Bab 3

1457 Kata
"Ratu? Saya tidak ingin menjadi sesuatu seperti itu. Aku hanya ingin bisa kembali ke rumahku!!. Aku menahannya sampai aku bisa kembali. Meskipun aku tidak menginginkannya, aku rajin belajar huruf dan tata krama yang aneh.” Ketika aku mendengar itu, aku mendapati diriku mendidih karena marah. Aku memegang ujung gaunku dengan tangan yang mulai gemetar. “Aku menganggapmu sebagai saudara perempuan, tetapi aku menemukan fakta bahwa kamu adalah Permaisuri kerajaan, yang awalnya ditunjuk sebagai Ratu. Kamu tidak menjadi Ratu karena aku, kan? AKU SANGAT TERLUKA SEKARANG, AKU SEPERTI PEREMPUAN JAHAT YANG TELAH MERAMPAS POSISIMU!! RATU? APA-APAAN ITU? AKU TAK PERNAH MENGHARAPKAN POSISI RATU INI!!!” BRAK! "Apakah Yang Mulia sudah selesai berbicara?" "... Tia? " Aku dengan dingin menatap gadis berambut hitam itu. Dan aku terus melampiaskan amarahku dengan menegurnya secara halus. “Aku tercengang Yang Mulia Ratu bisa berkata sembarangan seperti itu. Kalau begitu mau tidak mau Yang Mulia harus terima kenyataan tak ada jalan untuk dapat kembali. Terlebih lagi, bila Yang Mulia menerima putusan ini berarti seharusnya Yang Mulia paham betul akan posisi ini, kan. " "Itu... " "Apakah Yang Mulia bertanya padaku apa Ratu itu? Ratu adalah wanita pertama kerajaan dan ibu dari seluruh rakyat. Ratu adalah satu-satunya pendamping yang mendampingi Raja berdiri di depan rakyatnya. Ini bukan posisi yang bisa dianggap remeh dan tak bisa seenaknya dikeluhkan seperti itu!! Yang Mulia sebaiknya tidak menembak mulut Yang Mulia. ” Aku berpaling darinya yang menatapku dengan mata gemetar. Meskipun aku pikir aku tidak harus bertindak seperti ini, aku tidak bisa mengendalikan amarahku yang mendidih. Posisi ini...! Posisi yang tak bisa ku raih meski sudah berharap sedemikian rupa..! Posisi yang telah ku upayakan seumur hidupku agar bisa berada disampingnya!! “Apakah Yang Mulia mengatakan hanya ingin kembali? Apakah Yang Mulia mengatakan bahwa Anda menyesal karena Anda baru mengetahui gelar saya sekarang? Apakah Yang Mulia mengatakan menyesal karena telah mengambil gelar Ratu dari saya dan sebagai hasilnya Yang Mulia adalah gadis yang buruk? Lalu, mengapa Yang Mulia mengatakan ingin menjadi Ratu sejak awal! ” "Itu karena…" “Yang Mulia sangat pengecut. Yang Mulia melakukannya karena Yang Mulia mungkin tidak tahu apa-apa. Saya pikir itu mungkin sulit bagi Yang Mulia untuk menolak. Namun, saya pikir Yang Mulia harus bertanggung jawab atas keputusan Yang Mulia, untuk sedikitnya. ” Aku terengah-engah, sekarang mencurahkan beberapa emosi yang telah aku tahan. Dia gemetar saat aku berbicara. “Jika Yang Mulia ingin menjadi Ratu, Yang Mulia setidaknya harus menyadari apa itu. Menulis? Tata krama? Apakah Yang Mulia mengatakan sulit untuk mempelajarinya, tetapi Yang Mulia melakukannya di luar keinginan Yang Mulia? Apakah Yang Mulia pikir peran Ratu terlihat begitu mudah? Yang Mulia adalah ibu dari semua orang di kerajaan ini. Pada saat yang sama, Yang Mulia adalah satu-satunya mitra dan tempat peristirahatan Raja yang memerintah negara ini. Anda tidak dapat berpikir untuk kembali ke rumah sambil mempertahankan posisi Yang Mulia sebagai Ratu. ” “Aku hanya…” “Yang Mulia bertanya pada saya apakah saya tidak marah sama sekali, kan? Tentu saja, saya sangat marah. Saya marah seperti ini karena Yang Mulia Ratu rupanya bisa seceroboh ini. Saya merasa kasihan pada Baginda Raja dan para rakyat. Di atas segalanya, saya merasa kasihan pada diriku sendiri. Saya pikir saya membuang begitu banyak waktu untuk membantu orang seperti Yang Mulia sampai sekarang. ” “…” “Tinggalkan saja. Saya tidak ingin melihat Yang Mulia mengeluh seperti ini. Saya sangat berharap Yang Mulia dapat menyadari betapa pentingnya posisi Ratu. ” Aku gemetar karena amarah yang mendidih. Aku merasa sangat sengsara tentang diriku sendiri. Hanya gara-gara perempuan ceroboh ini. Seharusnya aku yang menjadi Ratu dari pria itu. Sebenarnya apa alasannya dia memilih perempuan ceroboh itu sebagai pasangannya? Apa yang menarik dari perempuan itu! “Tia, aku hanya… Aku bingung karena tiba-tiba terjerumus ke tempat yang aneh, aku tak percaya bahwa Ru, satu-satunya pria yang ku andalkan di dunia ini memiliki pasangan yang lain.” Saat dia ragu-ragu untuk beberapa saat, dia melanjutkan, “Aku merasa sulit untuk menerima bahwa Ru memiliki wanita lain karena di negaraku, tidak ada pria yang diizinkan untuk memiliki istri lain. kecuali istri sahnya. Ternyata, istri Ru yang lain adalah kamu, yang sudah ku anggap sebagai adikku. Bahkan, aku pikir aku datang di antara kamu dan Ru. ” “…” "Sepertinya aku juga sudah terlalu banyak omong. Maafkan aku tia... " "... Aku permisi " lanjut Jieun Aku menghela nafas, diliputi rasa lelah. Aku menekan pelipisku yang menyengat dengan kedua tangan saat aku merasakan sakit di sana ketika aku menumpahkan kemarahan. Dan aku menarik napas dalam-dalam saat napasku semakin kasar. Aku pikir aku cukup baik dalam mengendalikan emosiku. Tapi akhir-akhir ini aku sering marah karena alasan yang tidak bisa aku jelaskan. Aku tidak tahu mengapa aku bertindak emosional akhir-akhir ini. Ini bukan pertama kalinya aku mengalaminya. Ketika aku melihat tumpukan kertas di atas meja, aku hanya merasa frustrasi. Ratu, bukan aku, yang seharusnya mengurus pekerjaan ini, tetapi dia tidak tahu apa-apa tentang peran Ratu. Dia menikmati hak istimewa menjadi Ratu dan cinta dari pria itu tetapi tidak peduli dengan tugasnya sebagai Ratu. Aku hanya pura-pura tersenyum melihat tingkahnya yang menjijikkan. BANG!! Sudah berapa lama? Aku mengangkat kepalaku, terkejut mendengar pintu terbuka dengan keras. Dia berdiri di sana, kehilangan kesabaran. Bagaimana dia datang ke sini? Aku sangat bingung, tetapi aku bangkit dan membungkuk kepadanya untuk sopan santun. "Baginda Raja! ...Salam bagi Baginda Raja, Sang Matahari Kerajaan ..." PLAK!! Pada saat itu, dia menampar wajahku. Kepalaku menoleh ke belakang. Aku nyaris tidak menahan erangan, menutupi pipiku yang terbakar dengan kedua tangan, berpikir, 'Aku seharusnya tidak menunjukkan padanya sisi burukku. ' Dia menatapku sebentar dan dia berkata dengan suara dingin, “Kamu.. Apa yang kamu katakan pada Jieun? Apa kamu bilang bahwa posisi Ratu itu punyamu? ” "... Bukan begitu, Baginda Raja." “TAPI KENAPA JIEUN MENANGIS SETELAH BERTEMU DENGANMU? ” "Itu karena…" Aku terdiam sesaat. Aku tidak tahu harus berkata apa. Sambil ragu-ragu, dia sepertinya sudah yakin bahwa aku telah mengucapkan kata-kata jahat padanya. Saat aku bertemu matanya yang dingin menatapku dengan pandangan menghina, aku merasa patah hati seperti dulu setiap kali aku bertemu matanya. Meskipun aku merasa kesal dan juga sakit hati tetapi, aku tidak menggunakan bahasa kasar apa pun terhadapnya. Aku merasa disesalkan bahwa dia menjadi Ratu, tetapi aku tidak pernah berpikir bahwa posisi Ratu adalah milikku. Sebenarnya, aku tidak pernah berpikir begitu bahkan sebelum dia muncul karena dia tidak pernah hangat untukku. "Segitu inginnya kah kamu menjadi wanitaku?" “Baginda...?” "Apa alasannya? Aku tahu pasti bukan karena cinta. Tak mungkin wanita dingin sepertimu yang tidak kesakitan setelah ku tampar pipinya cinta kepadaku. Dan juga bukan demi keluargamu kan, karena sekarang keluarga Monique sedang menikmati kemegahan dan kehormatan. Aku tahu- pasti kamu ingin melahirkan anak keturunan Raja demi Fraksimu, kan? " Semua yang dia katakan berubah menjadi belati dan menusuk hatiku. Sementara aku berdiri di sisinya, aku hanya mencoba melindungi diri dari mereka yang mencoba mencari kesalahanku sepanjang waktu. Meskipun aku tidak dicintai olehnya, aku ingin menjadi wanita yang bisa mencintainya dengan bebas dan membantunya dengan apa yang dia lakukan. Aku tak pernah sekalipun terpikir semua yang ku lakukan ini demi keluarga ataupun fraksi!!! "Lepaskan." "… Maaf?" Aku hampir tidak bisa mempercayai telingaku ketika dia mengatakan itu secara tak terduga. Ketika aku menatapnya dengan mata gemetar, aku melihat matanya berbinar aneh. Aku merasa merinding melihat senyumnya yang bengkok. "Kenapa kamu terkejut begitu? Karena aku tahu apa yang kamu inginkan selama ini? Wujudkanlah, kalau kamu memang sangat ingin menjadi wanitaku." DRAK- “BAGINDA!!... JANGANLAH SEPERTI INI!... BAGINDA, KU MOHON!!” “Kenapa kamu berpura-pura ragu, begitu? Ini kan yang kamu inginkan? ” "Memangnya aku menginginkan apa..." Saat aku mencoba melepaskan diri dari cengkeramannya yang kasar, aku memohon padanya untuk berhenti. “Tidak, Yang Mulia! Tolong jangan!” Aku sangat takut ketika dia menanggalkan pakaianku seolah-olah dia melepas pakaianku dengan kasar. Aku diliputi oleh ketakutan yang luar biasa saat ini. Saat aku berjuang untuk menarik tanganku darinya, aku tiba-tiba teringat bahwa dia belum pernah datang ke kamar Jieun sebelumnya. Aku tidak tahu mengapa, tetapi pasti dia tidak tahu, karena itulah yang dikatakan para dayang yang berdiri di luar kamarnya. 'Jika itu masalahnya ...' Aku gemetar ketika memikirkan itu. Jika aku menerimanya sekarang, apakah dia mau memperlakukan ku sedikit berbeda? Kalau seandainya aku bisa memberinya keturunan, apa dia tidak akan berpaling dariku lagi? Bukankah dia seorang pria yang tumbuh sendirian tanpa kerabat? Jika dia memiliki anak yang bisa menggantikannya, tidak bisakah dia merawatku sebagai ibu dari anak itu? Perlahan aku berhenti menggerakkan tubuhku. Aku menarik napas dalam-dalam sambil mencoba menenangkan jantungku yang berdegup kencang. Aku berkata dengan nada tenang, membuka bibirku yang gemetar, "...... ." “Walaupun demikian, aku ini adalah Permaisuri dan bukan istri resmimu, jadi ini bukan cara yang tepat bagimu untuk memperlakukanku. Aku bisa buka pakaian sendiri, jadi tolong hargai itu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN