Skripsi dan Cafe

1033 Kata
Vina pulang terlebih dahulu daripada Amel karena Amel harus menunggu Satria menjemput dirinya yang katanya tidak jauh dari tempat ini. Seorang pelayan mendatangi Amel meletakkan makanan ringan dan minum membuat Amel menatap bingung dan pelayan hanya mengatakan ada tambahan pesanan dari pria yang tadi membayar pesanan Amel. Amel hanya bisa mengucapkan terima kasih dan menatap makanan yang ada di meja, melihat makanan ini membuat perut Amel lapar kembali padahal tadi sudah makan banyak dengan Vina. “Masih makan aja,” Amel menatap Satria yang sudah berdiri di depannya dan langsung mengambil tempat duduk di depan Amel. “Makan aja,” tawar Amel sambil menyerahkan minuman pada Satria. Satria hanya menggelengkan kepala dan setelah habis mereka langsung pulang karena memang hari sudah terlalu sore untuk mereka berada di cafe ini, tanpa Amel sadari sebenarnya Barry masih ada di dalam mengamati dirinya. Sampai di rumah Amel langsung mengistirahatkan diri di dalam kamar karena memang tadi terlalu lelah mengerjakan skripsi, Amel tidak menyadari jika sudah terlelap dengan nyenyak dan baru terbangun ketika pagi menjelang dengan suara ketukan pintu membangunkannya. Amel keluar dari kamar karena hari ini harus bimbingan dengan Tina jadi harus berangkat dari pagi di kampus, meskipun janji nanti siang tapi Amel ingin menghabiskan waktu di kampus. “Vina,” teriak Amel ketika melihat Vina “sudah bimbingan?,” ketika sudah berada di dekat Vina. Vina mengangguk “udah tinggal daftar aja.” Amel memeluk Vina erat turut bahagia atas apa yang dicapainya dan berharap agar segera menyusul Vina dan bisa wisuda bersamaan termasuk dengan Willy yang katanya sudah mendaftar kemarin karena sudah lolos semuanya. Amel mengikuti Vina melangkah ke ruangan tata usaha untuk mendaftarkan sidangnya, Amel menyapa beberapa pegawai yang dikenalnya dengan memberikan senyuman seperti biasanya. Setelah selesai urusan mereka memutuskan ke kantin untuk mengisi perut dan juga membunuh waktu sambil menunggu Amel bimbingan. “Kamu bimbingan?,” Vina menatap Amel yang sedang makan yang dijawab hanya dengan anggukan “aku tinggal ya secara ada kerjaan,” Amel hanya mengangguk. Amel memutuskan untuk duduk dekat dengan ruang dosen agar tahu kalau Tina melewatinya dan Amel tidak perlu menunggu lama, beberapa teman angkatan Amel sudah sibuk dengan skripsi bahkan masih ada yang berkutat di bab 1 karena sang dosen yang terlalu perfeksionis, Amel bersyukur Tina meskipun perfeksionis tetap memberikan jalan agar Amel paham apa yang dimaksud. “Tante Amel,” teriak anak kecil dari jauh membuat Amel menatap mereka. “Yuki Dino,” Amel menghampiri mereka berdua dan langsung memeluknya dalam satu pelukan “kangen sama kalian.” “Mbak Amel,” sapa seseorang membuat Amel menatapnya. “Hana.” “Bisa titip mereka soalnya aku ada kuliah sebentar lagi,” Hana menatap Amel dengan memohon. Amel mengangguk “aku sekalian bimbingan sama Bu Tina jadi bisalah nanti kalau sudah selesai biar sama Bu Tina,” Hana mengangguk. Selepas kepergian Hana dengan segera Amel mengajak si kembar Yuki dan Dino untuk duduk di tempatnya semula, mereka anak – anak yang mudah diajak bermain atau dialihkan perhatian karena memang dari awal Tina mengajarkan seperti tersebut. Amel menatap mereka berdua yang sangat tenang ketika bermain, bayangan Amel bagaimana bisa kedua orang tua mereka memutuskan berpisah. Amel mengakui meskipun Tina dan suaminya berpisah tetap menjaga hubungan baik demi anak – anak, satu hal yang Amel patut acungi jempol adalah kedewasaan mereka dalam mendidik anak – anak. “Bunda,” teriak Dino membuat Amel mengalihkan pandangan karena mereka melangkah ke arah Tina. “Hana kuliah ya?,” Amel mengangguk “ayo masuk dulu dan tadi sudah aku daftarkan sidang buat kamu.” “Ibu gak perlu repot – repot,” ucap Amel tidak enak sambil mengikuti langkah Tina ke dalam ruangannya. Tina meminta si kembar untuk bermain di tempat biasa mereka menghabiskan waktu, setelahnya membuka berkas Amel yang sudah di revisi dengan memberikan beberapa masukan yang membuat Amel harus siapkan ketika sidang. Amel memperhatikan saran yang diberikan oleh Tina, selama ini memang Tina membantu Amel sangat banyak dan Amel mensyukuri hal tersebut. “Amel, kalau aku minta sesuatu apa akan kamu turuti?,” Amel menatap Tina bingung “tapi sudah lupakan dan aku juga tidak mau kamu melakukan ini.” “Memang apa?,” Amel memberanikan diri bertanya. “Menjadi mama untuk si kembar.” Amel menatap tidak percaya atas apa yang Tina katakan, bagaimana bisa memasrahkan si kembar pada dirinya yang hanya seorang mahasiswi dan sedang mengerjakan skripsi. Amel memang dekat dengan mereka tapi menjadi ibu, tunggu ibu apa yang dimaksud ini, Amel tidak mungkin berpikir sesuatu yang negatif tapi jelas ke arah sana tujuannya. “Siapkan untuk sidang,” perkataan Tina membuyarkan lamunan Amel “perkataanku jangan dihiraukan dan anggap angin lalu.” Amel keluar dari ruangan Tina masih memikirkan perkataan yang keluar dari bibirnya tadi, Amel tidak tahu kenapa tiba – tiba Tina mengatakan hal tersebut. Amel hanya mengangkat bahu tidak ingin memikirkannya dan fokus pada sidang yang akan dijalani bersama teman – temannya yang lain dan juga kedua sahabatnya. “Amel,” teriak Willy dari kantin membuat Amel menghentikan langkah “ikut yuk jalan – jalan ke mall hari ini sebelum sidang.” Amel menghembuskan nafas “isi kepala kamu hanya jalan – jalan dan nanti akhirnya aku ditinggal sendiri lagi.” “Gak lah kita main di timezone yuk,” ajak Willy yang langsung diangguki Amel. Sesuai dengan perkataan Willy di mana mereka saat ini berada di dalam mall dan bermain di timezone. Kebiasaan mereka jika ingin mencari hiburan singkat, biasanya kita pergi bertiga tapi saat ini Vina sudah tidak bisa diganggu sama sekali. Mereka berdua tidak pernah menceritakan masalah pribadi jika sedang berdua, hubungan mereka berdua hanya sebatas kuliah dan teman kampus suatu hal yang tidak diketahui oleh orang banyak. “Sidang kapan?,” Amel menatap Willy yang tampak lelah. “Minggu depan, kamu?,” Willy menatap Amel. “Hari selasa minggu depan.” “Kenapa bisa sama,” Amel menatap Willy bingung “aku jam kedua.” “Pertama.” “Aku gak bisa support kamu,” Willy tampak sedih. “Aku bisa datang kalau sudah selesai jadi tenang saja karena kita sudah saling support sejauh ini.” Mereka menghabiskan waktu kembali dengan mengelilingi mall, Willy berencana untuk membeli barang – barang yang menjadi hobinya selama ini yaitu sepatu. Amel menatap malas atas apa yang dilakukan Willy dan memilih untuk berpencar karena pastinya Willy akan menghabiskan waktu yang sangat lama. Terlalu asyik berjalan membuat Amel tidak menyadari keadaan sekitar dan suatu kecelakaan kecil hampir Amel alami jika tidak ada lengan besar yang memeluk dirinya dari belakang. Amel hanya diam atas apa yang dilakukan pria di belakangnya ingin marah tapi sepertinya hal buruk karena pria ini menolongnya. “Amel kamu tidak kenapa – kenapa?,” Amel menatap pria di depannya dengan khawatir. “Bapak, sedang apa di sini?.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN