Chap 1

1391 Kata
Dimalam yang terang benderang, deru hiruk pikuk kendaraan lalu lalang, di tengah pusat kuliner malam mewah bagi anak kos untuk menjajal makanan tanpa harus takut kantong jebol sebelum akhir bulan, seorang wanita berstatus mahasiswi sedang asyik duduk dibangku memainkan smartphone dengan tali headset bergelantungan di kuping kanan kirinya, tak lupa masker yang sengaja ditarik kebawah dagu yang akan dia pakai jika hendak menyebrang jalan untuk menghindari debu. Menggunakan sweater cowl neck over size warna abu dan celana jeans hitam serta sepatu kets lusuh berwarna putih. Rambut coklat-hasil salon- bergelombangnya terurai hingga ke bahu. Sambil memakan permen karet menunggu antrian panjang pesanan martabaknya jadi. Tepukan pelan di tangannya mengalihkan sejenak ia dari dunia maya. Seketika dia mendongak, menatap abang penjual martabak berdiri didepannya, "Pesanannya udah siap neng, martabak coklat keju satu." "Oh... Udah siap, ya. Berapa bang?" "Dua puluh ribu neng." Setelah memberikan uang pas, menyimpan kembali smartphone serta headset kedalam sling bag kesayangnnya, ia langsung mengenakan kembali masker dan berjalan santai sambil menikmati ramainya malam. Leher yang tertutup oleh sweater nya menjadikan tubuhnya sedikit terhindar dari dinginnya angin malam. Dia biasa dipanggil Sarah Annika, mahasiswi tingkat akhir yang sedang menikmati waktu santai kuliahnya yang hanya menyisakan skripsi yang harus ia selesaikan. Sarah sedang cari angin, mengalihkan kepenatannya dengan jalan-jalan santai di dekat kosannya yang memang letaknya masih di sekitaran kampus. Sarah merantau ke Jakarta. Meninggalkan keluarga dan kampung halaman tercinta demi pendidikan. "Sa!!!" Hampir saja martabak kesayangnnya terbang karna kaget oleh tepukan keras dipunggung serta pekikan yang memanggil namanya. "Gila lu ye Nita, hampir copot jantung gue, santai aja napa manggilnya?!" Geram Sarah. Anita. Teman satu fakultas Sarah. Bersahabat sejak awal semester karena satu kelas, sifatnya kadang sedikit annoying alias menyebalkan tapi sangat setia kawan. Yang kadang ingin Sarah sleding saking rese nya. "Lo aja yang gak denger gue panggil. Gue udah teriak-teriak manggil lo dari ujung sana, ya, lo melengos aja gitu lewat depan gue, gimana gue gak esmosi!" Yang nyatanya dia memanggil dengan bisik-bisik. Sengaja. "Emosi jaenap!" "Nah iya itu. hehe." "Nyengir lagi lo! Sampe gue jantungan, gue tuntut lo!" "Dih, gak jantungan ini." Sarah berdecak malas menanggapi sahabatnya itu. "So.. kenapa?" Tanyanya. Bertambah sebal melihat Anita dengan memasang tampang watados yang menggerak-gerakkan tangan Sarah seperti anak kecil minta dijajanin. "Gue cuma mo nyapa lo aja!" "Elaaah... kirain apaan, kangen lo? Baru juga tadi ketemu gue." Katanya sambil melepas tangan Anita lalu menyilangkan kedua tangan didepan dadaa. Spontan Anita memeluk Sarah posesif. "Iyaaah... kangen gue! Uugh!" Ujarnya gemas. Sarah benar-benar dibuat risih. Masalahnya mereka di pinggir jalan. Jalanan sedang macet. Keadaan sedang sangat ramai. Mereka sekarang jadi bahan tontonan orang-orang. Sarah sedang tidak mood untuk itu. Sarahpun spontan menggeliat. "Dih! Gak penting banget, tiap hari gue ketemu lo dikampus. Bosen gue liat muka lo. Dah sono balik, dicariin emak lo entar!" melepas paksa pelukan Anita. "Gitu