Bab 44

1142 Kata

Vani pun memikirkan ucapan sang adik. Setelah Adel keluar dari kamarnya, ia pun tertunduk lesu. Bayang-bayang wajah Gerry menari-nari di pelupuk matanya. Apalagi saat ia usir kemaren kepala Gerry pun sempat terluka. "Mas ... Adek kangen." "Mas, gimana kabarnya disana?" "Mas sehat kan?" Vani bermonolog sendiri hingga tak terasa pelupuk matanya pun basah. Ia pun terisak. Sudah dua minggu ini ia memblokir seluruh akses Gerry untuk menghubunginya, mungkin dengan cara itu agar ia bisa lepas dari Gerry dan mulai kehidupan baru dengan Kemal. Namun ternyata ia salah, meskipun sudah ada Kemal yang selalu ada, rasa itu berbeda. Ia merindukan Gerry, merindukan sosok dingin suaminya itu. Vani pun kini menyesali keputusan sesaatnya itu .... *** Keesokan paginya, Vani bangun dengan wajah yang sed

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN