanya Alea. “Eh! Iya, kok lo tau? Cenayang ya? Gue baru tiga hari sekolah disini," jawab Rani sambil terkekeh. “Lea tau karena kakak gak tau sama cowok itu! Padahal kan, seantoro sekolah tau sama dia, sampe sekolah lain pun tau.” ucap Alea menggebu-gebu. “Oh, gitu.” ucap Rani. “Oke makasih kak atas bantuannya tadi. Alea permisi mau masuk kelas dulu ya kak." ucap Alea sopan. “Iya.” ** Dalam perjalanan menuju kelas, Alea tak henti-hentinya bermonolog dan tersenyum lebar. “Masya Allah. Mimpi apa Lea semalem? Kok bisa diangkat sama dia? Huaa Bunda, Alea seneng banget.” gumam Alea sambil berjalan menuju kelasnya. Setibanya di kelas. “Assalamualaikum temen temen,” ucap Alea sambil menirukan gaya salam ala Ricis. “Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh,” jawab seisi kelas serempak. Lalu Alea langsung duduk dibangkunya sembari tersenyum lebar. “Eh kenapa lo? Kesambet jin kah?" tanya Anggi. “No! Lea lagi seneng banget.” jawab Alea ceria. “Kenapa?” kini Aldi yang bertanya. “Alea tadi ditolongin kakak kelas pas pingsan di lapangan,” jawab Alea angkuh. “APA? PINGSAN!?" ketiga sahabatnya serempak berteriak. “Eh selo ae napa!” sewot Alea. “Lo gak papa kan, Al? Mana yang sakit? Tangan? Kaki? Kepala?" tanya Aldi khawatir. “Alea udah gak papa kok, udah mendingan.” ucap Alea. Jawaban Alea membuat Aldi menghembuskan nafas lega. Entah kenapa dia sekhawatir itu dengannya. “Terus siapa yang ngangkat lo pas pingsan?” tanya Angga. “Ka---,” ucap Alea namun terpotong karena guru Fisika telah memasuki kelasnya. ** Tring... Tring... Tring... Bel pulang sekolah berbunyi. Bel yang ditunggu oleh siswa-siswi SMA GARUDA atau mungkin seluruh sekolahan. Banyak murid dan guru yang telah beranjak untuk pulang. Parkir yang sesak akibat banyaknya manusia yang ingin mengeluarkan motor atau pun mobilnya. Di lain tempat, tepatnya di kelas X ipa 4. Terdapat empat orang yang belum beranjak dari kursi mereka. “Lo harus jelasin sama kita! Siapa yang angkat lo pas pingsan tadi?” desak Anggi membara. “Kok kepo banget Gi? Ngalahin ibu-ibu komplek,” ucap Alea terkekeh. “Buruan siapa orangnya, ih?!” ucap Anggi kesal. “Emang siapa yang mau ngangkat lu? Muka jelek kek gitu mana ada yang kasian.” cemooh Angga sambil terkekeh. “Ihh--- Lea cantik ya, hellooo.” sahut Alea tak terima. “Ya gak kakak Aldi,” lanjut Alea sambil memberikan kedipan genit ke Aldi. “Idih apaan lo manggil gue kakak, kagak sudi gue. Lagian bener tuh kata Angga! lo kan jelek mana ada yang mau, huh!” sewot Aldi. “Ish--- Kalian jahat. Lea yang cantik, baik hati, sholehah, dan rajin menabung, masa kalian ejek sih?” rajuk Alea. “Aelah lo, gitu aja baper. Buruan gue udah kepo banget, siapa yang udah ngangkat lo?” desak Anggi lagi. “Hm Iya tuh, coba lo panggil aja gue pas mau pingsan! Kan gue bisa ngangkatin lo ke UKS,” ucap Angga angkuh. “Gila amat si Angga, masa iya Lea mesti ngomong dulu baru pingsan,” ucap Alea sambil memutar bola matanya jengah. “Iya, kalo aja lo sempet gitu. Biar gue bisa jadi pahlawan lo dan buat cewek-cewek makin klepek-klepek sama gue.” ucap Angga bangga. “Idih gak pantes banget Angga jadi pahlawan, yang ada pahlawan curut. Kamu kan temenan tuh sama si curut.” sinis Alea. “Jahat amat lo bocah! Eh tapi itu pake aku-kamu kok berasa lagi pacaran ya.” sahut Angga sambil memukul punggung Alea kuat. Dan diakhiri kekehan. “Uhuk! Ya Allah, sakit GAAA---” teriak Alea sambil memukul tangan Angga. Sedangkan di sebelah mereka, ada dua makhluk yang sejak tadi dikacangi plus diangguri.  “Udah dramanya?” tanya Anggi sambil melipat kedua tangan nya di depan d**a, Aldi pun sama seperti Anggi. “Oke oke! Kepo amat sih. Sebenernya yang ngangkat Alea itu kak---- KEVIN!” ucap Alea bangga. Krik... Krik... Krik... “Kevin mana sih? Disini kevin itu banyak bukan cuma satu,” ucap Anggi sengit. “Kevin Adi Pratama, puas kalian!” ketus Alea. “WHAT! GILA! YANG BENER LO? KAK KEVIN NGANGKAT LO? LO GAK HALU, KAN?” histeris Anggi dengan menguncang bahu Alea. “Iya, kak Kevin yang ngangkat Lea. Untung Lea gak berat, jadi dia gak kesusahaan deh ngangkat Lea,” ucap Alea bangga sambil menepuk-nepukan tangan kanannya di d**a. Sombong, bukan? “Badan tepos kek gitu mana ada beratnya lah. Sekilo aja kagak nyampe!” ucap Aldi sembari menaikkan sudut bibir kirinya. “Eh hellooo--- Lea gak tepos! Tapi sekseh menggoda iman. Dan apa tadi kata kamu, Al? Berat badan Lea gak nyampe sekilo!? Kamu pikir Lea bayi, hah! Berat badan Lea itu empat puluh sembilan kilo dan tinggi Lea seratus enam puluh sentimeter!” ucap Alea marah. “Gak nanya tuh.” ucap Aldi santai, yang membuat Alea semakin naik pitam. “Hufhh--- Hahahah seksi kata lo, Pretttt!” ucap Angga tertawa terbahak-bahak. “Bodo ah! Lea mau pulang aja, Bye!” ketus Lea merajuk, lalu melenggang pergi menjauh dari ketiga sahabatnya itu. “Eh! ALEA TUNGGU!” teriak Anggi lalu menyusul Alea, dan disusul oleh Angga dan Aldi. Di koridor sekolah, Alea dan ketiga sahabatnya berjalan menuju parkiran. “Aldi, Lea nebeng, ya! Ya? Ya? Ya? Yaa?!” ucap Alea memelas dengan puppy eyes nya. “Hm.” jawab Aldi singkat lalu memakai helm full face dan menaiki motor sport nya. “Yes, Makasih babe.” ucap Alea lalu menaiki motor Aldi. Tanpa disadarinya, Aldi tersenyum dibalik helm full face nya. Alea melingkarkan tangannya dipinggang Aldi dan menempelkan pipinya dipunggung tegap sang sahabat. “Modus amat lo!” ucap Aldi sok ketus. “Serah Alea lah. Cepetan berangkat ih-- Lea udah gerah nih! Mau mandi!” ucap Alea. Aldi pun tak menyahut lagi, ia menghidupkan motornya. Lalu pergi dari parkiran sekolah. Setibanya di Rumah. “Makasih ya Aldi, zheyeng.” ucap Alea sambil terkekeh karena geli sendiri akibat panggilannya untuk Aldi yang notebene-nya, sahabatnya. "Sama-sama. Gue pulang, ya! Jangan lupa titipin salam buat om sama tante, Bye." ucap Aldi lalu pergi dari pekarangan rumah Alea. Setelah dipastikan Aldi telah pulang. Alea beranjak masuk ke rumahnya. “Assalamualaikum Bunda, Ayah.” salam Alea ketika baru saja memasuki rumahnya. “Wa'alaikumsalam,” sahut kedua orang tuanya. “Bun, Yah, tadi ada salam dari Aldi." ucap Alea. “Wa'alaikumsalam, salam balik. Adek mau makan apa?" tanya Kinan. “Nggak usah deh Bun, Lea udah makan tadi. Lea mau ke kamar dulu, mau mandi." ucap Alea sambil menaiki tangga. “Oh yaudah,” sahut Kinan sambil kembali duduk di samping suaminya. Di kamar. Setelah mandi Alea langsung tiduran di kasur Queen size-nya. Senyam-senyum tak jelas sambil memperhatikan ponselnya. “Aylopyu beb.” ucap Alea sambil memperhatikan foto Kevin diponselnya itu.   “Semoga mimpi indah pangerannya Lea.” ucap Alea sambil menciumi foto Kevin berkali-kali. Lalu terlelap ke alam bawah sadarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN