4. Casting

1028 Kata
"Hai, semua," sapa Cesya ketika sampai di kediaman Candramawa. Senyumnya selalu lebar, tapi tak selebar daun kelor seperti pepatah yang selalu diucapkan orang-orang. "Hai, Sya." Shalom balas menyapa, "Sini Sya, duduk!" tambahnya. "Ngomong-ngomong, Aa Penta ke mana? Kok aku cari-cari tidak ada?" tanya Cesya sedikit lesu. Bagaimana tidak lesu? Tujuannya datang ke rumah itu demi menemui pujaan hatinya, Pentagon. Namun, sesampainya di sana ia tidak mendapati pria itu di manapun. "Cieeee ... Aa Penta," ledek Shalom. "Apaan, sih, Shal. Aku tanya di mana Penta?" tanya Cesya lagi. "Penta sudah kupecat," timpal Kanagara dingin. "Shal, Tuan kejam kenapa, sih, pagi ini? Menyebalkan sekali!" dengus Cesya kesal. "Sudah jangan dengarkan dia," balas Shalom mengusap bahu Cesya. "Lebih baik kau cari sendiri dan jangan ganggu waktuku bersama Shalom. Kau cari saja di kamarnya atau kalau tidak, kau bisa cari di kamar mandi," ketus Kanagara pada Cesya. Akhir-akhir ini, pria itu sangat sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Di saat ia memiliki waktu luang dan ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan sang kekasih. Justru Cesya datang dan mengganggunya. "Shark," protes Shalom. "Iya, Salmon Sayang," balas Kanagara lembut. "Berhenti bersikap kekanakan seperti ini. Kau tahu bukan aku tidak suka pria kekanakan?" Dari kata-kata Shalom tidak ada kata ancaman. Namun, dari nada suaranya justru terdengar bahwa gadis itu sedang mengancam. "Aku tahu. Tapi, aku rindu dan aku ingin menghabiskan waktu denganmu. Atau kita menikah secepatnya saja?" Tidak pernah sekali pun Kanagara merasa lelah mengajak Shalom menikah. "Jangan mau menikah dengan pria kejam dan kekanakan seperti dia, Shal. Aku tidak akan setuju dan aku akan mencarikan jodoh terbaik untukmu. Tidak seperti dia yang sangat menyebalkan," timpal Cesya kesal tidak terima dengan sikap Kanagara yang menyebalkan. "Memangnya kau berani?" ejek Kanagara. "Kenapa tidak berani? Kau pikir aku ini gadis penakut. Maaf karena aku harus mengatakan ini padamu, Tuan Kejam. Bahwa aku, Cesya Putri Adhiyaksa tidak pernah mengenal rasa takut," tantang Cesya menggebu. "Oh, ya? Meskipun aku akan mengirim Penta ke Afrika sekali pun? Sekalian kukirim Penta ke kota yang paling pelosok agar kau tidak akan pernah bisa menemukannya," ancam Kanagara dengan seringaian jahatnya. "Shark, Sya, aku mohon. Tolong jangan kekanak-kanakan seperti ini. Kenapa kalian hobi sekali bertengkar seperti ini?" keluh Shalom melihat perdebatan calon suami dan sahabatnya. "Dia duluan yang mulai, Shal," tuduh Cesya menunjuk ke arah Kanagara layaknya anak kecil yang habis bertengkar. "Bukan aku, tapi kau. Kau tiba-tiba datang ke sini dan mengganggu waktu kebersamaanku dengan Shalom. Terlebih, dia mengatakan ingin mencarikanmu jodoh," elak Kanagara balik menuduh Cesya. "Sudah, sudah, jangan saling melempar kesalahan." Shalom berusaha menghentikan perdebatan mereka, "Lebih baik kau cari Penta di dalam, Sya. Tadi itu, Kakek memanggilnya," imbuh Shalom. "Baiklah, terima kasih, Sayang. Dan kau, selamat tinggal, Tuan kejam!" Cesya lekas masuk ke dalam mencari Pentagon sesuai dengan instruksi yang Shalom berikan. Mudah-mudahan saja, ia bisa langsung bertemu dengan Pentagon. "Kakek? Kenapa cucu Kakek menyebalkan sekali," keluh Cesya berjalan masuk menuju ruang tamu. Di sana, ada Kakek Candramawa dan juga Rinda, Ibu Shalom. Wanita itu memutuskan untuk tinggal di sana setelah Shalom dan Kanagara membujuknya dengan syarat mereka akan segera menikah. Meskipun sampai sekarang Shalom masih belum bisa memutuskan. "Cucu Kakek yang mana?" tanya Kakek Candramawa menatap Cesya heran. Setiap kali gadis itu datang berkunjung ke rumahnya. Pria tua itu merasa hari-harinya jauh lebih berwarna. Pertama setelah kehadiran Shalom untuk pertama kali dan Cesya untuk kedua kalinya. Mereka berdua sama-sama gadis ceria yang membuat rumah besar itu tidak lagi sepi. "Memangnya ada berapa banyak cucu yang Kakek miliki?" tanya Cesya mencebikkan bibirnya. Lalu, menghempaskan tubuhnya di sofa sambil melipat kedua tangannya di perut. "Bukankah sekarang cucu Kakek ada tiga? Kana, Shalom, dan juga kau?" tunjuk Kakek Candramawa pada Cesya. "Jadi, Kakek sudah menganggap Cesya sebagai cucu Kakek sendiri?" Gadis itu langsung menegakkan tubuhnya, "Sekalian masukkan Cesya ke kartu keluarga Kakek. Setelah itu, siapkan kamar karena setelah itu, Cesya akan pindah ke sini," sambung Cesya bersemangat tapi tidak terdengar serius. "Astaga, Cesya! Dari dulu sampai sekarang kau ini tidak pernah berubah. Selalu membuat suasana renyah," timpal Rinda. "Ah, Bibi, ini ada-ada saja. Memangnya Cesya ini makanan ringan yang renyah," protes Cesya sengaja memajukan bibirnya. "Kalau kakek memasukkan namamu di kartu keluarga. Lalu, bagaimana dengan ayahmu? Apa kau rela meninggalkan ayahmu hanya demi tinggal di sini demi seorang pria? Sedangkan di rumah, ada pria yang selalu mencintaimu dan selalu di sisimu sejak kau lahir," tanya Kakek Candramawa serius. "Ah, Kakek, ini. Cesya hanya bercanda, Kek. Cesya tidak benar-benar serius mengatakan hal itu. Cesya hanya kesal saja dengan Kana. Jadi, Cesya berniat untuk mengeluarkannya dari kartu keluarga dan menggantinya dengan nama Cesya, hahaha ..." jawab Cesya terkekeh geli. "Kakek tahu dan kakek juga tidak benar-benar serius mengatakannya. Oh iya, alasan kau di sini karena Penta bukan?" tanya Kakek Candramawa. Ia tahu betul bahwa Cesya sangat menyukai Pentagon. Jadi, tidak perlu ditanyakan lagi jika ada gadis itu di rumahnya. Karena gadis itu datang hanya untuk bertemu dengan Pentagon. "Bagaimana Kakek bisa tahu?" tanya Cesya malu-malu. "Tentu saja, kakek tahu. Kau itu bukan tipe gadis yang suka menyembunyikan perasaan," balas Kakek Candramawa. "Kalau Kakek sudah tahu tentang hal itu. Jadi, di mana Penta sekarang?" tanya Cesya sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok pujaan hatinya. "Entahlah. Tadi itu, kakek memintanya untuk melompat dari atap rumah ini," balas Kakek Candramawa santai. "Apa?! Kakek yang benar saja. Bagaimana bisa Kakek meminta Penta melompat dari atap rumah ini? Cesya belum bisa merebut hatinya. Belum menikah dengannya, belum menikmati malam pertama dengannya, dan belum memiliki anak dengannya." Cesya sangat terkejut dengan apa yang telah ia dengar, "Dan sekarang ... Huuuaaaaa ... Bagaimana mungkin Kakek setega ini? Huuuaaaa ..." teriak Cesya histeris. "Jangan terlalu mendramatisir, Cesya. Kakek hanya bercanda dan tidak benar-benar serius mengatakannya," ujar Kakek Candramawa. "Iya, Cesya tahu." Gadis itu menghapus air mata di pipinya, "Cesya hanya mengikuti sandiwara yang Kakek mainkan, hehehe," kekeh Cesya. "Ya ampun, Cesya! Ternyata selain pandai menyegarkan suasana. Kau juga pandai bersandiwara. Kenapa kau tidak ikut casting dan menjadi artis saja. Pasti dalam sekejap mata, kau akan menjadi artis terkenal," ujar Rinda kagum. "Benarkah?" tanya Cesya berbinar. "Tidak sama sekali. Kau lebih pantas menjadi tim hore untuk sebuah acara lawak yang ada di acara televisi." Terdengar suara seseorang yang menyambar membuat semua menoleh ke asal suara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN