Air Mata Mila 1

1011 Kata
5 tahun sudah hidup bahagia bersama suami tercintanya namun hingga kini rumah tangga Mila dan Kevin belum juga dihadirkan buah hati, meskipun begitu baik Kevin maupun Mila tak pernah mempermasalahkannya, hanya saja orang tua merekalah yang selalu menuntut hadirnya cucu. Pagi ini Mila terbangun dengan tubuh telanjangnya berada dalam pelukan suaminya. Kevin mengecup punggung mulus serta leher istrinya. "Aku menginginkanmu lagi" bisik Kevin. "Emmhhh... yank" desah Mila dan akhirnya tak keduanya kembali menyatu dipagi itu melepaskan hasratnya kembali. Kevin dan Mila terkulai lemas setelah kegiatan panasnya. "Aku mandi dulu" bisik Kevin, ia menutupi tubuh telanjang Mila dengan selimut. Sementara Kevin mandi Mila pun segera memunguti pakaiannya dan menuju dapur rumahnya. "Pagi bi Sum, masak apa kita pagi ini" tanya Mila pada artnya. "Ini non bibi cuma bikin sup jamur tiram" ucap bi Sum. "Mila bantu ya..." ucap Mila. "Gak usah non... ini sudah hampir selesai" ucap bi Sum. "Non Mila mandi saja" ucap bi Sum. "Mila siapkan meja makan dulu deh... lagian Kevin lagi mandi" ucap Mila. Tak lama Kevin keluar dari dalam kamar sudah rapi dengan pakaian kerjanya. "Sayang..." Kevin memeluk Mila dari belakang. "Iihhh... apaan sih lepas.. malu dilihat bibi" omel Mila. Namun bukannya melepaskan pelukannya Kevin malah menenggelamkan wajahnya dilekukan leher istrinya itu. Bi Sum yang melihat kelakuan majikannya hanya tersenyum lalu menjauh meninggalkan dapur. "Kalau saja gak ada meeting pagi ini aku akan mengurungmu dikamar sayang" bisik Kevin. "m***m aja pikiran kamu" omel Mila. "Memangnya tadi malam dan tadi pagi kurang puas apa" ucap Mila. "Gak akan ada kata puas untuk menyentuh kamu sayang, aku selalu menginginkanmu lagi dan lagi" bisik Kevin. "Sana jauh-jauh bisa-bisa kamu batal ke kantor" Mila melepaskan pelukan suaminya. Setelah menyeleasaikan sarapannya Kevin segera berangkat ke kantor. "Nanti siangan aku mau ketemuan sama Marsha dan lainnya, bolehkan yank" ucap Mila. "Iya boleh dong" ucap Kevin mengecup hidung mancung Mila. "Dan katanya Ririn ada di Jakarta" ucap Mila. "Ri...rin" ucap Kevin gugup dan seketika keringat dingin muncul disekitar kening dan jidatnya. "Iya katanya dia lagi liburan di Jakarta, tuh anak emang nyebelin... lama banget nengokin sahabatnya" ucap Mila tersenyum. "Ya sudah aku berangkat ya... kamu baik-baik dirumah" ucap Kevin, ia mengecup kening Mila. "Hati-hati, dan semangat bekerja" ucap Mila. "Ya kamu juga, selamat bersenang-senang dengan sahabatmu" ucap Kevin tersenyum. ---- Jam makan siang Kevin keluar dari kantornya, ia menuju sebuah rumah. Begitu tiba dirumah itu Kevin segera keluar dari mobilnya lalu masuk kedalam rumah. "Papa..." teriak seorang anak berusia 3 tahun, ia berlari menyongsong papanya. "Karin..." Kevin mencium anak tersebut dan menggendongnya. "Mama mana sayang" tanya Kevin. "Didalam pah" ucap anak yang bernama Karin itu. Kevin masuk kedalam rumah itu dengan Karin dalam gendongannya. "Papa..." ucap seorang perempuan yang sedang hamil dengan perutnya yang sudah membuncit. "Mama..." Kevin mencium lembut perempuan yang dipanggilnya mama itu. "Maaf kemaren aku gak bisa menjemput kalian di bandara" ucap Kevin. "Iya gapapa... mama ngertin kok" ucap perempuan itu. "Papa sudah makan siang" tanyanya. "Belum mah" ucap Kevin. "Kita makan dulu, sudah disiapkan bibi" ucap perempuan itu. Selesai makan siang Kevin dan perempuan itu masuk ke sebuah kamar yang tak lain adalah kamar pribadi mereka. "Aku merindukan kalian" bisik Kevin, ia membawa perempuan itu duduk dipangkuannya. "Aku juga sangat merindukanmu" ucap perempuan itu dan keduanya pun saling melumat dan memagut, saling membangkitkan birahi lalu keduanya melepaskan hasratnya. Setelah percintaan panasnya disiang itu Kevin memeluk perempuan itu sambil mengusap perut buncit perempuan itu. "Dia sehat" tanya Kevin. "Dokter bilang sejauh ini baik-baik saja" ucap Kevin. "Syukurlah... satu bulan lagi kita akan kembali menimang buah hati kita" Kevin mengecup lembut perut perempuan itu. "Pah... siang ini aku ada janji bertemu dengan Mila dan yang lainnya" ucap perempuan yang ternyata bernama Ririn itu. "Iya aku tau, Mila juga bilang begitu" ucap Kevin yang masih asik mengecup perut Ririn. "Aku bingung" ucap Ririn. "Bingung kenapa" tanya Kevin. "Sampai kapan kita harus menyembunyikan semua ini dari Mila pah" ucap Ririn. "Aku juga belum tau mah.. untuk saat ini aku belum bisa jujur padanya, aku takut menyakitinya" Kevin membawa Ririn kepelukannya. "Aku jahat banget ya pah... aku dengan tega menghianati persahabatan kami dan mengambil suaminya" ucap Ririn. "Hei mah... jangan bicara seperti itu.. mama gak salah" Kevin mengecup kening Ririn. "Semoga nanti pada saat aku mencoba jujur dia bisa menerima semuanya" ucap Kevin. "Aku sangsi dia bisa menerimanya pah, gak ada perempuan di dunia ini yang mau di duakan. Apalagi Mila, dia pasti shock ketika tau kebenarannya" ucap Ririn. "Maka itu aku pelan-pelan akan memberitahunya, semoga dia mengerti" ucap Kevin. "Ya berdoa saja, aku mandi dulu" ucap Ririn, ia berdiri meninggalkan Kevin. Kevin diam melamun ketika Ririn telah menghilang dibalik pintu kamar mandi, ia sadar apa yang selama ini ia lakukan adalah sebuah kesalahan besar, berhianat pada pernikahan dan janji suci yang telah di ucapkannya. Namun apa daya, nasi telah jadi bubur ia harus menjalani semua ini dan cepat atau pun lambat ia harus menjelaskannya pada Mila. ---- Mila bersama tiga orang sahabatnya Marsha, Alfi dan Dian duduk disebuah cafe. "Mana nih si Ririn lama amat" tanya Dian. "Masih di jalan kali.. sabar aja" ucap Mila. "Tuh anak ngilangnya lama banget" gumam Marsha. "Iya mana gak ada kabar lagi... dan sekalinya ngasih kabar langsung ngajakin ketemuan" ucap Alfi. Mobil Kevin berhenti didepan cafe tempat Ririn dan sahabatnya janji bertemu. "Sejujurnya aku gugup banget ketemuan sama mereka" ucap Ririn. "Relaks mah... santai aja" ucap Kevin. "Pasti mereka kaget melihat aku membawa Karin dan juga dengan perut buncitku ini" ucap Ririn. "Santai mah... katakan yang sejujurnya pada mereka kalau kamu sudah menikah dan selama ini menetap di Surabaya tapi..." "Iya aku paham... aku gak akan bilang kalau suamiku itu kamu" ucap Ririn sendu. "Maaf yank... belum saatnya, aku gak tega melihat Mila bersedih" ucap Kevin. "Ya aku paham... aku juga gak akan sanggup melihat kehancuran Mila dan dia pasti akan sangat membenciku pah" ucap Ririn. "Ya sudah aku turun ya, ayo sayang" ucap Ririn mengajak putrinya. "Hati-hati mah... jangan terlalu lelah" ucap Kevin dan Ririn mengangguk patuh. Ririn turun dari mobil sang suami, ia menggandeng putri cantiknya berjalan menuju cafe dimana ia dan para sahabatnya bertemu. ♥♥♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN