"Justin ... Keluar Lo! Justin ... Keluar Lo dari rumah gue! Dasar Lo Bangs*t! Lo berani berbuat mes*m di rumah gue! Keluar Lo Justin! KELUAR!!!"
Tok! Tok! Tok ....
"Justin keluar Lo!" Teriak Queen lebih keras.
Di dalam sana, Justin dan juga wanita itu terkejut akan teriakan dari seseorang di luar sana. Hingga pandangan mereka pun langsung tertuju pada pintu itu.
"Justin itu siapa?"
"Aku juga nggak tau sayang. Kamu sini aja ya, aku buka pintu dulu." Ucapnya yang segera bangkit dari posisinya.
Justin yang saat itu hanya memakai kaos tipis dan celana pendek membuka pintu kamar tersebut.
Deg.
Ia langsung terbelalak melihat Queen yang berada di rumah ini bersama dengan lelaki yang mengaku sebagai pacarnya kemarin. Jelas itu membuatnya tertegun.
"Queen, kok Lo ada disini?"
"Harusnya gue yang nanya sama Lo! Ngapain Lo ada di rumah gue?!" Tanyanya dengan nada tinggi dan juga tatapan yang tajam kearah Justin.
Lelaki itu tak bisa menjawab, ia terdiam membisu dan seperti gelagapan. "Em ... Gue. Akan jelasin sama Lo, kenapa gue bisa di rumah ini." Ungkapnya.
Masih dengan napas yang berderu naik turun tak beraturan, Queen berusaha untuk menahan amarahnya dengan pandangan yang perlahan melihat ke dalam kamar, dan ia melihat bahwa terdapat seorang wanita yang hanya menggunakan tank top serta hotpants berwarna merah.
"Gue bisa di rumah Lo karena Tante Lo, dan gue--"
"Stop! Lebih baik Lo keluar!" Usir Queen yang memotong perkataan Justin.
"Queen Lo dengerin gue dulu. Tante Lo itu ternyata jahat Queen! Dia berusaha untuk ngejual rumah ini."
Perkataan Justin sama sekali tidak ia terima, bisa-bisanya dia berkata kalau Tantenya ini jahat. Padahal jelas-jelas dirinya yang sebagai penjahat, ia berani-beraninya membawa wanita itu masuk ke dalam rumahnya dna berbuat mes*m.
Sungguh itu hal yang menjijikkan, dan kejadian ini sama seperti lima tahun yang lalu saat ia mempergoki Justin yang berselingkuh.
"Tante Lo dan suaminya, itu diem-diem menawarkan rumah ini kepada orang-orang termasuk gue. Dan karena gue tahu kalau rumah ini adalah peninggalan dari orang tua Lo, maka dari itu gue nggak mau jatuh ke tangan yang salah. Dan itu yang menjadi alasan gue untuk nyewa rumah ini untuk beberapa saat."
"Stop Justin! Stop! Lo itu pembohong! Gue nggak akan percaya sama semua omong kosong yang keluar dari mulut lo!"
''Lo harus percaya sama gue, Queen. Gue bener, Tante Lo itu jahat! Dia selama ini manfaatin harta kedua orang tua Lo untuk keperluan pribadi keluarga dia."
Queen yang sudah terlanjur emosi kepada Justin Ia pun langsung mengusir lelaki itu begitu saja tanpa mendengarkan dulu penjelasan darinya.
"Stop Justin! Gue nggak mau dengar kata-kata itu dari mulut Lo lagi, sekarang lebih baik Lo keluar dari rumah gue dan cewek pelac"r itu!" Teriak Queen.
Justin mengatur nafasnya beberapa kali, sulit rasanya menjelaskan semua ini kepada gadis tersebut. Bahwa apa yang ia ucapkan semuanya itu benar bahwa tante dari Queen itu adalah memang jahat. Ia hanya memanfaatkan harta keluarga Queen saja.
Perlahan pandangan matanya tertuju pada Nicho yang berdiri tak jauh dari Queen, dan Nicho pun menatapnya dengan tatapan yang tak suka.
"Lo tuli? Dia usir lo Secara terang-terangan, lebih baik Lo keluar dari rumahnya." Ucap Nicho yang juga ikut mengusirnya namun dengan nada yang halus.
Justin masih menatapnya tajam, ia masih menaruh rasa curiga kepada lelaki tersebut. Namun Queen yang sudah tak tahan lagi melihat dirinya berada di rumah ini dengan cepat ia langsung menarik Justin dengan kasar agar segera keluar dari rumahnya.
"Cepat Lo keluar dari rumah gue!" Decak Queen.
Justin kembali masuk, ia membawa beberapa pakaiannya dan juga wanita tersebut. "Kita pergi dari sini." Ucap Justin pada wanita itu.
"Memangnya dia siapa sih sayang?" Tanya wanita biyu itu yang tak tahu apa-apa.
"Nggak usah banyak tanya. Kita pergi aja dari sini." Sahutnya.
Dengan cepat, Justin dan wanita itu pun memakai pakaian mereka dan Setelah itu mereka pun segera pergi dari kamar itu. Ketika Ia hendak berjalan keluar dari rumah, tatapannya tertuju pada Queen, namun Queen sama sekali tidak melihatnya.
"Gue kasih tau lagi sama Lo. Kalau Tante Lo Beneran jahat, dia cuma maaftin lo doang Queen." Bisiknya, yang sama sekali tak digubris oleh gadis tersebut, Tak lama ia pun langsung pergi bersama wanita itu dari rumah tersebut.
Tes.
Gadis itu meneteskan air mata Seraya melihat Justin yang telah pergi dengan wanita tersebut namun dengan cepat ia segera menghapusnya dan mengatur nafasnya beberapa kali untuk menenangkan hatinya tersebut.
Nicho, yang berada di sebelahnya pun mengerti perasaan yang tengah dirasakan oleh gadis itu. Ia pun segera mendekatinya dan mengusap lembut bahunya untuk menenangkannya.
"Lebih baik kita duduk dulu, Queen." Ucap Nicho yang menuntun gadis itu menuju ke arah sofa yang berada di ruangan itu.
Queen dan Nicho pun segera duduk. Masih dengan perasaan yang campur aduk tak karuan Queen masih terdiam. Ia sakit hati bukan lantaran melihat Justin dengan wanita lain namun ia merasa sakit hati bahwa baru saja ia sampai di Indonesia tapi permasalahan sudah muncul yang membuat pikirannya pun menjadi runyam.
Apalagi, yang dikatakan oleh Justin tadi mengenai tantenya sungguh dia tidak percaya akan perkataan tersebut.
"Queen, Lo baik-baik saja?" Tanya Nicho dengan nada lembut.
Perlahan, gadis itu menoleh ke arah Niko yang berada di sebelahnya ia pun memberikan senyuman tipis ke arah lelaki tersebut. "Ya, gue nggak papa kok."
"Lo perlu sesuatu buat nenangin pikiran Lo?"
Queen menggeleng. "Nggak perlu, gue baik-baik saja kok."
Nicho mengangguk. "Yaudah, kalau gitu gue ke depan dulu ya mau masukin mobil gue ke halaman rumah Lo." Sahutnya yang dianggukan oleh Queen.
Nicho pun segera bangkit dari posisinya Ia pun berjalan keluar dari rumah itu menuju ke mobilnya yang terparkir di luar gerbang rumah Queen.
"Tante Lo itu cuma manfaatin harta keluarga lo doang."
Mendengar kalimat itu yang dilontarkan oleh Justin benar-benar membuatnya merasa tak bisa berpikir jernih, ia tak tahu mana yang harus ia percaya sang tante atau perkataan yang dilontarkan oleh Justin.
Gadis dengan rambut panjang itu menghelah nafasnya, ia meletakkan tas selempangnya di sofa tersebut Lalu ia menyandarkan tubuhnya di sana dan mengusap seluruh wajahnya hingga beberapa kali, mencoba untuk menenangkan pikirannya tersebut.
"Siapa yang harus gue percaya? Gue tahu Justin memang nggak pernah bohong dari dulu sama gue, kecuali sama cewek. Tapi untuk tante, gue tahu dia dulu pernah bertengkar soal harta sama Papah, tapi sekarang apa Iya Tante masih belum berubah?" Monolognya.
Queen menutup kedua matanya sejenak saya menyandarkan kepalanya di sofa tersebut.
"Ini buat Lo."
Perlahan, Queen membuka kedua matanya lalu ia membenarkan posisi duduknya dan tertuju kepada Nicho yang memberikannya sebotol air mineral. Queen tersenyum Ia pun langsung menerima sebotol air mineral tersebut dan segera membukanya, lalu meminumnya.
"Thanks ya." Ucap Queen yang dianggukan oleh Nicho.
Lelaki tampan itu pun duduk tepat di sampingnya. "Lo udah lebih baik?"
Queen mengangguk. "Sedikit."
Nicho mengangguk ia mendengar pelan lalu menoleh ke arah Gadis itu kembali. "Queen. Gue boleh nanya sesuatu sama Lo?"
"Soal apa?"
"Em ... Soal sama apa yang dikatain oleh Justin tadi, gue cuma ngasih saran aja sama lo supaya pikirannya terbuka. Gue bukan mau ikut campur soal urusan lo. Tapi... mungkin lu bisa menyelidiki ini karena lo yang lebih tahu antara sifat tante lo dan juga Justin."
Queen mengangguk. "Iya, maka dari itu gue mencoba untuk berpikir jernih untuk bisa menyimpulkan mana yang benar di antara mereka berdua."
"Em ... Gini deh, memangnya kunci ini ada berapa selain lu yang punya?" Tanya Nicho.
"Cuma ada dua kunci, yang dan dua-duanya di pegang sama Tante gue."
"Bukannya Lo bilang, kalau rumah ini ada yang selalu bersihin yaitu Pak Kosin apa dia nggak megang kunci rumah ini?"
Queen terdiam sejenak. "Setahu gue, Pak Kosim kalau mau bersihin rumah ini itu selalu minta izin juga sama tante jadi kemungkinan dia selalu dikasih kunci dari tante." Sahutnya.
Nicho menganggukkan kepalanya, ia melihat ke arah Queen lalu tertawa kecil saya menggaruk tengkuk kepalanya.
Melihat Nicho yang tertawa kecil membuat dahi Queen pun berkerut. "Lo kenapa? Kok ketawa?" Tanyanya heran.
"Nggak papa, ternyata agak rumit ya." Ucapnya yang agak tertawa agar membuat suasana di ruangan itu tidak terlalu tegang.
Queen pun ikut tertawa kecil melihat Miko yang juga tertawa ia mengangguk. "Iya ... Semenjak kedua orang tua gue nggak ada. Hidup gue memang rumit, gue dituntut untuk mandiri dan melakukan semuanya sendiri, maka dari itu gue memilih untuk pergi ke luar negeri supaya gua bisa fokus sama jalan pikiran gue." Jawabnya.
Nicho tersenyum manis Seraya memandangi wajah gadis tersebut. 'Ternyata Lo memang cewek yang mandiri ya dan gue rasanya tertarik sama lo.' batinnya.
"Nicho." Panggilan Queen membuat lelaki tampan itu pun fokus kembali melihat dirinya.
"Kenapa?"
"Sorry ya, kita baru ketemu tapi lo udah tahu tentang permasalahan di hidup gue, bahkan lo udah nolongin gue eberapa kali. Makasih ya." Ucapnya.
Nicho tersenyum. "Santai aja, Queen. Gue seneng kok bisa bantu lo."
*****
Di tempat lain. Justin yang baru saja mengantarkan pulang wanita yang tadi bersamanya Ia sekarang sedang berada di sebuah kafe yang tak jauh dari kantornya. Lelaki tampan berambut lurus itu sedang berdiam diri di cafe tersebut ia memikirkan apa yang terjadi tadi di rumah Queen.
'Semoga aja apa yang gue ucapin tadi itu bisa Queen percaya, kalau memang benar tantenya itu cuma manfaatin harta keluarganya dia aja.' batinnya.
Justin lalu ia pun meminum jus yang berada di dekatnya dan pengaruhnya kembali. "Tapi apa iya dia percaya sama gue? Argh ... Kenapa tadi gue ketemu sama dia, pas lagi sama yang lain kalau kayak gini kan dia jadi nggak percaya dengan omongan gue." Monolognya.
Brak!
Justin yang emosi pada dirinya sendiri pun menggebrak meja yang berada di depan karena pertemuannya dengan malah berantakan seperti ini.
"Gue harus minta nomor Queen yang baru, atau Gue harus ketemu sama dia lagi untuk bicarain ini semua." Gumamnya.
Justin, segera mengambil ponselnya ia mencoba untuk menghubungi tante Queen dan menanyakan nomor keponakan tersebut.
Tut ... Tut ...
Sudah beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi tante tersebut namun tidak juga diangkat olehnya hingga Ia pun mengirimkan pesan beberapa kali tidak dibaca juga.
"Ini kenapa sih? Dia sengaja menghindar dari gue atau kayak gimana." Monolognya.
"Hah ...."
Justin menghela nafasnya dengan panjang dia menyandarkan tubuhnya di kursi kafe tersebut Seraya mengingat apa yang terjadi padanya dan Queen di rumah itu dan pikirannya pun tertuju pada laki-laki yang mengaku menjadi pacarku tersebut.
'Dia tadi Dateng ke rumah itu sama cowo yang kamarin, apa bener cowo itu pacarnya.' batinnya.
*****
Hujan tak henti-hentinya berhenti, sudah 2 jam ini hujan semakin deras dan sekarang waktu telah telah menunjukkan pukul 18.00. Queen dan Nicho masih berada di rumah itu.
"Nicho Lo nggak pulang?" Tanya Queen.
Lelaki tampan itu terdiam sejenak, mendengar perkataan dari Queen namun dengan cepat Gadis itu pun langsung tertawa kecil dan membenarkan perkataannya.
"Em ... Sorry-sorry gue nggak bermaksud untuk mengusir Tapi maksud gue sama keluarga Lo?"
Nicho pun ikut tertawa kecil. "Ouh itu, gue juga lagi males ada di rumah. Makanya tadi Lo lihat gue ada di taman kan karena itu gua lagi nenangin diri."
"Lo ada masalah?"
"Ya ... Masalah hidup." Sahutnya.
Queen mengangguk kecil. "Semua orang emang punya masalah hidup kan apalagi kayak gue ini terlalu rumit masalah yang gue hadapi."
"Tapi gue salut sama Lo. Lo itu bisa ngejalani hidup yang seperti ini."
"Seperti yang gue bilang tadi kan. Gue menjadi mandiri dan melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan siapa pun."
Nicho tersenyum seraya mengangguk kecil dan memandangi wajah cantik gadis tersebut. Begitu pun juga Queen yang tersenyum ke arah lelaki tampan itu.
Mereka berbincang hingga beberapa menit lamanya, hingga tatapan Queen pun terbuyarkan oleh seorang petir yang menggelegar beriringan dengan derasnya hujan tersebut hingga membuat Queen vpun terkejut dan spontan langsung memeluk Nicho yang berada di depannya.
Nicho yang tahu bahwa Queeni merasa ketakutan. Ia pun sedikit membalas pelukan tersebut secara perlahan dan mengusap punggungnya dengan lembut.
"Nggak papa, ada gue disini." Ucapnya dengan lembut.
Perlahan, Queen mulai melihat ke arah Niko dengan jantung yang masih berdetak kencang gara-gara suara petir yang menggelegar tadi.
"Lo takut petir?" Tanya Nicho lembut, yang dianggukan oleh Queen.