Pagi ini, Tama bangun lebih awal daripada Mamanya. Dia bangun pukul setengah lima pagi dan bersiap-siap setelah melakukan sholat subuhnya. Semua pakaian seragamnya sudah lengkap melekat di tubuhnya.
Dan, harus kalian ingat, Tama itu kalau pagi-pagi suka jarang mandi. Apalagi pagi ini sedang hujan. Cuaca dingin yang bisa menusuk kulit itu, semakin mendukung cewek itu untuk malas mandi.
Dia hanya sikat gigi dan cuci muka di kamar mandi. Memang anak itu sedikit malas dan kalian pasti akan mengira Tama itu cewek jorok.
Tapi, walaupun dia tidak mandi, cewek itu tetap terlihat segar dan tidak bau. Tama tidak menyukai memakai wangi-wangian yang tajam. Cewek itu hanya suka parfum bayi atau tidak bedak bayi.
Sekarang, Tama sedang memakan sarapannya dengan roti sandwich buatannya sendiri bersama Tara.
Omong-omong, Ayah Tama sedang kerja di Jepang dan kakaknya juga sedang kuliah di London. Jadilah di rumah hanya mereka berdua.
Setelah Tama dan Tara menyelesaikan sarapannya, mereka akhirnya berangkat dengan mobil Tara.
35 menit berlalu, akhirnya mereka sampai di depan sekolah Tama. "Jangan lupa payungnya, Sayang." Tara mengambil payung berwarna biru tua pada Tama.
Cewek itu tersenyum manis sambil menerima payung. "Aku masuk dulu, Ma. Assalamualaikum." Tama maju untuk mencium pipi Tara.
"Waalaikumsalam. Nanti kamu kalo udah pulang, telpon Mama, ya? Hari ini Mama bisa jemput kamu sekalian kita jalan-jalan bareng temen Mama."
Mendengar itu, Tama melebarkan senyumnya. Ia mengangguk riang dan mencium tangan Tara sebelum keluar dari mobil dengan payung yang sudah ia buka.
Bertepatan dengan Tara yang sudah pergi, tiba-tiba saja rok abu-abu kecoklatan milik Tama tercipratan genangan air hujan di sampingnya.
Mulut Tama membulat, ia menatap terkejut roknya yang hampir sepenuhnya basah karena cipratan itu. Tama mendongak dengan kernyitan di dahi dan alis yang menyatu, bertanda ia sedang menahan amarahnya.
"Bisa naik motor gak sih lo?!" Tama menyentak cowok yang sudah turun dari motornya. Melihat Lucas yang melepaskan helmnya, Tama maju dan menarik rambut---- menjambak Lucas cukup kencang sehingga cowok setinggi tiang itu membungkuk. "Kalo bawa motor jangan kenceng-kenceng! Gak liat ada orang, HA?!"
Emosi Tama semakin meluap.
"I-iya, iya! Ampun, woi! Gak sengaja guaaaa!" Lucas meringis saat Tama semakin menarik rambutnya. "Sakit, anjir!"
"Tapi rok gue basah, tiang!" Tama masih menjambak.
Lucas berhasil menarik tangan Tama dari rambutnya. Cewek yang setinggi dadanya itu meronta keras karena tangannya di tahan Lucas.
"Tanggung jawab! Gue mau rok gue kayak semula lagi!"
"Gimana caranya?!" tanya Lucas, panik.
"Gak mau tau! Pokoknya balikin rok gua!"
"Nanti kering sendiri-"
"Kalian kenapa ribut di depan gerbang sekolah?"
Adu bacot antara Lucas dan Tama dalam sekejap berhenti mendengar suara Taeyong. Cowok itu kemudian turun dari motornya dan menghampiri mereka berdua.
Tama menghentakan tangan Lucas dari tangannya. Ia mendengus sebal dan mendelik tajam kearah Lucas yang malah menunjukan cengiran khasnya.
Taeyong melirik Tama yang melipat tangannya di atas perut.
"Itu, kak! Lucas nyipratin rok aku! Liat tuh, hampir basah semua." Tama mengadu pada Taeyong sambil menunjuk roknya yang basah.
"Gue gak sengaja, kak. Lagian siapa suruh diri disono." Lucas menyelak, Tama kembali mengamuk.
Taeyong segera menahan bahu Tama. Ia melepaskan jaket denim hitamnya dan diberikan pada Tama.
"Pake punya saya aja dulu. Nanti lama-lama kering, kok," kata Taeyong lalu tersenyum. Ia kemudian menatap Lucas. "Ya udah, Cas. Masalah selesai."
Lucas dan Taeyong menaiki motor mereka masing-masing. Tama yang sedang melilitkan jaket milik Taeyong ke pinggangnya pun mendongak. Melihat Taeyong dan Lucas yang sudah masuk ke dalam.
Tama mendengus lagi. "Awas aja lo di kelas. Gak bakal tenang lo belajar, Cas."
•••
Cowok berahang tegas itu masuk ke dalam kelasnya. Suasana berisik dari para fangirling di pojok sana sangat mendominasi pagi ini. Taeyong yang melihat itu hanya menggeleng kepalanya dan mendudukan dirinya di samping Jaehyun.
Johnny dan Doyoung yang duduknya menghadap belakang karena sedang bercerita perihal game, menoleh pada Taeyong.
"Muka lo pagi-pagi udah asem aja, Yong." Doyoung menyeletuk. Perhatian Taeyong jadi menatap Doyoung dengan kedua alis terangkat.
"Asem? B aja." Taeyong menggeleng. "Tadi gue ngeliat Lucas sama Tama berantem di depan gerbang sekolah."
Johnny yang sudah terbiasa hanya menanggapi dengan alis terangkat. "Udah biasa itu, Yong."
"Emang?"
Jaehyun, Doyoung, dan Johnny mengangguk.
"Ribut terus mereka, tuh. Sampe guru-guru pada pusing gara-gara mereka berdua," kata Jaehyun.
"Berarti itu gak sekali doang dong?" tanya Taeyong.
"Iya. Makanya di panggil 'macan sekolah'." Johnny membalas. "Terus lo pisahin tadi?"
"Iya." Taeyong mengangguk. "Roknya basah kecipratan genangan air gara-gara Lucas. Gue kasih aja jaket gue ke Tama."
"Buset-"
"Permisi!" Tama tiba-tiba nongol di ambang pintu kelas dua belas. Bikin semua kakak kelas di dalamnya menatap Tama. "Ada balsem gak, kak?" tanya Tama dengan raut datar.
"Gue ada, Tama."
Cewek bermata hazel itu akhirnya masuk ke dalam kelas. Menghampiri Joy yang sedang mengambil balsem di dalam tasnya.
"Buat apa, Tam?" tanya Lisa yang duduk disamping Joy.
"Gue kayaknya masuk angin, kak. Gara-gara Lucas," jawab Tama lalu meringis kecil. Ia tiba-tiba saja melirik Taeyong yang duduk di pojok kiri yang juga menatapnya.
"Yong, itu bukannya jaket lo, ya?" bisik Jaehyun yang dibalas anggukan Taeyong tanpa mengalihkan pandangannya. "Dia jadi keliatan lucu."
"Makasih, kak Joy!" Tama tersenyum lalu keluar dari kelas dau belas.
Kelas Taeyong kembali ricuh sepergiannya Tama. Taeyong langsung menoyor kepala Jaehyun dengan dengusannya.
Jaehyun bukannya sebal, malah ketawa bareng Johnny dan Doyoung. Dia tahu Taeyong kesal karena pujian Jaehyun.
"Yuta mana?" Taeyong bertanya agar mengalihkan ketiga temannya yang tertawa.
"Kantin. Biasa dia pagi-pagi suka makan disana," jawab Doyoung yang di balas anggukan Taeyong.
Cowok itu mulai ngeluarin buku pelajaran kimia. Menyiapkan di kolong meja dan kembali mengobrol dengan ketiga sahabatnya.
•••
Tama duduk di bangkunya dengan balsem di tangannya. Matanya melirik barisan meja di sebelahnya. Melihat Lucas yang sedang sibuk main ML yang lagi di gilai para cowok sekarang.
"Heh! Matanya biasa aja dong!" Sekar menyeletuk ketika melihat Tama yang meliriknya sinis.
Cewek bermata hazel itu tersadar dan meringis kecil. Pas saat itu juga, guru olahraganya masuk ke dalam kelasnya. Dan para murid cewek pun keluar dari kelas dengan seragam olahraga di tangannya.
Tama berdiri dan menyimpan balsem itu di kolong meja, lalu menyusul kawannya yang sudah pergi duluan ke toilet.
lima menit kemudian, Tama sudah selesai ganti baju. Mereka kembali ke kelas dan duduk di bangku masing-masing. Menyimak perintah guru untuk bermain bola voli sebelum terjun ke lapangan.
"Ayo, Tama!" ajak Nita yang sudah diambang pintu kelas bersama Sekar dan Sisca, melihat Tama yang sedang memakai kaos kakinya.
Tama menoleh. "Duluan aja! Gue masih make sepatu!" sahutnya, ketiganya pergi dari kelas.
Kini di kelas hanya Tama doang yang tersisa. Cewek itu sekarang mengikatkan tali sepatunya. Setelah selesai, cewek itu kemudian berdiri dan mengambil balsem dari kolong meja.
•••
"Bu, saya ijin ke toilet." Yuta angkat tangan saat guru kimia selesai mencatat rumus di papan tulis.
Guru kimia itu mengizinkan Yuta pergi ke toilet. Yuta mencolek Doyoung yang sedang sibuk mencatat catatan pun menoleh.
"Ayo," bisik Yuta sambil berdiri.
Doyoung pun menyusul. Ia mengikuti Yuta dari belakang, bikin guru kimia menatap Doyoung. "Yuta minta di temenin, Bu. Dia takut sendirian." Doyoung meringis.
Bu Asa akhirnya mengangguk, kedua cowok itu langsung keluar dari kelas.
"Bawa, gak?" tanya Yuta langsung. Doyoung mengangguk. "Mana?"
Doyoung mengeluarkan secarik kertas berukuran kecil dan ia berikan pada Yuta yang sudah tersenyum lebar.
"Awas, lo! Jangan sampe ketauan. Kalo ketauan, gue gak mau bantuin lagi," ancam Doyoung, Yuta mengangguk.
Yuta melirik ke lapangan saat mendengar suara teriakan Sekar. Dia jadi berhenti dan berdiri dan menengok ke bawah.
Kelas sebelas sedang main bola voli, dan mereka sedang tanding. Yuta mengerutkan dahinya melihat Tama yang dari tadi senyam-senyum. Cewek itu tiba-tiba tersenyum aneh buat Yuta dan Doyoung yang melihat ikut aneh.
Soalnya di sekitar Tama sama sekali gak ada yang lagi ngelucu. Temen sekelasnya Tama aja lagi sibuk ngatur sana-sini agar tim lawan gak berhasil mencetak poin.
Tapi cewek itu, malah senyam-senyum dan curi pandang ke arah Lucas yang di sampingnya, satu tim dengan Tama.
"Aneh gak sih lo liat Tama kayak gitu?" Doyoung bertanya pada Yuta. Cowok berdarah Jepang itupun mengangguk. "Gak biasanya."
"Kayaknya dia bisa liat sesuatu deh makanya senyum-senyum gitu," celetuk Yuta.
Doyoung menoleh pada Yuta, dengan kerutan di dahi. "Lo kira dia bisa liat setan apa?"
"Siapa tau." Yuta menaikan bahunya.
"Tapi lo liat gak sih Tama suka ngelirik Lucas?"
Yuta langsung melirik Tama lagi. Matanya kemudian menyipit dan membola saat itu juga setelah melihat Tama yang suka melirik Lucas, masih senyam-senyum.
"Dia suka sama Lucas? Sejak kapan?"
Doyoung segera menoyor kepala Yuta ke depan. "Ya kali tuh cewek suka sama Lucas. Tadi pagi kan dia abis ribut sama Lucas."
"Lah terus Tama?" Yuta menoleh.
Doyoung menggeleng dan berdiri tegak. "Tau dah. Tanya aja Taeyong nanti. Lagian nih, ya, ngapain sih kita jadi ngegosip?"
Yuta terdiam sejenak. "Iya, ya? Ngapa jadi gosip gini, dah?"
Doyoung mendengus lalu balik badan dan segera berjalan masuk ke dalam kelas. "Ayo masuk kelas!"