amat sih Sa!" Muka Anita dibuat cemberut, tapi hanya sesaat. "Ya udah deh gue balik, ya, bye, Sarah!" Anita pun melambaikan tangan dengan memasang seringai centilnya. Sarah tak membalas. Hanya berdiri melihat kemana arah Anita pergi. Dia hafal betul karakter sahabatnya yang satu ini. Meski sikap hiperaktifnya saat bersama Sarah kadang membuat sakit kepala, nyatanya persahabatan mereka langgeng dari jaman maba hingga sekarang sedang skripsian. Anita langsung ngacir ketempat semula, Sarah hanya geleng-geleng melihat kelakuan sahabatnya yang satu itu. Dari tempatnya berdiri, Sarah dapat melihat Anita menghampiri Faiz, sepupu Anita, didepan warung bakso langganan mereka yang tadi sempat dilewati Sarah. Sarah melambaikan tangan membals sapaan Faiz dari kejauhan. Lalu kembali beranjak. Sarah mengambil ancang-ancang untuk menyeberang jalan, kosannya terletak dilorong seberang jalan. Sarah memperhatikan ke arah kanan dan kirinya, dijalan ramai kendaraan motor dan mobil, dikarenakan banyaknya kendaraan yang terparkir di bahu jalan sehingga lalu lintas sedikit macet dan laju kendaraan menjadi lamban. Sarah mulai melangkahkan kakinya ke tengah jalan, sampai didepannya berhenti sebuah mobil sedan mengkilap yang sedang terkena kemacetan. Dari luar Sarah bisa melihat seorang pria yang terlihat memakai jas lengkap sedang menunduk. Pancaran sinar dari benda yang dipegangnya memantul kewajah pria itu. Karena macet tak kunjung terurai, tanpa sadar Sarah memaku dipijakan. Memperhatikan pria itu. Lantas si pria mendongak melihat kedepan mungkin menyadari mobilnya berhenti pikir Sarah. Lalu ia melihat keluar, dan pandangan merekapun saling bertemu. Mereka bertukar pandang. Hingga beberapa saat kemudian mobil itu pun bergerak beranjak pergi dengan pelan. Sarah pun akhirnya berhasil menyeberangi jalan setelah tersadar dari seruan kelakson yang tiba-tiba bersahutan. Malam ini jalanan sangat padat. Dalam menyusuri lorong ke kosannya, Sarah tebayang akan pria yang berada didalam mobil tadi. Bagaimana tidak, mata tajam pria itu yang meski tatapannya tampak dingin namun sangat indah bagi Sarah. Tidak ada jejak senyum bahkan keramahan diwajahnya. Hanya pandangan datar. Wajah bersih tanpa bulu-bulu namum memiliki rahang yang tampak tegas, hidungnya mancung sempurna, dagunya yang samar nampak terbelah terlihat pas dengan wajah, serta bibirnya yang, aaw... Sekseeh. ASTAGA! Benar-benar pahatan sempurna dewa yunani yang nyasar ke bumi! Bisa-bisanya Sarah memperhatikan orang sedetail itu ditengah kemacetan. Tapi mau bagaimana lagi, rejeki mata kata Sarah. Tapi Sarah tidak memikirkan lebih lanjut, dia hanya syok bisa melihat pria setampan itu di depan mata. Tidak berpikir lebih apalagi memikirkan apakah pria itu mungkin tertarik padanya? Tidak.. tidak.. tidak.. Sarah tak se halu itu. Sarah selalunya berpikir realistis. Di Kota besar seperti ini, bukan hal mustahil untuk bertemu dengan makhluk berjenis kelamin pria yang sialnya sangat tampan seperti dewa yunani begitu. Namun, tak bisa Sarah pungkiri, wajah lelaki tadi membekas dalam pikiran nya. Akhirnya sampai juga Sarah didepan kosannya yang berlantai dua, memilih kamar yang berada dilantai bawah karena dia tak mau repot naik turun tangga, dia lebih suka hidup simple, sesimple pemikirannya. Bahkan Sarah tidak pernah pindah kosan sejak awal. Kosan Sarah adalah kosan khusus wanita. Lantai satunya terdiri dari sepuluh kamar, dengan lima kamar saling berhadapan. Sehingga membentuk lorong hingga ke ujung. Begitu juga untuk lantai dua diatas. Di bagian depan terdapat ruang tamu untuk tamu juga ada toilet didekatnya. Karena memang tamu pria selain keluarga inti dari penghuni kosan dilarang masuk kamar. Diujung lorong terdapat ruangan dapur khusus anak kos yang ingin memasak. Pada jam sebelas malam pintu teralis didepan lorong serta pagar kosan akan dikunci. Sarah membuka kunci pintu kamarnya lalu membuka pintunya, tak lupa dia menguncinya lagi dari dalam. Sarah duduk selonjoran diatas karpet seraya membuka masker serta tas sling bagnya dan meletakkan martabaknya diatas meja multifungsinya, karena meja itu adalah satu-satunya meja yang dia punya. Lalu didepannya terdapat tv LED 32 inch yang menggantung didinding kamar. Meraih remot tv dan menyalakannya. Jam masih menunjukkan pukul delapan malam. Sarah membuka sweater nya, menyisakan tank top hitam yang membungkus tubuh rampingnya. Lalu dia membuka bungkus martabak coklat keju kesukaannya. Sambil mencomot martabak yang ternyata masih panas, Sarah meniup-niup potongan martabak yang ada ditangan kanan, tangan kirinya meraih smartphone yang masih berada didalam sling bag. Sarah menggulir-gulir ruang Watsapp, banyak pesan masuk dari beberapa group serta temannya. Dia membuka pesan dari group kelas kampusnya, undangan untuk 'menghadiri kuliah umum.' Sarah kurang tertarik, tapi dia tertarik membaca percakapan dalam group tersebut. Tisya: Gillss.. klu ini mah gue harus dateng! Ajeng: Ini pematerinya si Rendra yang itu ya, yang katanya CEO muda sukses tampan nan rupawan pemilik R.A Group? Lita: Harus dateng ini woy, rugi banget sih klu sampe ga dateng! Lita si pecinta novel romansa tak mau ketinggalan dengan kehebohan di dalam group mereka. Lita: Iya Jeng, yang itu. Balas Lita menjawab pertanyaan Ajeng. Deri: Ini cewek-cewek timbang cowok ganteng aja kuat banget sinyalnya, giliran tugas kelompok aja batre low. Hih! tak pintes kalian ya! Sarah tertawa membaca balasan Deri. Setelah membaca banyaknya balasan digroup kelasnya mengenai kuliah umum tersebut, Sarah jadi merasa tertarik. Mungkin dia akan mempertimbangkan kehadirannya minggu depan. Penasaran juga, sampai-sampai groupnya heboh, yang membuat notifikasi smartphonenya tak henti-hentinya berbunyi. Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang kegiatannya full hanya terkonsentrasi pada skripsi, tentu rasanya malas untuk ikut hadir. Namun untuk kali ini tidak masalah. Sarah juga butuh refreshing. Itung-itung nambah ilmu. Akhirnya Sarahpun bergabung dalam obrolan tersebut. Sarah: Guys.. minggu depan datengnya bareng yaa. Tisya: Iyaa guys, kita datengnya bareng aja biar seruu! Setelah membaca balasan dari Tisya, Sarah menelungkupkan smartphonenya diatas meja. Sarah melajutkan memakan martabak sambil nonton drama korea disaluran tv kabel yang disediakan kosannya. Mengabaikan bunyi notifikasi yang terus bersahutan. Hah.. malam ini Sarah mau bobo cantik aja tanpa memikirkan skripsi. ___________________________ Cek angin gelombang pasang surut hihii ? Moga suka.... Happy reading.... Piss love en gaul... Wkwkwkwk
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN