As-2

1594 Kata
Langkah demi langkah kaki terdengar dari lorong sebuah apartemen, entah ke mana kakinya akan membawanya. Hingga langkahnya berhenti ketika melihat sebuah pintu besar berwarna putih itu terbuka.  Disana, dia melihat seorang pria sedang memeluk seorang wanita yang sedang menangis tersedu-sedu, tangan pria itu melingkupi tubuh wanita yang melingkarkan tangannya di pinggang pria tersebut.  "Sudahlah Nabila untuk apa kamu menangis seperti ini?" Tanya pria tersebut, tangan perlahan mengelus rambut wanita yang dipeluknya.  "Tapi Yast, aku harus bagaimana?" Terdengar wanita itu menjawab disela menangisnya. Rasa sakit semakin menerkam hatinya ketika melihat perlahan pria tersebut mengecup puncak kepala wanita itu dengan sayang  "ada aku bersamamu, aku akan bersamamu dan menemanimu. Kita lewati ini semua bersama, kita hadapi bersama. Oke" tangannya mengusap pungung wanita itu, "Jangan khawatir, kita hadapi bersama" sambungnya lagi  Lalu kalimat selanjutnya yang keluar dari wanita itu bagai sebuah belati tajam yang langsung terasa menusuk tepat ke jantungnya "Aku hamil"  "TIDAK"  Napasnya terengah-engah, keringat membanjiri wajah pucatnya. Mimpi itu lagi. itu terlihat nyata, Sudah hampir lima tahun sejak apa yang dia lihat terus berputar di ingatannya, bahkan masuk menjelma dalam mimpinya.  Dia menyeka keringat, menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Kakinya bergerak perlahan membawa tubuhnya yang bergetar untuk turun dari ranjang, beranjak masuk ke kamar mandi dengan sisa tenaga yang dimiliki. Yah Mimpi buruk itu selalu mampu membuatnya Serapuh ini.  Sepertinya dia tidak akan bisa tidur lagi, lebih baik dia membersihkan diri. sebentar lagi dua jagoannya akan bangun dan kebiasaan jika Weekend seperti ini, mereka akan lebih mudah dibangunkan dari tidurnya karena seharian ini adalah hari dimana mereka akan menghabiskan waktu seharian bersama bundanya yang biasanya sibuk di Cafe.  ***  Keduanya kompak menekuk bibir mereka ke bawah, hari ini bundanya tidak jadi menemani mereka seharian. karena ada Meeting dadakan yang  harus di hadiri, belum lagi ada klien yang ingin bertemu dengannya, meminta Bakerynya untuk mengisi beberapa dessert, di salah satu acara perusahaan yang akan diselenggarakan minggu depan.  "Maafkan bunda ya sayang, bunda janji kita akan pergi minggu depan" Sabil masih terus berusaha membujuk anak-anaknya yang masih Memajukan bibirnya tanda protes. Keduanya duduk di kursi belakang mobilnya, seperti biasa ikut ke Cafe karena di rumah tidak ada yang menjaga.  "Minggu depan masih lama sekali bunda!" protes si bungsu Adhitya  Adhinka menatap bundanya yang fokus menyetir "bunda kenapa kita tidak tinggal di Jakarta sama oma Shanti dan opa Fahmi atau dengan eyang Mayang dan eyang Adhi, aja sih?" tanyanya menyebut nama orang tua sabil dan orang tua Yastha.  Keluarganya mengetahui kepergian dia lima tahun lalu, bahkan orang tua Yastha yang memberi Fasilitas rumah yang selama ini di tempati, setiap bulan salah satu akan menyempatkan diri untuk menjengguk mereka tanpa sepengetahuan Yastha.  Orang tua Yastha mengizinkan sabil untuk meninggalkan anaknya, namun tidak membenarkan tindakkan sabil jika ingin mengajukan perceraian terutama saat tahu kondisi sabil saat itu sedang mengandung.  Sabil memang hanya ingin pergi dari kehidupan Yastha bukan ingin bercerai, baginya dia hanya ingin menikah sekali seumur hidup dan jika memang Yastha memilih bertanggung jawab pada Nabila maka biarkan Yastha melakukannya, dia tak peduli.  "Oma, opa dan eyang kalian sedang sibuk sayang. Kita gak perlu tinggal di Jakarta, nanti ketika mereka ada waktu luang pasti akan langsung mengunjungi kita ke sini"  "Kami bosan bunda jika harus terus berada di Cafe"  "Iya betul kata abang, kami mau ke kebun binatang aja bun, melihat dinosaurus.. Ayolah bundaaa" Adhitya menambahkan dengan merengek.  "Dinosaurus itu tidak ada adik, dia tinggal Jaman dahulu"  "Ada Abang! Abang sok tahu!" "Ish Nggak ada adik, itu cuman ada di TV!"  "Ada! Ada, Aku pernah lihat kok!"  Adhinka memutar bola matanya malas, Adhitya memang sangat suka animasi dinosaurus dan dia mengira bahwa dinosaurus benaran ada di kebun binatang, berbeda dengan abangnya yang memiliki pikiran lebih dewasa dari seusianya, dia lebih berpikir logis dan pintar dari pada adiknya yang walau suka berdebat namun tetap konyol seperti anak seusianya.  Sabil tersenyum mendengar ocehan kedua anaknya, mereka saling berdebat dan pasti akan berakhir dengan pertengkaran anak-anak. Yah khas anak-anak sekali. Maka sabil angkat bicara, "baiklah kalian bisa pergi ke kebun binatang hari ini"  Ucapan sabil membuat keduanya serempak langsung memajukan tubuh ke dekat bangku kemudi yang ditempati sabil  "benar bun?" Suara melengking, antusias milik Adhitya "bunda enggak jadi kerja?" Adhinka menambahkan  "Bukan sama bunda. Tapi sama Ka Chandra, hari ini libur jadi kalian bisa pergi sama Ka Chandra"  Keduanya kembali pada posisi duduk awal mereka, kini keduanya kompak melipat kedua tangan mereka dan kembali menekuk bibir mereka  "yaaaah bunda, kami maunya kan sama bunda!" Adhinka bergumam dengan lirih namun masih bisa di dengar oleh sabil  Ada rasa sakit dihati sabil melihat putra-putranya yang menjadi murung "Bunda janji minggu depan kita akan pergi ke mana pun yang kalian mau, tapi minggu ini kalian pergi sama kakak Chandra dulu ya, sayang?" chantika mencoba mengembalikan mood anak-anaknya  "Baiklah, kami terima tawaran bunda" Adhitya yang lebih dulu menyetujui sang bunda, mau tak mau Adhinka ikut menganggukkan kepalanya. "Lihat aja deh, nanti pasti ada dino disana!" Lanjutnya memulai kembali perdebatan. Sabil tersenyum, menjadi pendengar perdebatan lucu si kembar. ***  "Kalian ingat jangan buat susah kakak Chandra, yang paling penting jangan menjauh dari kakak Chandra. Tetap pada pengawasan kakak Chandra, satu lagi jika kalian tersesat kalian ingat nama bunda siapa?  "Azura Salsabila" jawab keduanya dengan kompak  "Kalian hafal alamat rumahkan?  "Yes, bunda"  "Cafe bunda namanya apa sayang?"  "Azura Cafe And Bakery"  "Hal pertama yang kalian cari jika tersesat siapa?"  "Polisi, bunda"  "Pintar, kalian memang jagoan bunda" lalu sabil menatap Chandra yang sejak tadi tersenyum melihat interaksi mereka "Dra, aku titip mereka. Maaf merepotkan sampai kakak mengganggu hari liburmu"  Chandra tersenyum menanggapi "tidak merepotkan sama sekali Ka, justru aku senang bisa berlibur bersama mereka. Bukan begitu Boys?" Chandra mengelus puncak kepala si kembar secara bersamaan  "Yes captain" jawab Adhitya "Ya sudah ayo jalan Ka, nanti keburu penuh kebun binatangnya kalau semakin siang" Adhinka menarik-narik tangan Chandra agar cepat pergi dari sana.  "Tunggu dulu dong...." cegah sabil  Kedua anaknya menatap bundanya dengan heran "apalagi sih bunda?" Tanya Adhinka dan Adhitya secara bersamaan  "Kalian melupakan sesuatu?"  Si kembar saling melirik, "kalian melupakan kecupan hangat untuk bunda" Sabil lalu berjongkok dan jari telunjuknya menunjuk kedua sisi pipinya, si kembar tersenyum lalu berlari kembali pada bundanya memberikan kecupan sayang pada kedua sisi pipi sabil.  ***  Adhyastha menatap sendu pada bingkai foto yang terpajang di meja kerjanya, foto sabil yang dia ambil saat sedang melakukan perjalanan Honeymoon ke Swiss  "Kamu dimana, My sugar? Sampai kapan kamu menyiksa diriku hingga sembunyi selama ini dariku!"  Lalu tatapannya beralih pada surat yang selalu dia bawa beserta foto USG anak mereka, Anak Kembarnya.  Dear My Yastha,  Tahukah kamu apa yang Aku rasakan saat pertama kali dalam hidupku ada manusia lain yang menatapku penuh kehangatan...cinta dan penuh sayang  Kamu tahu Yast, aku bagai wanita sempurna dan sangat merasa beruntung ketika kamu membawaku bersama menjalin ikatan yang kau tawarkan walau saat itu kamu tidak menjanjikan kebahagiaan bagi kita kelak namun keyakinan yang kau tanamkan dalam setiap tatapan, sentuhan dalam perjalanan kisah kita begitu nyata.  Banyak orang menggambarkan tentang kisahmu dimasa lalu, awalnya aku meragu ketika kau memilihku dan mengatakan kau mencintaiku.  Namun satu hal yang ku yakini dalam hidup ini setiap manusia punya masa lalu entah itu baik ataupun buruk dan aku melihat perubahan dalam hidupmu yang berusaha untuk menjadi lebih baik, Mengubah kebiasaanmu yang selalu tak pernah lepas dikelilingi wanita.  Ada getaran hangat yang berdesir setiap kali aku menatap tepat di manik hitam pekat milikmu, membawaku tersesat didalam-Nya.  Perlahan menyatu dalam aliran darahku, mendetakkan jantungku begitu cepat saat kau disamping-Ku, memandangku, berbincang denganku menyentuhku, ataupun saat pertama kali kau menciumku dikala kencan pertama kita.  Kamu tahu, itu adalah ciuman pertamaku  Aku selalu bertanya pada diriku, apa yang kamu lihat dariku sampai kamu mantap menyatakan cintamu padaku saat itu.  Namun beberapa waktu lalu aku kehilangan Yastha-ku, perlahan kamu menunjukkan sikap yang perlahan pudar tak lagi sama....  Apakah cintamu hanya sesaat mas ??  Apakah benar aku membosankan seperti apa katamu hari ini ??  Apakah cintamu memudar seiring bertambahnya cintaku padamu ??  Kau perlahan menjadi orang lain bagiku, tatapanmu tak penuh cinta seperti dulu, sentuhanmu tak lagi sehangat dulu.....  Dulu kau selalu memintaku membawakan sarapan untukmu setiap hari selagi kita pacaran, namun beberapa waktu terakhir ini kamu bahkan tak punya waktu untuk hanya sekedar menyapaku saat pagi hari.  Kita tak lagi berbincang saling bertukar pendapat seperti dulu, namun kini kamu lebih suka berdebat denganku....  Aku tak lagi punya kesempatan untuk hanya sekedar bertanya, dimana salahku, apa salahku, aku harus apa agar kau kembali seperti Yastha-Ku??  Tapi walau begitu, Aku tetap mencintaimu  Jika memang kamu belum bisa sepenuhnya melupakan dia, wanita masa lalumu dan kamu ingin terus menengok ke belakang maka biarkan aku yang menyingkir dari hadapanmu mas,  Aku tak akan menjadi penghalang kalian jika kalian ingin kembali bersama.  Namun biarkan aku membawa sebagian dirimu dalam diriku ini mas, mereka kembar....  Maaf aku tak punya kesempatan untuk menahanmu hanya untuk menyampaikan kabar bahagia ini, dan maafkanku yang malam ini harus egois membuat kenangan indah terakhir yang akan kusimpan dan ku ingat dalam hidupku...  Azura Salsabila  Your wife  Air matanya lagi-lagi merembes disudut mata setiap baca ulang tulisan pena istrinya di selembar kertas yang dia tinggalkan bersama cincin pernikahan mereka dan sebuah foto USG calon anak mereka.  Sudah empat tahun mungkin kini usia anak-anaknya, bagaimana rupa keduanya, laki-laki atau kah perempuan anaknya atau sepasang. Entahlah, Dia tak tahu dan merasa sudah jadi ayah terbodoh didunia ini, tak berguna. Tidak ada di saat mereka di nyatakan ada di rahim Sabil, istrinya. Menyambut dengan suka cita namun Justru yang dia berikan Pada mereka adalah Duka dan air mata.  "Aku harus dapatkan kalian kembali dalam pelukanku, harus" tangannya mengepal begitu pun dengan rahangnya yang ikut mengeras.  -TBC-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN