Prolog

512 Kata
*** *** Di aula, seorang pria berpakaian formal berdiri di atas altar. Rahangnya tertutup erat, menunjukkan emosi yang memenuhi jiwanya. Namanya Axel Beatrice Addison, usianya 27 tahun. Di atas altar itulah dia akan melangsungkan pemberkatan pernikahan dengan gadis yang dicintainya. Namun, sayangnya gadis itu telah pergi, diculik oleh pria lain. Axel marah, merasa dikhianati, dan dipermalukan oleh calon pengantinnya. Dengan pandangan tajam, Axel melihat seorang gadis lain berdiri di dekat orang tuanya. Gadis itu adalah kembaran calon pengantinnya yang kabur. "Aku ingin Clarissa menjadi pengantinku," ucap Axel tanpa ragu, membuat aula senyap dan semua mata tertuju padanya. "Aku tidak akan mengabulkan permintaanmu, Axel!" ucap pria paruh baya itu dengan tatapan tajam. Dia adalah Morgan Grey Blaxton, ayah kandung Clarissa Leonara Blaxton, gadis berusia 21 tahun yang diinginkan oleh Axel. Saat Axel hendak berbicara, tiba-tiba Clarissa membuka suara, "Tidak apa-apa, aku akan menggantikan posisi Caroline," ucapnya gemetar. Dia sadar keputusannya salah, tetapi demi nama baik keluarga dan kebahagiaan saudari kembarnya, Clarissa bersedia berkorban. Morgan memandang putrinya dengan penuh makna. "Clarissa...," gelengan pelan menandakan ketidaksetujuannya terhadap keputusan putrinya. Clarissa melangkah mendekati ayahnya, berdiri di depan pria paruh baya itu. Dengan senyum di wajahnya, ia mendongak, "Tidak apa, Dad, biar aku yang menggantikan Caroline. Aku siap menikah dengan Axel," ucapnya. Morgan menelan ludah, menatap putrinya dengan tatapan nanar. Di sana, Axel tersenyum puas dengan senyum khasnya. Ia merasa sangat puas mendengar keputusan Clarissa. Gadis cantik itu tak membuatnya kesulitan. Malah, keinginannya dikabulkan dengan mudah oleh Clarissa. °°° Beberapa saat kemudian… "Aku kira kau akan menolak permintaanku, Clarissa," kata Axel sambil berdiri di belakang Clarissa. Ia memperhatikan punggung gadis tersebut sebelum melirik ke cermin, melihat pantulan wajah cantik Clarissa di sana. Clarissa menghela nafas, bangkit dari duduknya. Ia memutar tubuh dan menatap Axel sejenak sebelum dengan langkah pelan berhenti di hadapan pria yang akan menjadi suaminya. Clarissa menatap Axel dengan berani, "Aku hanya tidak ingin mempermalukan keluargaku dan ingin membebaskan saudari kembarku. Lebih baik dia pergi dengan pria yang dicintainya daripada terjerat bersamamu, bukan?" ucap Clarissa. Mendengar kata-kata Clarissa, Axel menatapnya tajam. "Apa kau bersekongkol dengan kembaranmu?" ucap Axel sambil mengapit pipi Clarissa dengan tangan kanannya, menekan dengan kuat. “Jika kecurigaanku benar, kau akan menanggung akibatnya! Aku tak main-main, Clarissa!” geram Axel. Clarissa menghentak tangan Axel di pipinya, kemudian mundur selangkah untuk menjauh dari pria itu. “Kalau aku bersekongkol dengan Caroline, kenapa aku masih di sini sampai sekarang!” tegas Clarissa. Axel terkekeh pelan. “Mungkin saja itu rencanamu. Atau mungkin, kau malah suka padaku? Apa benar begitu?” ucap Axel penuh percaya diri. Clarissa mengangkat alisnya dengan ekspresi tidak percaya pada Axel. “Kau terlalu yakin, Axel. Aku tak akan pernah mencintaimu, bahkan sampai mati!” “Oh ya?” Axel mendekat, merengkuh pinggang ramping Clarissa. “Yakin? Bagaimana jika sebaliknya terjadi? Kau akan mati karena mencintaiku?” Clarissa terdiam, menatap wajah Axel dengan intensitas. Tangannya menempel di d**a Axel, mencoba menjaga jarak. “Sebelum kau mati, aku akan menunjukkan padamu bagaimana rasanya hidup di neraka. Pernikahan ini akan membuatmu seperti hidup di neraka, Clarissa Leonara Blaxton!” Deg! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN