Chapter 31 : Tekad II

1311 Kata
Edward tanpa henti terus bergerak menjauh dari pemukiman, sembari menembakki kawanan Ulrich yang kini sedang mengejarnya. Ia melakukan hal ini tentu saja agar kawanan ‘Makhluk Buas’ itu terpusat padanya, sehingga mengabaikan hal lain. Berlari terus dengan kecepatan tinggi, mendadak Edward melompat kala di depannya terdapat sebuah batu besar, tetapi masih terus menembak walau keseimbangan tubuhnya sedikit goyah. Dari kejauhan, tidak mau membuat Edward mengatasi semuanya seorang diri, Keith menyatukan kedua telapak tangan, lalu muncul begitu banyak tombak api yang seketika melesat ke arah kawanan Ulrich yang sedang mengejar Edward. Sayangnya, serangannya itu lebih lemah dari serangan Edward, sehingga tidak sanggup menembus kulit Ulrich yang tebal serta keras. Namun, sebagai akibatnya, sebagian Ulrich memalingkan pandangan mereka dari Edward, dan mengarah ke arah Keith dan Angel. Sebagian kawanan Ulrich itu pun segera melesat cepat ke depan kedua remaja itu. Akan tetapi, dengan tenang Angel membuat sebuah pelindung berbentuk tempurung untuk melindungi dia dan Keith. “Angel, Keith, lari! Pelindungmu itu tidak akan kuat!” seru Edward, tetapi para Ulrich memanfaatkan waktu Edward berteriak itu untuk menambah kecepatan, membuat Edward terpaksa harus menjadi lebih gesit dan menembakki mereka jauh lebih cepat lagi. “Sialan! Kalian sungguh makhluk yang menyebalkan!” Meski Edward mengumpat kesal, tetap tidak mengubah apa pun. “Biar aku yang mengurusnya!” Dari belakang Keith dan Angel, Vincenzo melompat tinggi, langsung mengayunkan pedangnya secara vertikal dari atas ke bawah, sekuat tenaga. Sontak saja salah satu Ulrich yang terkena tebasan pedang itu mundur cukup jauh, diikuti oleh Ulrich lainnya yang juga langsung menjaga jarak, tidak mau mengambil risiko untuk langsung menyerang Vincenzo dan yang lainnya. “Kulitnya sangat keras. Pedangku tidak sanggup memotongnya, malah tanganku menjadi gemetar olehnya.” Vincenzo merasa sekujur tubuhnya bergetar sekarang. Usai mengulur waktu cukup lama, melihat semua temannya sudah berkumpul kembali, Edward pun ikut berkumpul dengan mereka semua. Edward kini menyadari sesuatu hal, kulit Ulrich ternyata jauh lebih keras dari kulit Helmer, dan tenaga mereka juga jauh lebih kuat dari Helmer, sehingga kesimpulannya, sangat mustahil untuk menang sekarang. Bingung harus bagaimana lagi, Edward berkata, “Sebaiknya kita pergi mencari tempat bersembunyi dari mereka. Melawan mereka sangat berbahaya sekarang. Kalau pun kita dapat mengalahkan mereka, menurut informasi yang aku tahu, mereka akan segera meledak.” Kali ini Edward sudah kehabisan akal, meski sebelumnya ia memang memiliki sebuah rencana, usai menghadapi langsung Ulrich, rencananya jadi tidak bisa digunakan. Sejenak Vincenzo melirik ke belakang, sedikit ke samping, tepatnya ke arah sebuah bangunan besar yang tersembunyi di balik pepohonan. “Kalau kita menyerah dan bersembunyi sekarang, aku ragu kalau mereka akan selamat ....” Vincenzo tidak dapat mengambil sebuah keputusan yang dia tahu akan membahayakan nyawa cukup banyak orang. “Aku tahu, kawanan Ulrich ini pasti sudah mengetahui tempat evakuasi warga, tetapi sengaja tidak langsung melesat ke sana karena masih ada kita.” Dalam keadaan seperti ini, bukan hanya Vincenzo dan Edward saja yang bimbang, melainkan juga Carina yang awalnya menentang untuk datang kemari. Carina sangat paham bagaimana kebaikan hati Vincenzo, sehingga mengambil keputusan untuk menyelamatkan diri dari bahaya dengan membuat orang lain masuk ke dalam kemungkinan bahaya, tidak akan pernah diambil oleh Vincenzo. Edward kemudian mengembuskan napas panjang, menggenggam erat senapan panjang dan besar miliknya. “Aku tahu kau akan mengatakan itu, Vincenzo.” Ia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan, “Kalau sudah seperti ini, tidak ada jalan lain lagi yang dapat kita ambil selain betaruh pada takdir. Aku akan berusaha mencari kelemahan mereka, jadi ayo kita lawan!” Memang benar Edward tidak yakin apakah dapat menemukan kelemahan Ulrich atau tidak, tetapi sekarang tidak ada yang bisa ia lakukan selain berusaha keras. Ia sangat sadar kalau begitu kecil kemungkinan ia dapat menemukan kelemahan ‘Makhluk Buas’ itu. Ditambah, ia juga tak tahu harus melakukan apa selain bertarung habis-habisan saat ini. “Mereka datang!” Carina berteriak, langsung mengarahkan senapannya ke depan, menembak para Ulrich itu secara refleks. Tidak menghentikan, Edward lantas ikut menembakki para Ulrich itu juga, sama seperti Carina. “Sialan! Aku tidak bisa berhenti mengupat kalau sudah seperti ini!” Edward merasa kesal, bukan hanya karena lawan mereka terlalu kuat, tetapi juga karena tidak dapat menahan mulutnya untuk berhenti mengupat kala serangannya tidak berhasil. Ketika Edward, Carina, Keith dan Angel tampak panik, Vincenzo berkata pada Keith, “Keith, gunakan serangan terkuatmu untuk membantu Carina dan Edward.” Tanpa mau menunggu respons dari Keith, Vincenzo langsung beralih pada Angel, “Angel, maaf, tapi tampaknya kita harus menggunakan formasi yang meberatkanmu ....” Tentunya Angel segera sadar akan apa yang sebenarnya sedang Vincenzo bicarakan. Gadis itu kemudian membalas, “Tenang saja, aku akan melakukan yang terbaik yang aku bisa!” Angel langsung memperkokoh pelindungnya, tetapi tidak juga membuat pelindung terkuat, sebab tahu dia tidak bisa menggunakan pelindung itu dalam waktu lama. Ketika semuanya sudah berdiri sesuai posisi, Keith, Carina dan Edward juga masih terus menyerang menggunakan serangan jarak jauh mereka, Vincenzo menghunuskan pedang besarnya ke depan, berkata, “Tidak ada gunanya menahan diri. Mereka sangat kuat, harus kita akui, tapi kita juga tidak bisa menyerah begitu saja! Berikan mereka kekuatan terbaik kita!” “Ya!” Sontak saja semangat teman-teman Vincenzo membara kala mendengar ucapan Vincenzo yang begitu meyakinkan. Mereka semua tahu kalau Vincenzo hanya menegaskan apa yang akan mereka lakukan, tetapi penegasan dari Vincenzo itu memberikan efek positif yang lebih baik bagi mereka semua. “Mereka terlalu banyak! Sialan!” Edward yang kesal lagi-lagi mengupat, membuatnya tambah kesal dan melampiaskan kekesalannya dengan menyerang kawanan Ulrich sekuat tenaganya. “Kalian makhluk sialan sudah membuatku kesal karena bingung harus kesal karena apa!” Baik Vincenzo dan yang lainnya, baru pertama kali melihat Edward yang tampak sekesal ini. Biasanya, Edward akan terus mencoba bersikap tenang tanpa terpancing emosi karena apa pun, tetapi sekarang tampak frustasi. Mereka tidak tahu betapa tertekannya Edward karena tidak sanggup untuk menemukan cara tentang bagaimana mengalahkan kawanan Ulrich, sehingga membuatnya muak pada diri sendiri. “Edward ....” Vincenzo dengan tenang melangkah ke depan. “Kita akan mengatasi semuanya bersama. Kalau kau merasa tidak berdaya, jangan lupakan kami selalu ada bersamamu!” Vincenzo tampaknya sudah mengerti mengapa Edward menjadi kesal, sehingga perlahan dia mengalirkan energi dari mutiara di dalam lengan kanannya, ke dalam pedang besarnya. Bagi Vincenzo, ini adalah senjata terkuatnya, dan merupakan senjata terakhir yang akan dia gunakan ketika menghadapi sesuatu hal. Namun, sekarang dia sadar tidak ada gunanya menyerang setengah-setengah. Tanpa menunda lebih banyak waktu lagi, Vincenzo langsung melesat ke depan, melompat dan langsung menghantam salah satu Ulrich dengan pedangnya. Karena kekuatannya dan kekuatan pedangnya bertambah berkali-kali lipat, kulit Ulrich yang tadinya sangat keras untuk mereka tembus, sanggup dibuat retak oleh Vincenzo. Akan tetapi, Edward yang melihat ini langsung menyadari sesuatu hal. “Vincenzo, awas!” Edward langsung melompat dan menarik Vincenzo ke belakang, hingga jatuh. Segera setelah mereka mendarat, Edward langsung berteriak pada Vincenzo, “Apa kau lupa?! Kalau kau menghancurkan kulit mereka, mereka akan langsung meledak seketika! Kita harus lebih berhati-hati, mereka adalah granat yang bergerak sesuka hati!” Vincenzo langsung bangkit berdiri, masih menatap tajam ke depan, menjawab, “Aku mengerti, Edward.” Dia kemudian memalingkan pandangan ke arah Carina. “Carina, sekarang!” Di saat Carina hendak menarik pelatuk senapannya, beberapa Ulrich langsung melesat ke bawah, tepat ke arah Vincenzo dan teman-temannya. Tanpa mau mengatakan apa pun, Vincenzo segera melesat dan menghandang beberapa Ulrich itu, menyerang mereka sekuat tenaga, tanpa ada niat untuk menahan diri. Meski memang serangan Vincenzo efektif untuk meretakkan kulit ‘Makhluk Buas’ itu, tetap ada harga yang harus Vincenzo bayar. Tersentuh dengan perjuangan Vincenzo yang sangat gigih, Carina langsung membidik semua Ulrich yang kulitnya sudah diretakkan oleh Vincenzo. Gadis itu pun segera menembak semua Urich itu, hingga ada satu di antara mereka yang meledak di dekat Ulrich lainnya, sehingga Ulrich yang terkena ledakan itu juga ikut meledak. Edward yang melihat kejadian itu, langsung menemukan apa yang selama ini ia cari. “Ini dia!” kata Edward. “Kelemahan mereka yang selama ini aku cari, akhirnya aku temukan!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN