Jantungku seakan mau copot ketika Pak Adam menyuruhku untuk menalak Sinta kembali. "Apa saya harus melakukannya?" tanyaku pelan untuk memastikan. "Tentu itu harus dilakukan jika ingin menikahi Sinta kembali. Masih ingin melamar Sinta?" ucap Pak Adam dengan sorot mata yang tajam dan suara baritonnya. Aku menoleh kepada ustadz Rahman dan ustadz Zen. Tangan mereka menunjuk padaku yang tandanya tergantung kepada keputusanku. "Saya mau dan Saya akan melakukannya," jawabku lantang dan percaya diri. "Tapi apakah tidak bisa jika dilakukannya di pondok? Jadi Saya bisa memantau Sinta kapanpun," lanjutku. Jujur jika aku menalaknya di sini, maka Sinta akan menjalani idah dimulai dari awal dan di sini. Berarti sama saja aku tidak akan melihatnya dalam jangka waktu yang lama. Aku tidak bisa melak

