Oscar Pergi Bertugas

1404 Kata
Oscar telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Polisi Negara selama lima bulan. Ia kini telah resmi menjadi seorang polisi, persis seperti apa yang ia cita-citakan saat di bangku SMA, bahkan sebelum itu. Meskipun hubungannya bersama Karen tidak berlanjut namun jauh di dalam hatinya ia belum melupakan gadis itu. Oscar tidak lagi menggunakan ponsel pink pemberian Karen, meskipun benda itu sebenarnya masih berfungsi. Ia telah membereskan barang-barang yang mengandung kenangan tentang dirinya dan Karen, ia memasukkannya dalam sebuah kotak dan menyimpannya di bawah tempat tidur. Di suatu hari Minggu yang panas, Dina, Oscar dan Gladys ibu mereka sedang duduk santai dan menonton televisi di rumah. Tiba-tiba sebuah ide muncul di benak Dina. “Ma, Dina punya ide…” demikian katanya. “Tiba-tiba punya ide, ide apa nih?” Tanya Gladys. “Bagaimana kalau kita jodohkan saja kakak dengan Helen?” usul Dina. Oscar yang sedang serius menonton seketika mengarahkan pandangannya kepada Dina. Ia menatap adiknya itu dengan tatapan aneh dan sebelah alis terangkat. “Siapa Helen?” tanyanya. “Temanku yang waktu itu pernah aku ceritakan kak. Kakak sudah pernah bertanya tentang dia waktu itu. Dia juga pernah menginap di sini dan tidur di kamar kakak.” Jawab Dina dengan polos. “Kok aku tidak tahu kejadian itu ya?” Oscar mencoba mengingat kejadian yang mana yang sedang Dina bicarakan. “Itu terjadi saat kamu baru mulai masuk asrama untuk mengikuti pendidikan, Os.” Jawab Gladys. “Teman Dina tiba-tiba datang untuk menginap dan untung saja kamarmu sedang kosong.” “Kenapa dia tiba-tiba datang untuk menginap?” Tanya Oscar penuh rasa ingin tahu. “Dia melarikan diri, kak.” “Dari rumah?” “Dari pacarnya yang jahat.” Balas Dina. “Pacarnya, kamu tahu, mencoba untuk ya begitulah…” Gladys mencoba menjelaskan kejadian malam itu kepada Oscar. “Gadis yang malang!” ujar Oscar. “Lalu apa dia masih bersama pria itu sekarang?” Tanya Oscar kepada Dina. “Entahlah. Helen tidak pernah membahas itu lagi.” “Nanti jika aku sudah kembali dari dinas luar, aku mau deh dikenalkan dengan gadis itu, siapa namanya?” “Helen.” Jawab Dina dan Gladys, kompak. “Memangnya kamu mau dinas ke mana?” Tanya Gladys. “Aku lupa memberitahu mama. Surat penugasanku sudah keluar kemarin. Aku akan dikirim ke Papua sebentar. Tidak lama kok Ma, paling dua minggu. Setidaknya itu yang tertulis di surat tugasku.” Terang Oscar. “Ada sedikit kekacauan di sana dan kami diminta untuk turut membantu mengamankan.” Lanjut Oscar lagi. Gladys menunjukkan ekspresi terkejut yang tidak pernah dilihat oleh Oscar dan Dina sebelumnya. Ekspresi yang ditunjukkan Gladys adalah ekspresi terkejut bercampur ketakutan. Oscar pindah untuk duduk di samping ibunya. Ia lantas memeluk ibunya dari samping dengan erat. “Oscar akan baik-baik saja, Ma.” Ujar Oscar untuk menenangkan ibunya. “Jangan cemas berlebihan. Cemas berlebihan akan membuat mama sakit.” “Mama akan selalu berdoa untukmu, jangan lupa kamu juga berdoa ya!” “Itu pasti Ma.” Jawab Oscar. Merasa suasana di tempat itu sudah tidak nyaman, Oscar kembali mengangkat topik mengenai Helen. “Laki-laki seperti apa yang disukai Helen?” Gladys dan Dina kemudian tertawa. “Mana aku tahu kak, aku belum pernah bertanya kepadanya tentang hal itu.” Sahut Dina. “Nanti kamu tanyakan ya, siapa tahu dia tidak suka pria besar dengan kulit gosong sepertiku.” Seloroh Oscar. Dina dan ibunya kembali tertawa mendengar kata-kata Oscar itu. “Kapan kamu akan berangkat?” Tanya Gladys kepada Oscar tidak lama kemudian. “Hari Rabu.” “Tiga hari lagi dong ya?” imbuh Dina. “Ya begitulah.” “Mama sangat takut.” Tutur Gladys. “Ma…” sela Oscar. “Percayalah, Oscar akan baik-baik saja di sana.” Oscar berusaha meyakinkan ibunya. “Kamu berada di asrama saja mama khawatir bukan main, apalagi ini mengetahui kamu akan bertugas di daerah konflik, kamu mau mama tenang-tenang saja, begitu?” “Sebaiknya kita jangan membahas hal ini lagi!” putus Oscar. Oscar lantas kembali ke tempat duduknya semula dan bertingkah seolah-olah ia serius menonton televisi. Gladys lantas pergi ke kamar, mengambil dompet, kemudian keluar lagi. “Mama mau ke mana?” Tanya Dina yang melihat ibunya hendak pergi dengan membawa dompet. “Mama mau ke supermarket sebentar.” Jawab Gladys. “Malam ini kita harus makan enak dulu.” Gladys lantas meninggalkan rumah dengan terburu-buru. “Mama sangat takut, Kak.” Kata Dina begitu ia tidak melihat bayangan ibunya lagi. “Aku juga takut sebenarnya, tapi mau gimana lagi kan?” balas Oscar. “Nanti kalau mama mulai membahas ini lagi, kakak alihkan saja pembicaraannya ya?” Oscar mengangguk mendengar saran Dina. “Supaya tidak ada pertengkaran di antara kakak dan mama menjelang keberangkatan kakak ke sana.”   Kira-kira satu setengah jam kemudian, Gladys kembali ke rumah dengan membawa dua kantong belanja berisi bahan makanan mentah. “Belanjaannya banyak sekali, Ma!” seru Dina ketika menyambut ibunya pulang. “Kan mama sudah bilang kita akan makan enak malam ini.” Balas Gladys. Dina membantu membawakan satu kantong belanja ke dapur sementara Oscar membawakan kantong belanja yang satunya lagi. “Mama mau memasak apa malam ini?” Tanya Dina dengan penasaran. “Itu kejutan. Kamu cukup membantu mama saja untuk menyiapkan bahannya.” “Okay Boss!” sahut Dina lantas mengambil posisi hormat seperti saat sedang mengikuti upacara bendera. Dina duduk di kursi meja makan sambil mengupas kentang. Ibunya meminta Dina untuk mengupas beberapa kentang dan bawang. Dina tidak tahu apa yang akan dimasak oleh ibunya. Melihat bahan-bahan yang ada di meja pun tidak memberi banyak pencerahan untuk Dina. Setelah selesai mengupas kentang dan bawang, Dina menyerahkannya kepada ibunya. “Terima kasih ya, Na. Sekarang kamu bisa nonton TV dulu.” Dina pergi mencuci tangannya dan kembali ke ruang tamu. Sementara Oscar berada di dalam kamarnya mungkin sedang menyiapkan baju yang akan dia bawa saat bertugas di luar kota. Ketika matahari hampir terbenam, makanan yang dimasak Gladys telah tersaji di atas meja. “Oscar, Dina, ayo makan.” Panggil Gladys dari dapur. Jam menunjukkan hampir pukul enam sore. Dina dan Oscar bergegas menuju ke ruang makan karena penasaran dengan makanan kejutan yang dimasak oleh ibu untuk mereka. “Kari ayam kentang!” seru Oscar dengan girang seperti anak kecil. Kari ayam kentang adalah makanan kesukaan Oscar sejak dulu. Gladys sangat tahu hal itu. Hari ini ia membuat makanan itu lagi setelah sekian lama ia tidak memasak makanan tersebut. Selain kari ayam kentang ada juga bihun yang di tumis bersama sayuran yang di potong dadu seperti wortel, kentang, buncis dan kol. Itu adalah favorit Dina. “Wah mama juga memasak bihun favorit Dina!” Dina menimpali. “Iya, ini semua untuk kalian berdua.” Jawab Gladys. Dina dan Oscar segera mengambil tempat duduk di depan meja makan. Tanpa menunggu aba-aba selanjutnya dari ibu mereka, mereka berdua langsung mengambil sendiri makanan mereka dan melahapnya. Gladys senang melihat sikap kedua anaknya yang begitu bersemangat hanya karena masakan sederhana yang ia buat. “Waktu berlalu dengan tidak terasa. Kalian sekarang sudah dewasa, namun sikap kalian di depan makanan masih tetap sama.” Kata Gladys kemudian tertawa. Malam itu mereka menikmati makan malam bersama dengan bahagia.   Hari berlalu dengan cepat. Hari ini adalah hari Rabu, hari keberangkatan Oscar. “Apa mama perlu ikut untuk mengantarmu juga?” Tanya Gladys. Saat itu jam menunjukkan pukul 05.00 pagi. “Tidak perlu Ma, kami akan berangkat bersama-sama dengan mobil kantor.” Jawab Oscar. “Kalau begitu mama antar sampai ke kantor ya?” Kali ini Gladys bertanya dengan nada memaksa. “Tidak usah Ma. Mama kan harus ke kantor juga. Nanti mama yang terlambat ke kantor.” Balas Oscar. Oscar telah berpakaian dinas lengkap. Ada ransel yang sudah dia siapkan untuk dibawa. Ketika ia hendak mengikatkan tali sepatunya, Gladys berjongkok dan mengikatkan tali sepatu itu untuknya. “Mama, tidak perlu begini…” protes Oscar. Ketika Gladys selesai mengikatkan tali sepatunya, Oscar memeluk tubuh ibunya erat-erat. “Oscar pasti akan pulang Ma, tenang saja!” “Mama selalu mendoakan kamu, Os!” Gladys menangis dalam pelukan Oscar. Ia sangat takut untuk melepas kepergian anaknya bertugas di tempat yang sedang mengalami konflik. Dina berdiri di pintu kamar sambil melihat pemandangan itu. Oscar yang melihat Dina pun kemudian pergi untuk memeluk Dina. “Kakak pergi ya, kamu jaga mama di sini!” pesan Oscar. Setelah selesai berpamitan dengan ibu dan adiknya, Oscar pun pergi. Gladys tidak berhenti meneteskan air mata sementara Dina mengusap punggung ibunya agar ibunya menjadi lebih tenang.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN