Chapter 3 Dich zu treffen (bertemu denganmu)

2517 Kata
Aku berada di tengan hutan. Berjalan perlahan menuju sebuah jembatan. Langkahku terhenti di sebuah tempat, tersinari cahaya dari rimbunnya pepohonan. Aku menatap keatas, tempat cahaya matahari menembus pepohonan, dingin setetes air terjatuh ke dahiku. (paranoid.ans) Hari itu arreta berjalan menyusuri teras sekolah bersama kedua teman kecilnya yang selalu satu sekolah dengannya, mulai dari TK sampai SMA. Mereka adalah Nola dan Fika. Kawan karib Aretta sejak kecil, selalu ada mendampinginya saat senang dan saat susah. Mereka sudah seperti embun pagi yang menyejukkan bagi Aretta. Mereka bertiga berjalan menuju kelasnya Aretta terlebih dahulu, karena kedua temannya ini berbeda kelas dengan Aretta. Terasa sedikit gugup, malu, aneh, namun juga senang di dalam hatinya. Itu hari pertamanya kembali setelah kecelakaan. Nampak teman-teman sekelasnnya berada di depan kelas, seperti tahu Aretta sudah pulih dan siap sekolah. Mereka melambaikan tangan tersenyum senang. Terutama Anne dan Mesya mereka berdua tampak sangat Antusias. Aretta : "kalian ngasih tahu teman-teman sekelasku ya la, ka?" Nola : "iya kemaren Meysa tanya sama Ane, tapi ku bilang ya mudah-mudahan Aretta sudah sekolah, kalau belum ya biar sembuh dulu" Fika :"semua tanya" (fika menjawab singkat sambil tersenyum simpul). Fika memang gadis cantik jelita namun bicaranya sangat irit, suaranya pun sangat lirih lembut, seperti tidak bisa marah. Tiap ditanya apapun, kalau jawabannya iya dia cukup tersenyum atau tertawa kecil, kalau jawabannya tidak dia akan menurunkan dan merapatkan bibirnya, sambil mengangkat alisnya tinggi, atau hanya menaikkan matanya dan juga alisnya kemudian tertawa. Gadis ini memang unik dan pintar, keduanya pintar dan mempunyai hati yang hangat. Nola :"ga papa kan Rett? setiap hari mereka nanyain, terutama Mesya, Ane dan Atika. Selalu nanyain kalau ketemu di kantin atau masjid" Arreta :"gapapa la, aku malu saja, kan aku sakit dan udah lama nggak masuk sekolah”(Aretta menghela nafas). Sampai di depan kelas Aretta, Nola dan Fika pamit ke kelasnya masing-masing sambil melambai kearah Ane dan teman-teman yang lain. Retta pun tersenyum kearah teman-temannya. Ane tidak usah di tanya lagi heboh dan menjerit-jerit. Ane :"Rettaaaaa, sayangku. Akhirnyaaaaa"(wajahnya, selalu berseri dengan senyum yang lebar menghiasi wajahnya yang cantik meneduhkan). Mesya :"owalahhhh lama bgt sihh liburnya, jadi betah di rumah? enggak balik-balik kesekolah, ketinggalan pelajaran gimana dong?"(Sambil tersenyum sinis Mesya menyindir namun bercanda). Mesya ini gadis mungil manis dan baik hati, tapi cara bicaranya ketus, sinis, mak jlebb istilahnya, tentu saja untuk kebaikan dan tidak ada maksud menyinggung, memang gayanya saja yang seperti itu, salah satu teman terbaik Arreta. ### Saat bel istirahat berbunyi, semua anak segera memasukkan semua buku pelajaran kedalam tas dan menaruhnya kedalam laci meja. Anak-anak masih sibuk di mejanya masing-masing. Tiba-tiba Pram mendekati Aretta, sambil memasang muka memelas duduk bersimpuh di samping aretta. Pram :"Rett, gimana dah sehat?Maafiin aku ya? kita teman kan? Kamu tahu aku bukan enggak suka sama kamu kan?" (sambil menghela nafas panjang, berdiri dan duduk lagi). Aretta :"Memangnya salah apa? Kan enggak salah apa-apa sama aku" (tersenyum lega, akhirnya pembullyannya akan berakhir, dan mungkin saja Pram akan menjadi teman yang baik). Sebenarnya Pram ini baik, saat awal jumpa di bumi perkemahan, Aretta melihat dia banyak kenalan sebelum masuk SMA, waktu itu dia dikunjungi banyak teman-temannya, dan setelah masuk SMA pun sangat cepat mendapatkan kawan, sangat percaya diri, murah senyum dan kocak. Namun pada suatu waktu dia marah secara berlebihan, membabi buta, ekspresinya terlalu berlebihan bagi anak-anak SMA seperti kami, yang hanya ingin hidup bahagia dan sekolah dengan lancar, tanpa ada hambatan apapun. Dia Seperti memendam suatu masalah yang besar dalam pikirannya, namun tidak bisa mengatakannya kepada siapapun, jadi kekesalannya itu dilampiaskan ke teman-temannya terutama yang lemah. Ane dari samping bangku Retta melihat biasa, santai tapi tajam, memandang Pram lalu memandang Retta. Sangat membingungkan ekspresinya itu, maksudnya apa? seperti ingin mengatakan sesuatu yang penting. Tapi Ane tidak mau punya masalah dengan Pram. Jadi lebih baik diam. Dikemudian hari Ane pun bercerita, kalau sebenarnya Pram dipanggil dewan Guru karena ketahuan membully, dan jika tidak berhenti maka akan dikeluarkan dengan terpaksa. Retta pun kaget Tapi dia ingin sekolahnya lancar-lancar saja tanpa takut lagi. Retta pun akhirnya memilih untuk tidak ambil pusing tentang kabar itu, karena itu bukan urusannya, meskipun dia salah satu korban yang di bully. Berita baiknya sejak saat itu Pram tidak pernah terlihat membully siapapun, dan terkadang tiba-tiba mendekati Retta kemudian bercerita, entah apa yang diceritakannya, Retta dengarkan saja, yang penting Retta sudah terbebas dari rasa takut diintimidasi. Terkadang pun saat di rumah, Pram menelpon dan curhat tentang pacarnya. Retta merasa berterima kasih kepada Pram karena mempercayainya sebagai teman. ### Hari demi hari berlalu, semua anak belajar dan menjalani hari-hari sekolah dengan tenang dan menyenangkan. langit selalu biru dan terkadang hujan mengguyur sampai sore hari, membuat suasana sekolah sejuk dan tidak panas, anak-anak terkadang bermain air hujan meskipun celana panjangnya atau roknya basah, mereka tidak peduli dan melanjutkan pelajaran di kelas dengan baju dan celana yang basah, betapa tidak nyamannya. Jam kosong pun sangat dinantikan meskipun sangat jarang, karena sekolah kami termasuk sekolah yang sangat disiplin, anak-anak yang bandel pun terkadang keluar bermain atau jajan di kantin saat jam kosong. Yang kedapatan keluar saat jam kosong tentu saja mendapat poin dan saat upacara nanti dihukum. Anak-anak yang baik akan mengerjakan tugas yang diberikan Pak guru atau Bu guru saat jam kosong, tentu saja akan mengerjakan tugas dobel, karena anak-anak bandel selalu memaksa yang baik, minta tolong untuk dituliskan sekalian. Minta tolongnya sedikit memaksa, tapi karena anak baik, tetaplah anak baik yang akan menolong meskipun terpaksa. Sekolah dan nilai semua anak pun tetap terpenuhi dengan baik. Dengan perbandingan nilai anak baik yang rajin nilainya bagus, dan anak yang suka minta tolong nilainya sedang-sedang saja. kok bisa? Ya anak baik akan mengosongkan beberapa nomor untuk anak yang meminta tolong, atau membalikan jawabannya beberapa soal supaya tidak sama. ### Saat menjelang malam seusai sholat maghrib, Arreta merebahkan diri di kasurnya, tiba-tiba hapenya berbunyi. Dia pun membuka pesan yang masuk di hapenya, ternyata dari nomer tidak di kenal. Di bukanya pesan itu dengan perlahan dan hati yang bertanya-tanya. Jaman dulu belum marak penipuan lewat hape. Jadi bisa di perkirakan itu orang yang dia kenal, lalu mendapatkan nomer dari teman yang sudah tahu nomer Aretta, atau bisa jadi itu seseorang nun jauh disana yang mengacak nomer untuk mencari kenalan. D: Hai,apa kabar? Retta pun membalas, Retta : Baik, siapa? D: Masa lupa? Retta : Siapa, teman yang mana? D: Kamu memang mudah melupakan. Retta : Dav...itu kamu? D: Iya... Retta kaget dan berdiri dari kasurnya, dia yang ditunggunya. Akhirnya memberi kabar. Senang, bingung, marah, terkejut. tapi kenapa? Selalu saja susah di tebak, seperti selalu benci dan tidak pernah peduli, tapi disisi lain terkadang berbicara seperti hafal betul dan ingat semua sifat Retta. Kebiasaan Retta, dan cara berfikir yang sama-sama rumit. Sebenarnya suka tapi benci, benci tapi sangat rindu. Selalu terpikirkan tapi bukan siapa-siapa. Arretta menghela nafas, masih tidak percaya benarkah ini David atau hanya orang yang iseng menjawab iya. Namun Dia hafal betul gaya bahasa anak itu. Tapi semuanya hanya seperti mimpi, kami hanya teman biasa saat SMP, semua teman sama, sama baiknya, baik teman laki-laki maupun teman perempuan. David memperlakukan semua teman sama. Jadi kenapa dia tiba-tiba mengirim pesan. Lalu apakah david tahu perasaan Retta kepadanya, rasanya semua itu tidak mungkin. Pria aneh itu sudah menghilang sejak kelulusan dan tidak pernah ada kabar darinya. Dia bersekolah entah dimana, tidak lagi berhubungan dengan teman-teman yang lain. Tidak ada teman SMP yang bersekolah sama dengannya. Sama sekali tidak ada komunikasi. Dan tidak ada teman yang membicarakan tentang David selama ini. Sekarang sudah satu tahun sejak Pertemuan terakhir. Mereka sekarang sudah kelas 2 SMA. ### Masih ingat betul Retta, saat SMP ketika David minta tolong kepadanya untuk mempertemukan dengan Adek kelas yang cantik jelita bernama Yumna, gadis itu mungil cantik jelita dan baik hati. Kaget tentu saja, kenapa harus Retta yang disuruh, kenapa tidak teman yang lain. Dan kejam sekali laki-laki itu, kenapa dia tidak peduli perasaan Retta saat itu hancur berkeping-keping rasanya. Oh baiklah, dia tidak tahu kalau Retta menyimpan perasaan kepadanya, dan memperlakukan David sama dengan yang lain. Wajar saja David menyuruhnya, tapi apakah Retta tidak bisa menolaknya? Dia tidak bisa. Meskipun hatinya sakit dia akan tersenyum dan berlaku seolah-olah tidak ada apa-apa. Retta harus menyembunyikan perasaannya, David tidak boleh tahu, teman-teman yang lain pun tidak boleh tahu. Seperti itu lebih baik. David pun tidak punya perasaan apa-apa kepada Retta, jadi apa alasan Retta marah, malu sekali bukan kalau marah? David akan tahu perasaannya yang bertepuk sebelah tangan, dan teman-teman yang lain tentu saja akan terkejut, tidak mungkin Retta menyukai David. Karena mereka selalu bertengkar, selalu berdebat dan tidak ada yang mau mengalah. Dengan berat hati, Retta menyanggupi untuk membantu David bertemu Yumna. Sakitnya lagi, Retta harus menunggu mereka, kedua orang yang saling jatuh cinta, sungguh mengesalkan, ingin rasanya Retta memukul keduanya, atau mengguyur mereka dengan air. Dasar Playboy tengil, pacaran kok sama anak kecil. Pakee minta tolong segala lagi. Apa itu cinta pertama? t*i kucing. David yang masih seperti anak kecil pikirannya, kok bisa-bisanya jatuh cinta? Retta sangat terkejut, kok bisa? mau nembak cewek, anak kelas satu lagi. Sedangkan, selama ini saja, tidak terlihat dia tertarik kepada seorang pun cewek, termasuk Retta. Setelah pertemuan mereka, yang pertama itu. David masih minta tolong Retta lagi, untuk menyampaikan salam ke Yumna. Dan tentu saja, Retta berpura-pura dengan senang hati membantu David. Disampaikannya salam itu. Retta :"dek, dapat salam dari david?" (berdiri di depan pintu kelas yumna, sambil separo badannya dia sembunyikan di balik pintu) Yumna senyam-senyum malu :"Apaan sih mbak retta ini?" Retta dalam hati dongkol abis, tapi tetep manis menyampaikannya:"iya tadi david minta tolong sampaikan salam. Diterima kan?"(tersenyum lebarrrrrr, tapi hati sakit, kejamnya kamu David) Yumna :"terserah mbak Retta saja....hihihihi"(tersipu malu, namanya masih kelas satu SMP). Retta tambah panas, tapi berusaha dingin, tangannya mengepal saking dongkolnya, rasa-rasa pengen memukul tembok disampingnya, namun dia tetap tersenyum ceria:"cieeeee....ya udah ya mbak balik dulu". (berjalan kaku dan cepat-cepat, mukanya jelas ditekuk-tekuk) Sampai di kelas, David sudah menunggu di kursi dekat tempat duduk Retta, Retta pun tertawa garing dibuat-buat "diterima salammu" galak. Teman-teman yang lain pun mengejek David "cieeee adik kelas niyee". Semua teman laki-laki bersorak mengejek David. Itu tanda, mereka menyetujui pasangan itu. Retta tentu saja semakin sakit, semakin perih hatinya. Tapi dia bisa apa, memangnya dia pacar David? Hak David untuk jatuh cinta. Dia sendiri tidak tahu perasaan Retta kepadanya. Jadi tidak salah dong. Memuakkaann. Sampai di rumah Retta menangis sendirian di kamarnya, dia tengkurap diatas kasur, menangis tersedu-sedu. Suasana rumah yang sepi membuat suasana semakin menyedihkan baginya. Seorang Retta patah hati. Hai apa kabar duniaaaa, memalukan. Tidak mungkin dia menangis di depan teman-temannya, malu sekali rasanya. Karena dia terkenal Cewek tangguh, tomboy, banyak yang menyukai. lagi pula, kalau dipikir-pikir tidak ada manfaatnya menangis, banyak yang suka dengannya, Jadi kenapa dia harus menangis. Dia merasa aneh sendiri. Dia mengusap air matanya, tidak perlu menangis, untuk apa? Apa yang ditangisi, aneh sekali, marah, cemburu, patah hati, tapi tidak tahu ditujukan untuk siapa? Retta kemudian memilih untuk belajar dan tidak memikirkan David lagi, suara pak Guru Bahasa Inggrisnya terngiang-ngiang di telinganya, " Masih kecil nggak usah aneh-aneh pacaran, nek perlu, tulis besar besar di dinding kamar. “NO BOYS, NO CRY. NO WOMEN'S NO CRY. LET'S STUDY HARD". Oke Aretta mengangguk anggukan kepala sambil mengacungkan jempolnya. tanda setuju dengan pak Gurunya. lalu di dinding kamarnya dia tulis "No boys, No cry". ### Keesokan harinya hujan rintik-rintik membasahi rerumputan di halaman rumah, dan sepanjang jalan menuju sekolah. Disekolah pun, teman-temannya sedang asik bermain hujan sambil bercanda-canda riang gembira. David belum datang. Retta tak karuan hatinya, uring-uringan, sejak datang sudah merah-marah terus. Teman-teman lali-lakinya semua dimarahinya hanya karena hal sepele. Padahal mereka tidak salah apa-apa?. Jodi :"ngapain sih kamu Rett, marah-marah mulu, enggak ada apa-apa juga. Aneh tau nggak". Retta :"biarin..."(masih uring-uringan menuju kelas, duduk di kursinya lalu kepalanya dia letakkan di meja, tidur-tiduran malas). Jodi :"woyyy kenapa sih?"(sambil melambai ke retta) Retta membalikkan kepalanya membelakangi Jodi, tanda dia tidak mau ikut bermain. Jodi pun menggelengkan kepalanya dan lanjut bermain-main dengan kawan-kawan yang lain. Tak berapa lama kemudian retta mendengar suara itu. Suara yang ditunggu tunggu nya. Namun gengsi, tidak mau terlihat menyukai seseorang, cowok harusnya yang menyukai dia duluan, bukannya dia cewek yang harus menyukai seorang cowok duluan. Harga diri dong. Enak aja. David :"halo...halo teman-teman muah muah" (sambil sok selebriti melambaikan tangan kesemua teman-temannya). Dia memutar-mutarkan tasnya dan dia banting pelan ke mejanya. Anak itu memang sangat lebay. tapi Retta tentu saja tidak marah dan justru menunggu-nunggu kedatangannya meskipun tidak kelihatan. Retta tidak mau melihatnya. Tapi David tahu Retta sedang tidak enak hati, meskipun begitu biasanya Retta memang selalu marah-marah. Dengan pedenya David malah memanggil-manggilnya seperti biasa dia terkadang memanggil beberapa teman yang terlihat matanya saat dia datang dan mewawancarainya seperti reporter sepakbola. David :"Retta....Rettaa Aretta....hujan mengguyur deras pagi ini, dan semua tim telah bersiap, bagaimana menurut anda?" Retta :"terserahhh...."(enggan menjawab sambil menutupi mukanya dengan kedua tangannya tetap tiduran diatas meja) David keluar dan ikut bermain bersama teman-teman yang lain sampai jam pelajaran tiba. Waktu pun berlalu dengan cepat dan bel istirahat berbunyi, semua anak bergegas ke kantin, perpustakaan, atau ke mushola untuk sholat dhuha. Retta pun biasanya melakukan hal yang sama dengan anak-anak yang lain namun hari itu dia benar-benar malas dan kembali tiduran diatas meja malas-malasan, david pun tiba-tiba duduk disebelahnya. David :"Retta minta tolong dong. Sekali ini aja. Abis itu enggak minta tolong lagi lah". Retta :"apa???"(malas tapi merasa berdosa jika menolak) David :"Tolong kasih surat ini ke Yumna donk". Retta :"Entahlah dav, anak laki-laki kenapa?"(akhirnya Retta mau menolak. Sungguh unfaedah sekali ikut-ikut drama percintaan orang lain). David :"besok udah nggak minta tolong lagi."(yakin sekali dia berbicara). “Bener ya?” Retta melihat david mencari kejujuran dalam matanya, Retta pun berdiri sambil malas, mengulurkan tangannya meminta surat itu. David kemudian memberikan sebuah surat. Retta kemudian pergi menuju kelas Yumna. Retta di depan kelas Yumna:"dek panggilin Yumna Dong!"(menyuruh seorang anak yang dia kenal memanggil yumna) Yumna pun datang sambil tersenyum senang melihat Retta. Retta tersenyum balik sangat bahagia..tapi dalam hatinya dongkol. Retta :"dek, ini ada titipan dari si itu tu, cieeee seneng ya. Duh yang lagi berbunga-bunga". Retta sebenarnya senang dengan anak ini karena cantik jelita dan baik hati, dengan Retta pun hormat sekali. Tapi gara-gara david yang menyukainya tentu saja Retta cemburu tapi hanya dalam hati. Yumna pun menerima surat itu, dan Retta kembali ke kelasnya. Melapor ke bos David "sudah pak." David :"thank uuuuu"(biasa saja, tapi melihat tajam ke Retta seperti ada yang mau disampaikan). Waktu pulang sekolah pun tiba dan Retta pulang dengan Nola dan Wiya teman karibnya. Tak sengaja Retta berpapasan dengan Yumna dan teman-temannya. Tapi kenapa matanya sembab merah dan wajahnya marah. Retta pun secara reflek bertanya "kenapa Yumna?" Yumna hanya melihat Retta, seperti tidak suka, dan dia terus berlari bersama teman temannya tanpa menjawab. Setelah beberapa hari Retta pun baru tahu kalau surat yang dia sampaikan ke Yumna dari David adalah surat putus. Mereka jadian tak lebih dari seminggu. Iya tidak lebih dari seminggu. Untuk apa Dav kamu mempermainkan anak itu? Kamu yang pertama baginya. Luka itu akan bertahan lama. Jika kau tak tahu perasaannya. Cukuplah berlagak tak tahu dan teruslah menjadi temannya. Jangan kau tambah rasa sakitnya perasaan, yang tidak terbalas, dengan luka yang lebih dalam lagi, (Paranoid. Ans).
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN