Keesokan paginya aku sarapan dengan semangat, bahkan beberapa kali bunda menangkap wajahku sedang senyum-senyum sendirian. "Kenapa sih?" tanya Bunda menyelidik. "Ga papa." Aku mengulum senyum. "Lagi ... jatuh cinta yaaa." Bunda menuduhku. Aku mengeringkan mata, di usia dua puluh tiga tahun ini aku memang tak pernah mengenal cinta, bahkan berteman dengan lelaki pun sangat terbatas. "Sama siapa, Arvin?" Bunda menautkan sebelah alis. "What? Arvin? ngaco, dia itu bestie aku, Bun, jangan ngarang deh." Aku mendelikkan mata sambil ngunyah roti bakar "Ya ga apa-apa, Bunda lihat dia lelaki baik dan sopan, ganteng lagi, masa sih kamu ga suka, bukannya selama ini sering jalan bareng?" tanya bunda buatku bete saja. Setelah melihat ayah selingkuh aku jadi takut menjalin hubungan dengan lelaki,

