"Kak, kita putus."
Reza terhenyak. Lelaki itu diam seribu kata. Tidak ada yang bisa ia katakan selain menatap lamat gadis di depannya. Wajah mungil dengan mata sipitnya itu menunduk. Menghindari tatapan mata Reza yang selalu membuatnya merasa sangat bersalah. Baju sederhana dengan rambut panjangnya itu sangat membuat Reza terpana dan terkejut di saat bersamaan. Tidak menyangka akan mendapatkan kejutan yang sangat-sangat mengejutkan di hari ini. Rasanya seperti baru terbangun dari mimpi indah.
"Kenapa? Apa lagi-lagi karena taruhan?" Tanya Reza dengan nada santainya. Lelaki itu berusaha menutupi rasa terkejutnya yang sama sekali tidak pernah ia ketahui jika hal itu karena percintaan, lagi. Reza benar-benar tak mengerti kenapa semuanya terasa sangat semu. Ia sangat ingat bagaimana hubungannya terjalin. Ia dan gadis ini tidak ada masalah sama sekali. Reza tidak punya hubungan lain dengan perempuan manapun dan hubungan mereka sangat—
"Maaf."
Reza tertawa dalam hati. Dugaannya benar, ternyata gadis ini juga sama halnya dengan perempuan lain yang menjadi mantannya selama di kampus. Tapi kenapa ia tidak juga mengerti dengan permainan mereka? Kenapa Reza masih bertahan dan merasa tidak akan ada apa-apa lagi? Dan kenapa juga ia merasa jika ini adalah salahnya?
"Ya sudah. Mau gimana lagi? Habisin baksonya dulu. Abis gitu kita balik ke kelas," titah Reza santai. Wajahnya dibuat untuk tidak terlihat terkejut. Toh, ini bukan menjadi pertama kalinya Reza mendapatkan hal seperti ini, kan? Seharusnya bukan hal yang berat baginya sampai memperlihatkan raut kesal serta merananya pada gadis di depannya ini.
"Kakak gak papa?"
"Gak papa dari hongkong! Sakit hatilah. Tapi, ya udah. Gak akan bisa balik lagi, kan? Gak akan jadi pacar lagi, kan?" Tanya Reza dengan tawanya di akhir. Jenis tawa yang sebenarnya menertawakan dirinya sendiri. Bodoh kali kau, Za.. Za.
"Kakak jangan gitu. Aku jadi ngerasa bersalah banget," gumam gadis itu kecil. Reza tertawa pelan. Ya, memang seharusnya gadis ini merasa bersalah, kan? Tangannya terangkat mengusap kepala gadis di depannya dengan lembut. Ketika mata mereka bertemu, Reza menebar senyum manisnya. Lelaki itu juga mengedipkan mata kanannya dengan genit. Tak apa, Za. Tak apa. Masih banyak cewek cantik. Dan pastinya tidak main-main.
"Bentaran juga dapet yang baru. Jangan merasa bersalah gitu," ucap Reza dengan tangan yang masih mengusap kepala gadis di depannya dengan tatapan mata yang lembut.
"Kak Eza beneran gak papa?"
"Gak papa, Sayang."
"Ish! Kan udah gak pacaran!"
"Ya terus kenapa?"
Frizka Diningrat. Nama lengkap gadis yang kini menginjak semester 4 di bangku perkuliahannya itu menundukkan kepala melihat Reza yang malah semakin terlihat manis. Lelaki yang berhasil membuat banyak wanita tunduk dan tidak berkutik saat berhadapan. Lelaki yang berpacaran kurang lebih 3 bulan dengan Frizka itu adalah girl’s killer. Tidak akan ada yang bisa membuat penolakan saat lelaki itu mendekat dan menebar senyum manisnya. Tato panjang disekitar leher membuat lelaki itu semakin terlihat tampan di waku bersamaan. Semuanya sangat lengkap. Pintar, tinggi, tegas, memiliki kedudukan tinggi, dari keluarga kaya dan sangat keren. Tidak ada yang bisa menutup mata saat berhadapan dengan Reza. Sang penakluk wanita namun selalu pupus karena wanita juga.
“Kak Eza gak kumpul sama Kak Putra?” Tanya Frizka seraya memakan kembali bakso yang ada di depannya. Reza yang kini tengah menggulung mie ayamnya mendongkak dan menggeleng.
“Kan kamu tadi mau ngajak makan bareng. Masa aku lupain gitu aja terus main sama yang lain? Gak adil, dong.” Reza mengangkat kedua halisnya seraya tersenyum. Menampilkan lesung pipi yang sangat kentara di wajah putihnya yang kontras dengan rambut panjangnya.
“Kakak gak ribet makan sama rambut panjang?” Tanya Frizka mengalihkan pembicaraan karena tidak mau terus menerus tenggelam dalam pesona lelaki itu dan malah membuatnya mengagalkan rencana awal. Namun ternyata pertanyaan yang ia lontarkan malah membuatnya terdiam. Sebab Reza menjawab dengan apa adanya yang mana akhirnya mengalahkan argument Frizka dengan telak.
“Kan kamu katanya suka sama cowok yang rambutnya panjang?”
Sialan! Kapan Reza sadar kalau kata-katanya itu bisa membuat hati perempuan terbunuh secara bersamaan sih? Apa sebenarnya yang ada di dalam otak Reza?
“Aku gak tahu kamu main truth or dare sama siapa. Tapi aku mau kamu berhenti. Bukan hanya orang yang kamu mainkan, kemungkinan besar kamu juga bakal menjadi korban suatu saat nanti,” lirih Reza dengan tangan yang menggulung mienya di garpu.
“Hah?” Frizka menatap wajah Reza karena merasa mendengar sesuatu. “Kakak ngomong sama aku?”
“Gak. Kamu kali kupingnya agak kotor. Makanya denger suara gak jelas,” bohong Reza seraya tertawa saat melihat wajah Frizka yang muram.
“AKU BERSIHIN TELINGA AKU TERUS, YA!” Ucapnya tidak terima. Reza seemakin tertawa.
“Iya. Kamu pasti bersihin telinga.”
“Kak Eza, ih! Kita kan udah putus!”
“Ya terus?”
“Tau ah!”
“Rokok abis berapa lo?”
Reza menolehkan kepala dan melihat teman-temannya yang datang. Lelaki itu menggeser duduknya dan memberikan sebuah kotak rokok pada Wahyu yang kini mengambil tempat duduk dekat dengannya. Lelaki itu tampaknya tidak terusik sama sekali dengan apa yang Reza lakukan di sebelahnya. Lelaki dengan tato harimau di lehernya itu menempelkan kepalanya ke tembok. Mengetukkan beberapa kali keningnya pada permukaan halus tembok, lelaki itu lalu menghela napas setelah merasa agak baikan.
“Temen lo udah gila, Put,” ujar Wahyu dengan kepala yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Tidak paham dengan apa yang Reza lakukan saat ini.
“Diputusin Frizka,” jawab Naza dengan suara malasnya. Reza mendelik tak terima karena Naza tahu tentangnya dan juga Frizka. Lelaki itu lalu mengangguk seraya mejatuhkan kepalanya pada kursi sofa yang tengah diduduki oleh Putra.
“Lah? Bukannya kemarin baik-baik aja? Kemarin juga lo main sama tuh cewek, kan?” Tanya Putra penasaran.
“TOD lagi,” Naza kembali menjawab. Reza mendengkus namun tak urung mengangguk. Membuat para temannya tertawa puas dengan apa yang diderita oleh temannya. Terutama Putra, lelaki itu paling keras tertawa. Seperti tidak ada hari esok untuk menertawakan apa yang Reza alami. Ya, memang sebenarnya tidak akan ada hari tambahan untuk menertawakan Reza. Karena pastinya besok lelaki itu sudah mendapatkan perempuan yang paling baik.
“Sudah tercatat, 10 cewek memutuskan untuk menghentikan hubungan mereka dengan Reza dengan alasan TOD. Dan 8 cewek putus tanpa penjelasan. Dan yang terakhir 5 cewek kabur karena Reza tidak memberi harapan lebih. Alias hanya pendekatan tanpa kelanjutan,” ujar Putra dengan wajah berserinya. Reza hanya mampu menoyor kaki Putra yang ada di dekat jangkauannya.
“Rajin banget lo ngitung semuanya satu persatu,” ujar Naza heran.
“Lumayan. Menghilangkan kegabutan sekaligus menambah koleksi aib orang haha..”
Reza mendengkus mendengarnya. Memang berurusan dengan Putra itu tidak akan ada habisnya. Semua masalah siapapun lelaki itu tahu. Termasuk apa yang Reza miliki.
Memiliki nama lengkap Reza Adyada Risolv. Bukan hal aneh lagi mengetahui semuanya tentang lelaki itu. Namun di saat bersamaan aksesnya akan semakin minim. Tentu saja karena pengaruh keluarga yang berada di belakang nama lelaki itu. Tidak akan ada yang menyangka jika seorang Reza adalah lelaki yang selalu tersakiti. Bukan lelaki yang selalu menyakiti seperti kebanyakan, Reza malah menjadi korban alih-alih menjadi pelaku yang handal. Ditambah kebodohan lelaki itu yang selalu memiliki perasaaan tidak enak hati pada semua wnaita. Yang tentu saja itu karena Kakak perempuannya yang selalu merana karena masa percintaannya dulu. Alhasil, Reza tidak ingin memperlakukan para perempuan seperti yang dilakukan lelaki yang Kakaknya itu cintai.
Menurutnya, cukup Kakaknya yang menerima perlakuan semena-mena dari orang yang dicinta. Ia tidak boleh melakukan hal yang sama pada wanita manapun. Terlebih pada perempuan yang Reza suka. Karena jelas itu sama saja membuat ia mengingat bagaimana luka Kakaknya dulu. Ia juga tidak ingin membalaskan dendam karena tidak terima Kakaknya diperlakukan semena-mena oleh lelaki dengan cara melampiaskannya pada orang lain. Sikap pengecut yang sama sekali tidak Reza sukai. Tidak mengapa jika ia menjadi korban, asal mereka yang menjadi kaum hawa tidak merasakan hal yang sama.
Ya, walau hukum KARMA masih berlaku pastinya.
“Kok bisa ya, Frizka gitu? Gua nyangkanya lo bakal langgeng sama dia,” kelakar Putra seraya menerawang jauh. Yang tentu saja apa yang ia lakukan itu adalah untuk meledek Reza dan bukan meneliti kenapa Frizka berlaku demikian. Reza yang paham dengan maksud Putra langsung membungkam mulut lelaki itu dengan sebuah roti yang ada di meja. Menyumpalnya sampai Putra tidak bisa berbicara lagi.
Jangankan Putra, ia yang baru saja diputusi masih memikirkan apa yang menjadi permasalahannya. Kalaupun memang karena TOD, seharusnya Frizka tidak melakukannya senatural itu, kan? Apa ada seseorang yang menjadi dalang dari semuanya?