BAB 1

1343 Kata
Vanya Queenabel. Perempuan dewasa yang menginjak umur 24 tahun, karir cemerlang serta harta yang cukup tidak bisa menjadikannya sempurna. Jodoh, mungkin itu yang sampai sekarang tidak ia miliki. Perihal lawan jenis, dia tidak ahli, bahkan seumur hidupnya, perempuan ini belum pernah merasakan memiliki kekasih. Di umurnya yang hampir seperempat abad ini sudah cukup matang untuk menikah. Namun, perempuan ini nyatanya enggan untuk berbagi kehidupan dengan laki-laki. Lebih tepatnya tidak ada laki-laki manapun yang mampu membuatnya takjub selain dia tentunya. Karena baginya tidak ada laki-laki manapun yang menginginkan cinta sejati. Di kepala mereka hanya ada kenikmatan duniawi. “Woi Van!" sapa Gladis. "Lo nanti malam jadi gak ke acara reuni SMA?”tanyanya. Perkataan Gladis lagi-lagi membuat seorang Vanya Queenabel menjadi resah. Pasalnya nanti malam adalah acara reuni SMA. Dan sialnya lagi, kenapa acara itu diadakan di sebuah hotel? Untuk pertama kalinya dia merutuki penggagas reuni tersebut. Sudah dipastikan jika nanti akan terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan. Dan Vanya berharap bukan dia salah satu orang yang harus terkena masalah itu. Karena jika sampai hal itu terjadi, maka tamatlah sudah riwayatnya. “Yaelah, malah bengong. Ikut gak?” tanya Gladis sekali lagi dengan raut muka yang sedikit kesal karena Vanya malah melamun. “Kalau gue gak datang gimana?” tanya Vanya yang membuat Gladis geram karena sahabatnya selalu menolak jika berurusan dengan hal seperti ini. “Gue nggak mau temenan sama lo lagi,” jawab Gladis cepat yang membuat mata Vanya membola terkejut atas jawaban sahabatnya itu. “Gila lo ya? Cuma karena reuni doang lo gak mau temenan sama gue?”protesnya. “Ayolah, Van. Kapan lagi kita bisa ketemu teman-teman SMA? Ini kesempatan buat bernostalgia tau. Dan juga lo udah sukses jadi designer, so apa yang lo takuti?” “Gu-gue –“ “Jangan bilang lo takut ketemu dia?” tebak Gladis memotong perkataan sahabatnya itu. Dan Gladis pun tau jika sang sahabat sangat menghindari sosok dia. “Dia? Dia siapa?” Meskipun sudah tahu jawabannya, Vanya masih saja mempertanyakan hal itu. Berlagak tidak tahu rupanya. “Deka.” Satu nama itu membuat Vanya menghembuskan napasnya berat. Pemuda itu adalah salah satu orang yang paling ia hindari saat ini. Pemuda yang sempat mengisi hatinya walau tidak pernah tersampaikan. Cinta bertepuk sebelah tangan? Mungkin itu gambaran kisahnya dulu. Atau cinta diam-diam? Vanya mencintai Deka, sayangnya pemuda itu sama sekali tidak tahu mengenai perasaan dirinya. Lantas haruskah dia kembali bertemu? Dia takut. Takut jika perasaan itu tumbuh kembali. Dan berakhir dengan seperti dulu, patah hati lagi. Benar kata orang, mending sakit gigi daripada sakit hati. Sakit gigi masih bisa dibawa ke dokter, sakit hati? Tidak ada obatnya. “Lo belum bisa move on dari dia?” “Emmm ... lo kan tau sendiri, Dis. Dia itu cinta pertama gue, jadi gue –“ “Yaelah, Van. Itu, kan udah lama. Ini udah tahun ke tujuh kita lulus SMA. Lagian yang gue dengar-dengar nih, si Deka itu jadi CEO di perusahaan keluarganya dan otomatis dia sibuk, dong. Dan itu berarti kecil kemungkinan Deka bakal datang ke reuni SMA nanti. Lo santai ajalah," sergah Gladis cepat yang masih mencoba membujuk sang sahabat. Perkataan Gladis membuat hati Vanya sedikit lega. Benar juga, Deka pasti sibuk dan acara kecil seperti itu tidak penting bagi orang seperti dirinya. Lalu, apa yang membuat Vanya harus takut? Kalau pun ada Deka di sana, mungkin Vanya akan bersikap biasa atau tidak akan ada kata sapaan dari keduanya. Karena dari dulu memang mereka tidak pernah bertegur sapa. Vanya mencintai Deka dan hanya mengagumi dari jauh tanpa bisa memiliki. Dan akan selalu begitu seterusnya. Selamanya (mungkin). Gladis Anastasya, sahabat yang merangkap menjadi asisten pribadi Vanya. Perempuan modern yang nasibnya sama seperti sang sahabat. Dibanding dengan Vanya, Gladis lebih pro jika urusan tentang lawan jenis. Entah sudah berapa banyak hati yang bermain-main dengannya. Dan sekarang, perempuan itu memiliki sebuah misi. Misi untuk membuat Vanya keluar dari zona nyaman, lebih terbuka dengan lawan jenis, dan yang pasti mencarikannya seorang pendamping yang pas. *** Di sebuah perusahaan ternama, tepatnya perusahaan DK Corp sedang panas-panasnya. Bukan cuaca yang menjadikannya panas, karena hari ini awan hitam menyebar di angkasa. Yang menjadikan hawa panas di sana adalah aura sang pemilik perusahaan. Deka Grillmo sekaligus pemilik DK Corp. Hawa tidak mengenakkan terpancar dari sekitar pemuda itu. Siapa saja yang mendekat akan segera mendapat semprotan dari bibir seksinya. Deka menjadi salah satu orang yang paling dihindari dalam perusahaan. Pemuda tampan dan berkarisma yang menyimpan kepedasaan dalam setiap kata yang terucap menjadikan beberapa orang enggan untuk berbicara banyak dengannya. Sikap dingin dan kaku menjadi salah satu alasan kebanyakan orang berpikir beribu kali untuk mendekati pemuda ini. Namun, tidak sedikit para wanita yang jatuh hati pada sosok ini. Tampan, kaya, pintar, dan sukses sudah menjadi predikatnya. Akan tetapi, sampai sekarang dia belum menikah. Lantas, apa yang ia cari selama ini? Bidadari tak bersayap yang rela menemaninya mengarungi luasnya samudera? Tidak mungkin. "s**t!" Lagi dan lagi dia mengumpat. Deka Grilmo tidak akan mentolerir segala bentuk pengkhianatan. Sayangnya di hari ini ada salah satu karyawan perusahaannya yang berani melakukan korupsi. Sial, banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan, sekarang ditambah lagi dengan kejadian seperti ini. Siapa saja yang bermain-main dengan Deka akan menanggung akibatnya. Dan Deka pastikan orang itu akan menanggung akibat dari yang dia perbuat. “Ka, lo nanti malam datang ke acara reuni SMA?” tanya Rio sekaligus sahabat dari Deka sendiri yang entah datang dari mana sudah berada di dalam ruangan tersebut. “Lo nggak punya sopan santun? Sebelum masuk, ketuk pintu,” balas Deka dingin. Dia tidak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini. Dari sekian banyak orang, hanya pemuda itu yang bersikap berani kepada dirinya. Sedangkan semua orang tampak takut dan tunduk kepadanya. Hanya Rio yang selalu berani bertindak seenaknya di depannya. Dan dia datang di saat yang tidak tepat. Rio Claudio, sahabat satu-satunya yang Deka miliki. Selalu bertindak seenaknya jika menyangkut Deka. Tidak pernah takut kepada Deka. Menjadi satu-satunya sumber bagaimana Deka dan Vanya akan bersama nanti. “Males. Gue tanya sekali lagi, nanti malam ikut gak?” desaknya tak menghiraukan suara protes dari si pemiliki ruangan. “Gak.” “Why, Dude?” “Malas.” “Lo gak mau ketemu dia? Gue dengar-dengar dia sudah sukses jadi designer. Lo tau sendiri, kan, designer itu kebanyakan pada cantik-cantik dan seksi. Wah, gue gak bisa bayangin bagaimana body dia apalagi suara merdu dia ketika ada di –“ “Cukup! Pikiran m***m kayak lo harus gue musnahin," potong Deka yang sudah tahu bagaimana tingkat kemesuman Rio selama ini. Dan dia tidak ingin membuat telinganya ternodai gara-gara cerita Rio sendiri. “Hahaha. Cowok m***m itu normal, Bro. Beda lagi kalau gak m***m kayak lo harus dipertanyakan.” “s**t!” Deka mengumpat kesal. Pagi ini sudah menjadi hari yang menyebalkan bagi dirinya karena ada salah satu karyawan yang berani korupsi, ditambah lagi dia harus mendengarkan kemesuman Rio yang membuatnya naik darah. “Yasudah kalau lo gak datang. Gue datang sendiri dan pastinya gue bakal deketin dia. Kebetulan banget acaranya di hotel. Sekalian deh gue bisa–“ “Cukup, Yo. Lama-lama gue buang lo ke penangkaran buaya," ancam Deka. Rio hanya tertawa melihat ekspresi Deka yang begitu kentara jika pemuda itu tampak kesal dan sedikit cemburu. Cemburu? “Jam 7 di Hotel Flower. Gue tunggu.” Setelah mengatakan itu, Rio segera pergi meninggalkan ruangan Deka tanpa berpamita. Sudah seperti jalangkung, datang tak dijemput, pulang tak diantar. Deka menyandarkan punggungnya ke kursi kebesaran yang beberapa tahun menjadi singgah sananya itu. Memikirkan reuni SMA menjadi hal yang paling dia hindari. Bertemu dengan sosok itu setelah sekian lama tidak bertemu menjadi hal yang paling dia rindukan. Namun, sebagian hatinya mengatakan bahwa ini bukan hari yang tepat. Akan tetapi, perkataan Rio seakan membuat dadanya panas. Membayangkan Vanya yang bergandengan dengan pemuda lain membuat dia kesal. Ditambah lagi jika pemuda itu adalah Rio yang m***m. Sudah dipastikan jika sahabatnya akan melakukan hal lebih. Tidak. Deka akan pergi ke sana dan dia akan menjaga apa yang harus dia jaga sejak lama. ☆☆☆ Q&A Q: Apa yang lebih indah dari pada jatuh cinta? Your answer: ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN