"Oh ya satu lagi, lo harus ajarin bunda lo itu buat ngerawat diri, dandan gitu, biar ga nyalahin suami kalau ngelirik wanita lain." Tertawa anak tengil itu makin lebar. Aku menghirup napas dalam-dalam dengan rahang mengeras, lalu menatapnya dengan pandangan menantang. "Bangga banget lo jadi anak pelakor?" tanyaku sinis. Ia mengibaskan rambutnya ke belakang, hingga aroma shampo tercium olehku. "Kalau gue jadi lo sih duh pasti malu banget. Camkan ya, bunda gue itu ga murahan, dia bisa dandan, tapi dandannya hanya dilihat sama suaminya, ga kaya nyokap lo kemana-mana umbar aurat." Aku menyeringai sinis. "Menjijikkan banget sih manusia kaya kalian itu, bisa tenang makan dan tidur dari hasil ngerebut suami orang." Aku menyunggingkan senyum lalu masuk kamar. "Dasar Mak lampir!" Terdengar Ti

