Chapter eighteen : Bare handed fight the sword

2384 Kata
 Setelah berakhirnya pertandingan antara Tatsui melawan Gill, yang dimenangkan oleh Gill. Sang pembawa acara memberi jeda 15 menit untuk beristirahat sampai pertandingan selanjutnya dimulai. Saat ini, Dragon terlihat sedang berada di dekat pintu ruang perawatan khusus wanita. Dia belum diperbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan tersebut, karena saat ini, keadaan Tatsui masih dalam penanganan para Penyihir medis. Tak lama kemudian, seseorang menghampiri Dragon sambil mengajaknya berbicara. Orang itu adalah Glauss, yang kemarin telah dikalahkan oleh Dragon, dia kebetulan berada disana karena sedang dalam masa pemulihan, setelah kemarin d**a kanannya terkena tusukan belati dari Dragon, saat itu bagian tubuhnya dari d**a sampai ke perut, terlihat masih dibalut menggunakan perban yang tebal.  “Hai.” Glauss menyapa Dragon.  “Oh, Hai.” Dragon juga balas menyapa. Pertemuan mereka terasa canggung.  “Aku sudah dengar tentang apa yang telah terjadi pada teman wanitamu itu ... Aku turut bersedih.” Ucap Glauss kepada Dragon.  “Te- terima kasih.” Jawab Dragon.  Glauss terlihat sedikit kebingungan untuk memulai sebuah Percakapan dengan Dragon. “Mmm ... Kau pasti sangat mengkhawatirkan kondisinya, iya kan?” Glauss bertanya.  “Iya, tapi saat ini aku lebih mengkhawatirkan tentang kondisi mentalnya ... Karena dia punya sebuah tujuan besar dalam Turnamen ini, namun dia telah gagal.” Ucap Dragon yang terlihat murung.  “Apakah, kau juga memiliki tujuan yang besar dalam Turnamen ini?” Glauss bertanya lagi.  “Ya, tentu saja. Aku yakin semua orang yang berpartisipasi dalam Turnamen ini juga memiliki tujuan besarnya masing-masing. Termasuk diriku, tapi yaa apa boleh buat... Oh iya, Apakah kau datang menemuiku kesini untuk membalas perbuatanku yang kemarin?” Tanya Dragon secara terang-terangan.  “Tidak ... Aku bukanlah orang yang tidak mau menerima kekalahan. Kau sudah berhasil mengalahkanku, dan itu artinya kau lebih hebat dariku.” Jawab Glauss.  “Aku tidak peduli mengenai siapa yang lebih hebat diantara kita. Menang atau kalah itu ditentukan oleh perjuangan kita.” Kata Dragon sambil terus memperhatikan pintu ruang perawatan.  “Ya, kau benar sekali ... Seperti yang kau bilang tadi, semua orang yang berpartisipasi dalam Turnamen ini, pasti punya tujuannya masing-masing. Ada yang demi pujian, demi menaikan reputasi, demi popularitas, atau demi uang hadiah.” Ucap Glauss.  “Apakah bertarung demi uang itu merupakan hal yang salah?” Tanya Dragon. memotong perkataan dari Glauss.  “Tidak, aku tidak bilang bahwa berpartisipasi demi uang hadiah itu merupakan hal yang salah.” Ucap Glauss.  “Oh, maaf. Aku terbawa emosi.” Ucap Dragon. Dia bertanya seperti itu, karena Tatsui berpartisipasi dalam Turnamen ini demi uang hadiah, sehingga dia sempat mengira bahwa Glauss akan mengatakan hal buruk tentang hal itu.  Kemudian, Glauss melanjutkan perkataannya yang sempat terpotong oleh pertanyaan dari Dragon barusan, “Ya, tujuan kita memang beragam. Itulah yang memberikan kita semangat ketika menghadapi pertarungan ... Begitupun halnya denganku. Aku juga memiliki sebuah tujuan dalam Turnamen ini.”  “Apa tujuanmu?” Tanya Dragon, yang mulai menanggapi obrolan dari Glauss.  “Aku ingin menemukan lawan sejatiku.” Jawab Glauss.  “Lawan sejati?” Dragon bertanya lagi.  “Ya, aku baru menjalani profesi sebagai seorang Kesatria luar selama empat tahun. Dimulai ketika Master Big hit meraih gelar juara pertamanya dalam Turnamen ini. Sejak itu aku giat berlatih dan menggeluti profesi sebagai seorang Kesatria dengan tekun, sehingga reputasiku semakin hari semakin meningkat, supaya suatu hari aku bisa memiliki nama yang sebesar dan setenar Master Big hit. Sebenarnya yang menjadi alasan utamaku berpartisipasi dalam Turnamen ini adalah Master Big hit ... Aku menganggap bahwa dialah lawan sejatiku, oleh karena itu aku sangat ingin melawannya dalam Turnamen ini. Tapi ketika aku dipertemukan denganmu, dan bertarung melawanmu. Kurasa aku telah menemukan lawan sejatiku. Yakni seseorang yang berjuang menghadapi lawannya dengan serius dan penuh semangat.”  “Kau itu bicara apa?” Kata Dragon. Kemudian dia sedikit tertawa. Lalu tawanya itu diikuti oleh Glauss, dan akhirnya mereka berdua pun jadi sama-sama tertawa di lorong Stadion Amritzer itu, seperti dua orang teman yang sudah sangat akrab.  Glauss mengagumi Dragon karena Dragon telah berhasil mengalahkannya dengan semangat juang seorang petarung sejati, sehingga kini Glauss menjadi sangat menghormati Dragon sebagai seorang rival atau lawan sejati bagi dirinya. Sepertinya Glauss ingin memiliki hubungan baik dengan Dragon.  Mereka berdua masih melanjutkan obrolannya, “Oh ya, ngomong-ngomong, luka di dadamu itu, apakah sudah sembuh? Kau kelihatan sehat.” Tanya Dragon.  “Oh, ini. Berkat DNA hewan yang ada di dalam tubuhku, jadi tubuhku ini dapat memulihkan diri dengan cepat, dan Sambil dibantu dengan penyembuhan dari para Penyihir medis tentunya.” Jawab Glauss.  “Wah, hebat juga. Apakah DNA hewan adalah kekuatanmu sejak lahir?” Dragon bertanya lagi.  “Bukan ... Aku mendapatkan kekuatan ini saat berusia 14 tahun. Waktu itu aku menjadi korban eksperimen dari suatu organisasi jahat. Lalu aku berhasil meloloskan diri, dan terus menjalani hidup dengan kekuatan DNA hewan, sampai seperti sekarang ini.” Jawab Glauss.  “Hmm ... Hidup memang tidak pernah mudah dari awal ya?” Gumam Dragon.  “Oh iya, ketika berada di arena. Tampaknya kau juga memiliki semacam kekuatan penyembuhan. Apakah itu juga termasuk kekuatanmu?” Tanya Glauss.  “I- iya, seperti itulah.” Ucap Dragon dengan sedikit canggung, karena sebenarnya kemampuan pemyembuhan itu berasal dari Melinda, yang tidak mau keberadaannya diketahui oleh siapapun.  “Apakah kau mau menggunakan kekuatan penyembuhan itu untuk menolong temanmu?” Tanya Glauss. Yang dia maksud adalah kepada Tatsui.  “Ya, awalnya sih memang begitu, tapi aku tidak diperbolehkan masuk ... Walaupun begitu, tidak masalah. Karena saat ini dia sedang ditangani oleh para Penyihir medis profesional. Pasti dia akan baik-baik saja.” Ucap Dragon.  “Kau tidak bisa membohongiku, insting hewanku bilang bahwa saat ini kau sedang bersedih. Walaupun kau berusaha untuk menyembunyikannya.” Kata Glauss.  “Hmm, kurasa memang begitu ... Kemarin, ketika aku sedang terluka dan tak sadarkan diri. Tatsui telah merawat serta menjagaku dengan baik. Dan sekarang, ketika dia sedang dalam keadaan begini, malah tidak ada yang dapat kuperbuat untuknya selain menunggu. Seharusnya kini giliranku untuk menjaganya.” Ucap Dragon sambil merasa sedih.  “Oh, begitu ya ... Begini saja, kalau soal itu, serahkan saja padaku. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan menjaganya selama dia masih belum siuman. Dan saat teman wanitamu itu sudah siuman, maka aku pasti akan segera mengabarkannya padamu. Saat ini kau harus fokus terhadap pertandingan dan pada lawan-lawan yang akan kau hadapi. Teman wanitamu itu juga pastinya tidak mau jika kau sampai kalah dalam pertandingan hanya karena kau terlalu mengkhawatirkannya, iya kan?” Kata Glauss kepada Dragon, dia menawarkan bantuan untuk menjaga Tatsui disana.  “Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak ... Oh iya, aku punya pesan yang harus kau sampaikan kepadanya saat dia siuman nanti.”  “Katakanlah padaku.” Ucap Glauss.  “Pesannya adalah ... Kau Tidak perlu khawatir, apapun yang terjadi. Desamu akan tetap diperbaiki.” Begitulah pesan dari Dragon yang harus disampaikan oleh Glauss kepada Tatsui, nanti setelah dia siuman.  “Baik, akan kusampaikan.” Ucap Glauss.  Dragon ingin mengatakan hal tersebut kepada Tatsui, supaya Tatsui tidak merasa sedih dan kecewa karena dirinya sudah gagal menjadi juara dalam Turnamen Kota Togu. Dragon ingin memberitahukan kepada Tatsui bahwa dirinya masih memiliki harapan supaya desanya dapat diperbaiki kembali. Dan Dragon pasti akan mengabulkan harapan tersebut.  Kemudian, Dragon segera pergi menuju ke tribun penonton khusus bagi para peserta, untuk menyaksikan secara langsung pertandingan selanjutnya, yang akan mempertemukan Master Big hit dengan Azter. Sang Master tehnik tenaga dalam dari perguruan West star, akan berhadapan melawan Kesatria resmi dari Kerajaan Gold one, yang memiliki senjata berupa dua buah pedang hitam bernama Dark paralyzed. Siapakah di antara mereka berdua yang akan keluar sebagai pemenangnya? Apakah sang Master yang pernah menjuarai Turnamen tersebut sebelumnya, ataukah seorang Kesatria tangguh dari Kerajaan Gold one?  ( Gill ) ( M. Big hit vs Azter ) ( Zhoei vs Ajora ) ( Bernie Zarr vs Dragon )  Sang Pembawa acara mulai memanggil peserta yang akan melangsungkan pertarungan kedua. Yakni Azter melawan Master Big hit. Semua penonton terlihat sangat antusias untuk menyaksikan pertarungan tersebut. Mereka ingin sekali melihat Azter dihajar habis-habisan oleh Master Big hit, atau mungkin malah sebaliknya. Pokoknya pertarungan kedua orang itu adalah pertarungan yang tidak boleh dilewatkan, bagi seluruh penonton Turnamen Kota togu.  Azter dan Master Big hit sudah saling berhadapan di atas arena, mereka memandang satu sama lain dengan tatapan serius. Lalu Azter mulai berbicara kepada lawannya itu, “Kurasa, dengan mengalahkan sang juara bertahan Turnamen ini, maka aku bisa langsung dianggap sebagai yang terkuat.” Kata Azter. “Kau salah. Masih banyak orang yang lebih kuat dariku.” Ucap Master Big hit, sedikit merendah.  “Siapa maksudmu? Apakah orang yang bernama Gill itu? ... Dia bukan apa-apa. Setelah mengalahkanmu aku pasti akan mengalahkannya, lalu aku akan melaju ke Final dan menjadi juara dari Turnamen ini.” Kata Azter dengan penuh percaya diri.  “Sepertinya kau sangat terobsesi untuk menjadi orang yang paling kuat ya?” Tanya Master Big hit.  “Tentu saja, karena Rajaku juga, adalah orang yang paling kuat di Negeri Azhuloth ini.” Jawab Azter (Raja yang dia maksud adalah Gold one).  “Hmm ... Aku tidak berani bilang bahwa aku ini adalah yang paling kuat diantara kita, biar hasil akhir saja yang memutuskannya. Tetapi aku bisa bilang, bahwa aku bisa mematahkan pedangmu itu, seperti mematahkan tusuk gigi.” Ucap Master Big hit.  Setelah mendengar Ucapan tersebut, emosi Azter mulai tersulut. “Apa kau bilang?!!”  Kemudian sang Wasit segera memulai pertandingan mereka. Tanpa banyak bicara lagi, Azter segera berlari menuju Master Big hit sambil menyiapkan dua pedang Dark paralyzed di kedua tangannya. Lalu dengan seketika, dia meloncat dan akan menusuk tubuh sang Master dengan kedua pedangnya tersebut.  Tetapi Master Big hit dapat dengan mudah menghindari serangan itu, lalu menangkap dan memegangi kedua pedang milik Azter. Setelah hal itu terjadi, Azter mulai merasa heran, karena ternyata tangan Master Big hit tidak mengalami luka sayatan sama sekali, walaupun sedang menggenggam pedang Dark paralyzed di kedua telapak tangannya. Padahal Sedikit saja luka sayatan yang didapat dari pedang tersebut, maka dapat menyebabkan kelumpuhan bagi anggota tubuh orang yang terkena. Namun tampaknya, serangan fisik biasa tidaklah mempan terhadap tubuh Master Big hit.  Lalu dengan seketika, Azter segera melancarkan serangan yang selanjutnya. ujung pedang Dark paralyzed miliknya, mulai bercabang serta memanjang, kemudian cabang-cabang dari pedang tersebut menancap pada tubuh Master Big hit.  Namun tetap saja, serangan itupun sia-sia, karena ujung-ujung pedang tersebut, tidak dapat menembus kulit sang Master sama sekali, lalu Azter segera berbicara, “Hoo, ternyata kulit-kulitmu itu memang keras ya?” Tanya Azter.  “Ini adalah jurus dasar dari tehnik tenaga dalam. Yakni jurus pengerasan tubuh.” Jawab Master Big hit.  “Ya, aku tahu ... Jurus yang selanjutnya pasti lebih berbahaya, iya kan? Yakni jurus peningkat kekuatan. Jurus yang digunakan untuk menyerang lawan dengan sangat kuat, seperti yang telah kauperbuat terhadap si pemukul besi itu.”  "Hmm, sepertinya kau tahu banyak mengenai dasar-dasar tehnik tenaga dalam." Ucap Master Big hitt sambil tersenyum, dengan ujung-ujung pedang Dark paralyzed yang terus bergerilya untuk menusuk tubuhnya namun tidak mempan.  Lalu Azter berbicara dalam benaknya. (“Seperti yang sudah kupelajari, tehnik tenaga dalam itu terbagi menjadi tiga jurus. Yakni jurus pengerasan tubuh, jurus peningkat kekuatan, dan jurus penghancur batasan tubuh. Ketika sedang menggunakan jurus pengerasan tubuh, maka daya tahannya akan meningkat sedangkan daya serangnya normal-normal saja. Namun ketika menggunakan jurus peningkat kekuatan, maka kekuatan serangannya akan meningkat sedangkan ketahanan tubuhnya akan kembali normal, kedua jurus tersebut tidak dapat digunakan secara bersamaan ... Namun jika menggunakan jurus penghancur batasan tubuh, maka dia bisa menggunakan kedua jurus tadi secara bersamaan. Maka ketahanan tubuh serta kekuatannya akan sama-sama meningkat. Tapi jurus penghancur batasan tubuh sangat berbahaya dan beresiko bagi kondisi tubuh penggunanya. Sehingga hanya orang-orang tertentu saja, yang benar-benar bisa menguasai jurus tersebut, dan dapat menggunakan jurus tipe ketiga tersebut dengan leluasa. Sekarang, Aku harus bisa membuatnya beralih ke jurus peningkat kekuatan, karena dengan begitu ketahanan tubuhnya akan kembali normal, sehingga selanjutnya aku bisa menyayat tubuhnya menggunakan pedang Dark paralyzed milikku.) Ucap Azter di dalam benaknya, sepertinya dia sedikit meremehkan Master Big hit.  Lalu setelah Azter mengatakan hal tersebut, Master Big hit langsung melepas genggaman tangannya terhadap pedang milik Azter, kemudian dia segera melancarkan sebuah pukulan ke arah perut Azter.  Beruntung bagi Azter karena dia dapat menyadari hal tersebut tepat waktu, sehingga dia segera meloncat ke belakang supaya dirinya tidak terkena pukulan mematikan. Setelah posisi Azter sudah berada jauh dari Master Big hit, maka Pedang Dark paralyzed pun kembali ke bentuk semula.  “Sial, aku termakan gertakannya. Seharusnya tadi aku sekalian menyerangnya ketika menghindar ... Kalau begitu sekarang aku akan lebih serius!!” Kata Azter sambil menancapkan kedua pedangnya ke lantai.  Master Big hit menyadari bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, ketika Azter mulai menancapkan pedangnya ke lantai. Dan ternyata benar saja, duri-duri hitam yang panjang dan runcing, tiba-tiba saja menyeruak keluar dari dalam lantai, dengan jumlah yang banyak menuju ke arah Master Big hit.  Menghindar pun percuma, karena duri-duri tersebut pastinya akan selalu muncul serta mengikuti kemanapun langkah Master Big hit pergi, maka Master Big hit memutuskan untuk menahan tusukan dari duri tersebut dengan cara menyilangkan kedua tangan di hadapan wajahnya. Walaupun tangan Master Big hit terkena tusukan berkali-kali dari duri yang runcing, namun dia tidak mendapatkan luka sama sekali, bahkan tubuhnya pun tidak terdorong ke belakang. Duri-duri itu seperti menghantam tembok yang sangat tebal dan kokoh.  Selagi tubuh Master Big hit mendapatkan tusukan bertubi-tubi dari duri-duri yang menyeruak di hadapannya, Azter berbicara di dalam benaknya. ("Dia memusatkan jurus pengerasan tubuh di bagian depan untuk menahan serangan-serangan duri dariku. Hmm ... Bagaimana jika kucoba untuk menyerang dari samping. Apakah pengerasan tubuh di bagian samping tubuhnya lebih lemah?")  Lalu hal yang tak terduga oleh Master Big hit pun terjadi, beberapa duri lagi keluar dari bawah lantai yang berada di samping kiri Master Big hit, dan langsung mengenai pinggang sang Master dengan cukup keras. Karena dorongan dari tusukan duri-duri tersebut, maka tubuh Master Big hit jadi terdorong dan tersungkur ke samping, sehingga kini dia dalam posisi tengkurap. Tetapi tubuh Master Big hit tetap tidak meneteskan darah sama sekali, dan hanya bajunya saja yang terkoyak.  Semua orang terkejut melihat hal itu, sampai sang Pembawa acara pun berkata, “Waah!! Ini pertama kalinya Master Big hit dijatuhkan di atas arena!!”  Lalu ketika Master Big hit akan berdiri kembali, tiba-tiba beberapa duri lagi menyeruak keluar dari belakang, dan langsung menukik sampai menusuk punggung sang Master, sehingga tubuh Master Big hit jadi tidak bisa bangun karena terdorong ke bawah oleh duri-duri yang menekan punggungnya tersebut. Ternyata tekanan dari duri-duri itu sangatlah kuat, sampai-sampai Master Big hit pun mengalami kesulitan untuk dapat berdiri kembali.  Tapi semakin lama, dengan perlahan-lahan sang Master berhasil bangkit dan mengangkat tubuhnya supaya dapat berdiri kembali, walaupun punggungnya masih dalam keadaan menerima tekanan dari duri-duri milik Azter, secara perlahan tapi pasti, Master Big hit sudah kembali bertumpu pada kedua kakinya, namun dengan posisi punggung yang membungkuk, karena masih dalam keadaan mendapatkan tekanan.  Namun tiba-tiba, beberapa duri lagi menyeruak dari lantai di hadapan Master Big hit, yang langsung meluncur ke d**a sang Master dan menekannya, sehingga kini tubuh Master Big hit terhimpit oleh duri-duri dari kedua sisi. Dari depan dan belakang, walaupun duri-duri tersebut tidak dapat menembus tubuh Master Big hit, tapi tetap saja, tekanan dan dorongan dari kedua sisi itu cukup kuat, hingga menyebabkan Master Big hit jadi kesulitan untuk bernafas, dan mulai merasakan sesak pada bagian dadanya. Apakah Master Big hit akan berhasil dikalahkan oleh Azter? Cerita Berlanjut ke Chapter selanjutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN