Perasaan Violet mengandung anak Vir

2002 Kata
"Sebenarnya apa penyebab Violet ada disini?" Gumamnya dengan pandangan yang masih tertuju pada mereka disana. "Apa kau mengenal Violet?" Pertanyaan dari seseorang yang ternyata sudah berdiri di belakangnya membuat Ayu langsung terdiam. Penasaran, ia menoleh ke arah seseorang itu yang ternyata adalah sang asisten Tuan Muda Vir, yaitu Rendra. Lelaki dengan baju jas rompi berwarna abu-abu menghadap ke arah Ayu. "Kamu mengenal Violet?" Tanya Rendra lagi. Ayu tertegun. Ia bingung harus menjawab apa, Karena pada dasarnya dirinya juga tidak begitu mengetahui siapa violet. Sebenarnya waktu itu dirinya hanya menolong violet yang dikejar oleh seseorang di pasar. "Ayu? Kau mendengarku?" Ayu tersadar Ia langsung berusaha sebisa mungkin tetap tenang dan tidak gugup untuk berbicara kepada Rendra. "Em ... Begini--" "Ayu ... " tiba-tiba saja panggilan dari nyonya Qiana membuat Ayu pun langsung menoleh ke arah sana. Dengan cepat Ia pun menjawab panggilan tersebut. "Iya Nyonya ..." Pandangannya tertuju kembali ke arah Rendra. "Maaf. Nyonya Qiana memanggil saya. Permisi," ucapnya yang langsung berbalik dan cepat-cepat menuju ke arah Qiana. Sementara Rendra yang masih berdiri di sana memperhatikan Ayu yang sudah berjalan menuju ke arah mereka, ia sedikit curiga pada gadis pelayan itu, sepertinya ia mengetahui sesuatu tentang Violet. Rendra menggeleng, lalu ia berjalan menuju ke arah tuan muda Vir. Ayu yang berdiri tepat di dekat Qiana sambil tersenyum. "Iya, Ada apa Nyonya?" "Tolong kamu antarkan dia ke kamar dekat dengan kamar Vir." "Baik, Nyonya," jawab Ayu dengan senyuman tipis. Violet yang mendengar percakapan antara Qiaan dan Ayu membuat dirinya pun sangat mengerti dan paham betul itu adalah suara Ayu yang pernah menolong dirinya saat dipasar dan cucu dari nenek Aya. Ada rasa sedikit lega di hati Violet ketika mendengar suara Ayu. "Violet, ini Ayu dia pelayan di sini dan kamu kalau meminta sesuatu tinggal panggil dia saja ya." ucapkan yang menjelaskan pada Violet dan dibalas anggukan kecil dengan senyuman manis di wajahnya. "Sekarang tugasku sudah selesai kan, Ma. Kalau gitu aku langsung ke kamar kamu," ucapnya yang hendak melangkahkan kakinya namun dengan cepat dicegah oleh sang mama. "Tunggu, Dulu Vir. Kita harus segera membicarakan ke depannya akan seperti apa tentang hubungan kamu dan Violet." Ucapan dari Qiana jelas membuat Violet dan Ayu terkejut. Apa maksud dan tujuan yang diucapkan oleh wanita itu terlebih lagi Ayu yang tidak mau tahu apapuu. 'Ini Sebenarnya ada apa? Apakah Violet memiliki hubungan khusus dengan Tuan muda Vir?' batin Ayu. Veer menghela nafasnya sambil memutar kedua bola matanya jengah. Ia melihat ke arah sang mama. "Ma, ini sudah malam, bisa membahasnya besok. Memang tidak ada hari lain untuk membahas hal ini." "Iya, Mama tau Vir. Tapi--" Belum sempat Qiana menyelesaikan ucapannya namun anaknya itu segera berbalik dan langsung menaiki tangga menuju ke arah kamarnya Yang satu lantai bersama dengan kamar Violet. Jelas hal tersebut hanya bisa membuat Qiana menghelah napasnya dengan menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya tersebut. "Em, kalau begitu saya permisi, nyonya ingin mengatakan Nona Violet ke kamarnya." Ucap Ayu dengan nada sopan via langsung dianggukan oleh Qiana. Perlahan Ayu memegangnya tangan Violet dan mereka menaiki tangga untuk menuju kamar violet yang berdekatan dengan kamar Veer. setelah mereka sampai di sana, Ayu langsung mendudukkan Violet di kasur. "Ayu, apa itu benar kamu?" Tanya Violet pada gadis yang menggunakan baju pelayan dan rambut diikat satu itu. Ayu terdiam sejenak, dia melihat ke arah pintu kamar itu yang masih terbuka dan langsung melirik kembali ke arah Violet. "Iya ini aku. tadi nenekku menelpon aku kalau kamu Tengah dikejar oleh sekelompok orang dan nenek menyuruh kamu untuk pergi dari rumah, bahkan sampai sekarang kamu belum pulang tapi aku benar-benar terkejut ketika melihat kamu ada di sini." Jawabnya dengan mempelankan volume suaranya. Violet berkerut kalis ketika mendengar nada bicara Ayu yang sedikit kecil. "Kenapa kok mempelankan volume suaramu?" "Violet mereka semua tidak tahu kalau kita saling kenal. Jadi aku harap kita pura-pura tidak mengenal satu sama lain sebelumnya. Aku bekerja di sini sebagai pelayan. Aku hanya tidak mau jika mereka tahu kita saling mengenal maka akan menanyakan sesuatu hal yang membuat kita sama-sama bingung akan menjawab apa." viyolet mengangguk kecil menyetujui ucapan yang dilontarkan oleh Ayu karena dirinya juga tidak mau jika hal yang terjadi padanya ini menimpa Ayu dan juga nenek Aya nantinya. Karena bagaimanapun mereka berdua yang telah menolongnya dari kejaran bibinya dan juga menghindar dari kejaran anak Jason. "Lalu, Sebenarnya apa yang membuatmu bisa sampai ke rumah ini? Apa jangan-jangan seseorang yang mengejarmu itu adalah anak buah dari tuan muda Vir?" Violet menggeleng. "Bukan. Bukan mereka yang mengejarku. Sekelompok orang yang mengejarku adalah yang sama di pasar waktu itu. Hingga akhirnya kau menolongku." Jelasnya. "Baik, aku paham. tapi mengapa Kau bisa berurusan dengan tuan muda Vir?" Violet terdiam. Ia menghelah nafasnya dengan memegang kedua tangannya. Karena dirinya tidak mungkin bercerita pada Ayu kalau ia pernah tidur dengan Vir hingga mengakibatkan sekarang dirinya hamil anak Veer yang usianya sudah menginjak 25 hari. Melihat violet yang hanya terdiam dengan raut wajah gelisah membuat Ayu pun menyentuh pundaknya dengan lembut. "Violet, kau kenapa? Cerita saja padaku apa yang terjadi sebenarnya." Violet berusaha sebisa mungkin untuk tetap tenang ia memberikan senyuman tipis dan berbicara kepada Ayu. "Tidak. aku tidak apa-apa dan maaf untuk hal ini aku tidak bisa menceritakan kepadamu." Ayu melepaskan sentuhan di pundak Violet, ia tersenyum tipis dengan anggukan kecil, paham akan apa yang diucapkan oleh violet membuat dirinya pun tidak mau memaksanya. "Baik, aku paham jika kau tidak ingin menceritakannya sekarang tidak apa-apa, aku mengerti apa yang kau rasakan." "Terimakasih, Ayu. dan sampaikan juga salamku kepada nenek Aya. aku juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepadanya karena selama ini dia juga banyak membantuku sama seperti dirimu." "Iya, nanti aku akan menelpon nenek dan memberitahu bahwa kau baik-baik saja di sini jadi nenek tidak perlu khawatir lagi." Ucapnya yang dibalas violet dengan senyuman manis di wajah cantiknya. "Em, baiklah kalau begitu aku akan melanjutkan tugasku danJika menginginkan sesuatu panggil saja aku. Kamu bisa menggunakan handphone ini, yang di berikan oleh nyonya Qiana tadi. Di sini sudah terdapat nomorku dan nomor Tuan muda Vir. Jadi kau tinggal langsung menghubungi salah satu dari kami." "Em, tunggu dulu, Kenapa di ponsel ini ada nomor dia juga? Nanti kalau aku salah menghubunginya, bagaimana?" "Em ... aku juga tidak tahu, tetapi terdapat nomor kami berdua saja di ponsel ini." Violet terdiam, ia hanya bisa pasrah dan meletakkan ponsel itu tepat di dekatnya yang ditaruh di atas kasur. "Em, Ya sudah kalau begitu aku keluar dulu ya. Oh ya, ini ada baju tidur yang sudah disiapkan di atas kasur dan kamar mandinya ada tempat di posisi belakang dirimu. Em ... Apa aku perlu membantumu ke kamar mandi? " "Tidak usah, Ayu. Aku bisa sendiri, Terima kasih sudah memberitahuku." "Iya, satu lagi lemari pakaian ada tepat di sebelahnya. Ketika kau keluar dari pintu kamar mandi dan di sampingnya itu ada meja rias. Jika kau ingin berdandan kau bisa duduk disana." Ucapnya dianggukan oleh violet. "Ya sudah kalau begitu aku permisi selamat beristirahat ya violet." Ayu segera keluar dari kamar tersebut Lalu menutup pintu kamar itu dan kini violet sendirian di kamar itu masih duduk di atas kasur. Ia bingung, tetapi berada di tempat ini membuat ia bisa terhindar dari kejaran bibinya dan juga anak buah Jason dan lagi di sini juga ada Ayu yang akan membuat dirinya sedikit lebih tenang. "Jadi bagaimana, Dokter?" "Selamat ya saudari violet ini Tengah hamil dan perkirakan usia kandungannya menginjak 25 hari. Nanti ketika sudah memasuki 8 minggu atau setara dengan 60 hari. Dimohon untuk dicek kembali kandungannya." Mengingat perkataan yang dilontarkan oleh dokter di klinik tadi saat Veer membawanya ke sana sekalian untuk mengobati luka-lukanya membuat Violet hanya bisa mengerjapkan kedua matanya. Ia tidak menyangka bahwa kejadian malam itu membuat dirinya hamil anak Vir. Iya, lelaki dengan nama lengkap Avir Vedrick ini, semua sudah tahu kalau jadinya memang tinggal kejam dingin. Dan paling ditakuti oleh semua orang tetapi dirinya malah kini hamil anak dari lelaki itu. Perlahan violet mengusap perutnya yang sekarang ini terdapat manusia di dalam tubuhnya. 'Aku hamil. Tapi dari seorang lelaki yang ditakuti di negeri ini. Apakah setelah aku melahirkan mereka akan tetap menyuruhku untuk tetap tinggal di sini atau mereka hanya menginginkan anak ini saja?' batinnya. Violet bangkit dari posisinya, ia hendak menuju ke arah kamar mandi namun tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka hingga membuat dirinya pun menghentikan langkahnya. Seseorang masuk di sana dengan jelas violet mendengar derap langkah kaki orang itu. "Maaf, anda siapa?" Tanyanya. "Kau sendirian? Bukankah tadi ada Ayu yang menemanimu?" Ternyata dia adalah Vir. Violet pun menjawabnya dengan angkutan kepala tanpa perkataan sedikit pun. Vir hanya mendengus pelan, ia mengambil sebuah buku miliknya yang ternyata tertinggal di kamar Itu tepat di atas meja dekat dengan lampu tidur lalu dirinya langsung keluar dari kamar itu dengan menutup pintu tersebut. SeKetika itu pula violet langsung bernapas lega. Karena Veer telah keluar dari kamar ini. Karena tadi dia pikir veer akan sekamar dengan dirinya. "Huft ... lebih baik aku sekarang langsung mandi dan beristirahat." Monolognya melanjutkan langkahnya menuju ke arah kamar. **** Sementara itu, Qiana yang tengah berada di kamarnya berteleponan dengan adik dari suaminya yaitu Hendrik. "Jadi, sekarang Vir telah menemukan gadis itu?" "Iya. saat ini wanita itu sudah dibawa ke sini bahkan sudah menginap di rumah ini. Karena untuk hari ini dan seterusnya Vir memang harus cepat-cepat menikah dengan violet. Apalagi saat ini Violet tengah hamil anaknya." "Kak Qiana benar. Itu pernikahan segera dilaksanakan. Karena kalau tidak, mungkin saja Jane memiliki rencana yang lebih tepat untuk segera melangsungkan pernikahan Vikana dan kekasihnya." "Iya, maka dari itu kapan kau dan istriku punya waktu untuk membicarakan Hal ini karena lebih cepat lebih baik." "Em, baik nanti aku akan bicarakan juga pada istriku dan mungkin besok kita bisa langsung bertemu untuk membicarakan hal ini." "Baik, aku setuju dengan dirimu kalau begitu kita membicarakan dimana?" "Besok akan aku beritahu, Kak." Tak lama setelahnya mereka mengakhiri panggilan tersebut. Qiana segera meletakkan ponselnya tepat di atas meja kamarnya. Pandangannya tertuju kearah foto dirinya bersama sang suami yang masih terpajang di dinding kamarnya. Qiana memerhatikannya foto itu, semakin dalam ia memandang foto tersebut semakin kedua matanya berkaca-kaca sehingga butiran bening secara tak sengaja mulai jatuh membasahi pipinya. Dengan cepat, Qiana langsung menghapus butiran bening itu dan berusaha untuk sebisa mungkin tetap tenang. "Kalau saja kau dulu tidak berselingkuh dengan Jane. Asisten pribadimu Yang licik itu. Maka mungkin kehidupan kita tidak akan serumit ini." Monolognya. Sebenarnya Qiana sangat menyayangi suaminya, bahkan ketika suaminya kini telah tiadanya, ia masih tetap menyayangi walupun dia pernah dikhianati. Hingga pikirannya perlahan tertuju kembali ke masa lalu sekitar 21 tahun yang lalu. Saat itu Veer masih sekitar 5 tahun. Qiana sengaja datang untuk menemui suaminya di kantor bersama dengan Vir Seraya membawakan makanan kesukaan sang suami, dirinya memang tidak memberitahu dulu kepada suaminya karena ingin memberi kejutan. Tetapi bukannya dirinya yang memberi kejutan, malah Ia yang dikejutkan oleh suaminya dan melihat bahwa sang suami dengan Jane berduaan, bahkan b3rc*mb* mesra, yang kini menjadi istri kedua dari suaminya tersebut. Melihat pemandangan seperti itu jelas saja makanan yang dibawakan oleh Qiana terjatuh berserakan di lantai, membuat Vir yang saat itu masih 5 tahun pun hanya bisa melihat mamanya yang menitihkan air mata. Hal itu membuat Vedrick dan juga Jane langsung menoleh ke arah sana mereka, bangkit dan membuat perlahan menuju ke arah istrinya. "Qiana? Kau kesini--" Plak! Telapak tangan Qiana mendarat mulus tepat di pipi Vedrick. Veer syok. Karena tiba-tiba mamanya melakukan itu pada Papanya. Veer pun melihat kearah Jane yang masih berada di ruangan itu. "Jadi kau selama ini berselingkuh. Tega kau melakukan itu padaku?!" Bentak Qiana dengan nafas yang berderu naik turun tak beraturan dan mata yang memanas dan memulai menitikan air mata. ***** Qiana Langsung tertuduk mengingat semua kejadian itu benar-benar membuat luka lamanya terbuka kembali. Sungguh, ia langsung berusaha sebisa mungkin untuk tenang dan menghapus air matanya di kedua pipi. Ia melihat kembali kearah foto tersebut. "Dari awal, aku istri pertamamu jadi semuanya yang di punya Avir Vendrick adalah Milikku. Aku tidak rela wanita busuk itu, menyicipi hartamu sedikit saja, bahkan seujung kuku sekalipun. Aku akan rebut kembali apa yang menjadi hak milikku dan Vir."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN